Part 1

2.2K 319 14
                                    

Part 1

"Pak Ron, Pendeta Dewa kematian, Nona Cage datang berkunjung." Ron mengerutkan kening mendengar penuturan salah satu penjaga kediaman Henituse Estet tersebut, Raon, On dan Hong yang tengah bersama Ron juga menampilkan wajah heran mereka.

"Kakek Ron, kami akan pergi untuk memanggil manusia!"
"Benar, Nya. Kami akan pergi memanggil Cale."
Raon dan Hong dengan cepat pergi dari sana disusul oleh On yang hanya mengikuti adik-adiknya untuk pergi ke tempat Cale, meninggalkan Ron yang pergi untuk menyambut Pendeta gereja Dewa Kematian, Cage yang menunggu dengan gelisah.

Brak!

Pintu di buka kasar oleh Raon dan Hong dengan semangat. "Manusia! Manusia! Pendeta Cage datang berkunjung manusia!" seru Raon dengan semangat tetapi ia tidak mendapati manusianya itu di atas ranjang besar miliknya.

"Dia dimanya Nya."
"Manusia! Kau dimana manusia?!" On tidak memperdulikan teriakan Raon dan Hong, ia lebih memilih mengecek setiap sudut kamar Cale termasuk kamar mandi, tapi ia tidak menemukan presepsi pemuda bersurai merah tersebut dimanapun.

"Dia tidak ada di kamar mandi, Nya." seruan On membuat Raon dan Hong nampak panik.
"Manusia! Manusia! Kau dimana manusia!"
"Dia tidak ada di manapun, Nya."
"Kita harus beri tau Kakek Ron bahwa Cale tidak ada di kamarnya, Nyan."

Ketiga anak rata-rata berusia 7 tahun itu saling pandang dan mengangguk sebelum dengan cepat pergi menemui Ron yang baru tiba di tempat Cage menuggu. "Kakek Limun! Kakek Limun! Manusia tidak ada! Manusia tidak ada di kamarnya, dia menghilang." seru Raon membuat Ron kebinggungan dan Cage yang mendengarnya segera berdiri dari duduknya.

"Dia menghilang, Nya."
"Dia tidak ada di kamarnya, Nya."

"Kita harus cepat! Kumpulkan semuanya, kita berkumpul sekarang." ujar Cage dan raut khawatirnya membuat Ron ikut khawatir dan menyuruh Raon untuk mengumpulkan semuanya sekarang di Super Rock Villa.

O _____ O

Cale mengedarkan pandangannya, menoleh ke kiri mendapati sungai luas terbentang disampingnya, mengalihkan pandangannya ke kanan, mendapati banyak orang-orang tengah berlarian di pinggir sungai mengenakan baju olahraga dan ada juga yang tengah berjalan-jalan santai sembari memegang sebuah benda berbentuk persegi yang familiar di mata Cale.

Tunggu dulu?! Baju olahraga?! dan ditangan mereka itu? Smartphone?!

'Hah?! Sejak kapan di dunia fantasi ini ada model baju olahraga dan Smartphone?! Tapi tidak tunggu!' Cale mengedarkan pandangannya ke sekeliling, menatap suasana familiar disekitarnya juga membaca tulisan-tulisan benner di toko yang masih dapat dijangkau oleh matanya, sebelum mengumpat.

"Dasar Dewa bajingan Kematian sialan!" Cale mengeram marah, apa-apaan ini? Korea? Setelah melihat dan membaca tulisan yang terpajang di toko ia yakin ini korea, karena penulisannya yang menggunakan bahasa hangul. Apa ia di Bumi 2? Tapi ini bukan seperti Korea yang dia tau, Korea tempatnya berasal sudah mengalami Kiamat, sedangkang Korea di tempatnya sekarang masih sangat damai dan asri.

"Apapun yang dilakukan Dewa Bajingan itu, akan selalu berakhir tidak baik!" gumam Cale dengan menggerang kesal. Apa yang dirasakan semalam memang benar, ia memiliki firasat tidak enak, dan benar saja sekarang ia dipindahkan ke Korea yang tidak diketahuinya.

"Heii! Dewa Kematian Bajingan! Apalagi yang harus aku lakukan sekarang!!" hening tidak ada jawaban apapun, Dewa Kematian itu tidak menjawab. Cale berusaha memanggil-manggilpun percuma karena tidak ada hasilnya.

Cale memilih beranjak dari duduknya, ia memperhatiakan baju yang dikenakannya sebelum pindah tempat masih melekat di tubuhnya, baju hitam sederhana ini. Walaupun tampak sederhana, baju ini masihlah mewah, semoga ini tidak menarik perhatian orang-orang. Tapi mau bagaimanapaun, orang-orang akan tetap meliriknya karena wajah tampannya itu juga surai merahnya yang mencolok.

"Hahh... sekarang apa yang harus aku lakukan?" Cale menghelai nafas panjang, melihat sekelilingnya orang berlalu lalang. Di saat itu suara yang familiar datang dari benaknya.

"Cale, apakah Kau baik-baik saja?"

"Cale apa kau bisa mendengar kami? Apakah dia bisa mendengar suara kami? Hiks Cale kau membuatku khawatir."

"Tenanglah cenggeng, Cale pasti mendengar suara kami, Cale!"

Cale berhenti berjalan mendengar suara Super Rock, Vitalitas Hati, dan Suara Angin, para kekuatan kunonya yang berbicara dipikirannya. Cale tersenyum kecil sembari melanjutkan langkahnya tak tentu arah.

"Tenanglah, aku mendengar suara kalian teman-teman." gumam Cale mencoba menenangkan para kekuatan kuno yang khawatir.

"Huhu, akhirnya kau dapat mendengar kami Cale." Vitalitas hati kembali menangis membuat Cale hanya dapat menampilkan wajah tabahnya.

"Omong-omong, kita sekarang berada dimana Cale?" suara Super Rock membuat Cale sedikit tersentak sebelum kembali mengubah ekspresinya menjadi serius.

"Aku pun tidak tahu, mungkin kita di Korea? Kalian ingat Bumi 2?"

"Kami mengingatnya Cale, dunia yang aneh."

"HAHAHA, Dunia itu, dunia yang penuh dengan kekacauan!"

"Ho? Apakah kita disana sekarang Cale?"

Cale menggeleng mendengar ucapan-ucapan dari Suara Angin, Api Kehancuran, dan Air pemakan langit.

"Apa yang akan Kau lakukan sekarang Cale?"

Cale mengelai nafas panjang memikirkan pertanyaan Super Rock padanya. Pasalnya ia pun tidak tau harus bagaimana, Dewa Kematian Sialan itu tidak memberinya petunjuk apapun soal apa yang harus ia lakukan.

"Cale, mari kita makan saja, Kau harus makan agar tidak pingsan Cale."

Oh, ide yang bagus Pelahap! Cale menyunggingkan senyumnya, yang jika Raon melihatnya, ia mukin akan berkata. 'Manusia! Kau tersenyum seperti itu lagi?! Apa kau akan menipu seseorang?!' Cale tersenyum tipis menginggat perkataan naga berumur 6 tahun tersebut.

"Yahh, lebih baik kita makan. Tapi dimana kita bisa makan? Aku tidak memiliki uang di dunia ini, kalian tahu?"
'Manusia, aku membawakan pai apple untukmu, taruh ini di kantung spasialmu.'

Cale kembali mengingat perkataan Raon, dan senyum tersungging di wajah pucat itu. Yah tidak salah menerima pai apple yang diberikan oleh Raon, karena nyatanya itu berguna disaat mendesak seperti ini.

Cale berjalan mencari bangku di tepi sungai yang sepi, diam-diam dia merogoh saku bajunya untuk mengambil kantung spasial berisi pai apple. "Baiklah kita makan dulu, kita tidak akan bisa bekerja saat kelaparan bukan?!" Dengan tenang Cale memakan beberapa pai apple pemberian Raon. "Ahh, bagaimana respon mereka saat melihat aku tidak ada di kamar, dan dibawa oleh Dewa Bajingan itu?"

_____ RV _____

Maap apabila ada kesalahan kata atau typo, jangan lupa vote dan komen nya ya~~ :)

Hero in World (TCF X ORV) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang