[ 11 ]

11 5 22
                                    


"Gue udah tau siapa dalangnya," Ujar Julian. Agra dan Jasmine saling berpandangan.

"Lo serius bang?" Tanya Agra masih tidak percaya dengan perkataan Julian.

Karena mungkin saja bagi seorang Julian untuk langsung menghajar pelaku yang mencelakai adik laki - lakinya.

"Muka gue keliatan bercanda?"

"Nggak bang," Jawab Agra.

Jasmine tanpa perintah memutuskan bergabung, duduk tepat disebelah Agra.

"Kak Iyan udah punya bukti? Inget kata bu Tami. Harus ada bukti," tutur Jasmine.

"Gue yakin Kemal dari kelas 11 B dalangnya. Tapi gue belum punya bukti yang kuat!" Julian membuat meja bergetar karena tendangan kecil di kaki meja.

Agra menghelas napas kasar. "Temen sekelas gue bilang. Dion nantangin gue. Pasti atas perintah Kemal"

Mendengar pernyataan Agra. Jasmine kembali dengan cekukannya. Mencoba menahan napasnya. Malah membuat suara cekukannya lebih jelas.

Sial! Cekukan lagi. Gerutu Jasmine dalam hatinya.

Agra mengetahui hal itu langsung melepas jaket yang ia pakai menyampirkan pada pundak Jasmine. Jasmine berusaha menolak namun hatinya mengatakan jangan. Gejolak hati dan pikirannya.

"Gue gak setuju kalo sampe ada berantem - berantem," Jasmine menatap Agra dan Julian.

"Cewek gak akan paham cara kerja cowok," Sahut Julian setelah menyeruput kopinya.

Membuang napas. "Oke... kalo kalian mau bekerja dengan cara cowok. Gue balik sekarang." Jasmine melepas jaket Agra, meletakkannya pada sisi bangku.

"Lo pasti belum tau. Kalo Dimas kepilih jadi salah satu siswa yang bakal ikut serta di kompetisi basket tingkat nasional?," tutur Julian.

Jasmine yang hendak beranjak pun mengurungkan niatnya. Ada sedikit rasa kecewa dalam hatinya. Dimas lo nggak cerita apapun tentang ini. Batinnya.

"Kemal gagal pas seleksi. Mungkin itu motif dia buat celakain adek gue! Kejadian yang terjadi sama Dimas, bukan hal sepele. Itu fatal! Dimas bisa aja gagal buat ikut serta di kompetisi itu." ."Lo sendiri pasti tau seberapa cintanya Dimas sama basket." Semua yang dikata Julian benar. Jasmine hanya bisa terdiam. Dia bingung harus apa.

Akhirnya dia buka suara. "Tapi kenapa Agra jadi terlibat?," Tanyanya. Ekspresi cemas tak bisa ditutupi dari raut wajah Jasmine.

"Mereka cari lawan yang imbang. Dan juga... Agra, Dimas, dan lo itu deket."

Agra menatap Jasmine yang begitu mencemaskannya. "Jasmin jangan khawatir. Agra bakal baik - baik aja."

"Dimas pasti nggak akan setuju sama keputusan kalian. Emang kita nggak bisa serahin ini sama pihak sekolah?"

Disini, kita bisa lihat sisi lain dari seorang Jasmine. Walaupun terlihat cuek, dan dingin. Tapi Jasmine sangat penuh perhatian.

"Bodo amat. Gue mending balik." Jasmine menghempas tangga Agra yang akan menahannya.

Julian beranjak, menatap datar ke arah Jasmine. "Gue nggak akan biarin Agra sendiri. Lo tenang aja." Ucapan Julian mendapat gelengan kepala dari Jasmine.

Sang Mantan Pacar | Lee Jeno [ Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang