01

330 20 0
                                    

Sebuah pagi yang damai di Kota Seoul, Korea Selatan. Matahari bersinar teduh, mengintip lembut ke dalam kamar seorang lelaki yang sedang bersantai di kasurnya, dengan secangkir coklat panas di tangan dan laptop yang menampilkan serial anime kesukaannya—aka Crayon Shinchan.

Junkyu menghirup aroma cokelatnya senang, menikmati suasana damai di hari liburnya itu. Sudah lama sekali sejak ia bisa bersantai seperti ini. Tuntutan kuliah yang berat membuatnya harus berada di kampus setiap hari Senin sampai Jumat. Selain itu, akhir minggunya pun tidak pernah damai karena—

"YA, KIM JUNKYU!"

— ya karena makhluk satu ini.

Junkyu mengerang saat pintunya dibuka dengan brutal. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Park Jihoon, teman satu apartemen sekaligus sahabat Junkyu yang paling dekat.

Jangan salah, Junkyu menyayangi Jihoon. Mereka sudah bersahabat selama 3 tahun, tentu saja Junkyu menyayangi Jihoon. Tapi terkadang, jiwa ekstrovert lelaki itu bisa sangat mengganggunya. Jihoon selalu saja ingin berada di luar, berjalan-jalan dan bertemu banyak orang — sementara Junkyu, sangat berbanding terbalik dengan Jihoon, lebih suka berada di rumah dan bahkan benci keluar rumah kalau tidak diperlukan. Teman-teman Junkyu dan Jihoon hanya bisa menggelengkan kepala mereka setiap mendengar keluhan masing-masing lelaki tersebut mengenai satu sama lain — Junkyu yang kesal karena Jihoon selalu mengajaknya keluar, dan Jihoon yang sebal karena Junkyu tidak pernah mau diajak keluar. Memang sebuah keajaiban bahwa kedua lelaki tersebut bisa bersahabat selama bertahun-tahun.

"KIM JUNKYU! Ayo keluar! Masa di hari libur pun kau mau mengurung diri di kamar sepanjang hari, hah?!" Jihoon menyerbu masuk, menarik lengan Junkyu. Untung saja lelaki itu sudah buru-buru meletakkan gelasnya begitu mendengar suara Jihoon.

"Tidak mau!" Junkyu balas berteriak, menempelkan pantatnya dengan kuat di kasur. "Pergi saja sendiri! Aku memang mau menghabiskan liburan dengan bersantai di kamar tahu, bukan berjalan-jalan!"

"Ah ayolaaaah! Kau tidak pernah mau aku ajak jalan-jalan. Kapan terakhir kali kita pergi bersama coba?"

"Kemarin juga kita pergi ke minimarket depan apartemen bersama!"

"Ya, itu beda kasus, Kim Junkyu! Maksudku, kapan terakhir kali kita pergi jalan-jalan bersama dengan tujuan bersenang-senang?!"

Junkyu terdiam, membuat Jihoon berdecak. "Lihat, kau bahkan tidak ingat. Ayolahhh, temani aku ke taman yang ada patung boneka Younghee-nya! Aku ingin sekali berfoto di sana."

"Tidak mauuuuu!"

Jihoon tiba-tiba diam, lalu melepaskan lengan Junkyu yang tadinya dia tarik-tarik begitu saja. Wajahnya berubah datar. "Ya sudah, terserahlah. Aku pergi sendiri saja."

Setelahnya, lelaki itu meninggalkan kamar Junkyu diiringi bantingan pintu, membuat Junkyu bengong sendirian.

"Jihoon?"

"Ya, Park Jihoon? Kau benar-benar ngambek?"

Tidak ada jawaban, sepertinya lelaki itu benar-benar ngambek. Junkyu akhirnya berdecak, lalu dengan berat hati membuka pintu. "Oke, OKE. BAIKLAH! AKU IKUT!"

Langkah Junkyu terhenti saat mendapati bahwa — tidak seperti dugaannya yang mengira Jihoon sudah pergi ke kamarnya dengan marah — lelaki itu malah sedang berdiri di depan kamarnya, dengan tangan terlipat dan bibir menyunggingkan senyum kemenangan.

"Apa yang sudah terucap tidak bisa ditarik kembali. Oke, siap-siap! Kita pergi lima menit lagi."

Junkyu mengerang, menyadari dirinya sudah ditipu. "Sialan kau, Park Jihoon."

survive ; treasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang