|| Sebuah Cerita pendek romance ||
- Cerita sudah lengkap -
Di depan kafe pluto, untuk pertama kalinya aku bertemu dengan dia. Matanya yang indah, dan suaranya yang candu, melekat di dalam pikiranku.
Kami kembali bertemu, dan kami menjadi dekat. Aku...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sore ini Ardit telah tiba di depan rumahku. Beberapa hari belakangan aku merasa kondisi tubuh ku menurun. Mungkin karena musim hujan, dan sering kali aku main hujan-hujanan, jadinya sekarang suhu tubuhku naik beberapa derajat dan flu.
Ardit mengatakan akan menjenguk ku dirumah setelah dia selesai dengan urusannya. Itu adalah hal yang membuat seketika bersemangat. Kita berdua berteman baik, tapi dari semua perlakuan Ardit kepada ku, itu tidak terasa seperti teman. Dia memperlakukan ku selayaknya aku adalah pacar nya. Aku merasa istimewa.
"Kan sudah aku bilang, jangan main hujan-hujanan. Lihat sekarang akibatnya, kau terbaring sakit di tempat tidur," omel Ardit setelah menyapa diriku yang sedang terduduk bersandar di kasur. Aku tertawa kecil mendengar omelan nya. Aku melihat keranjang buah yang dibawa Ardit, juga ada buket bunga matahari, dan sebuah paperbag entah berisi apa.
"Keranjang buah nya aku taruh disini ya. Juga ini bunga matahari untuk mu. Kau tahu, warna kuning cerah bunga matahari ini diharapkan membawa energi positif bagi orang yang sakit. Aku mengharap hal yang sama, cepat sembuh dan kembali bersinar, Naya," Ardit tersenyum, begitupun aku membalas senyumannya.
"Apa yang ada di paperbag itu?" Aku bertanya, menunjuk paperbag yang berada di tangan Ardit. Ardit mengangkat paperbag itu lalu mengeluarkan isi nya. Sebuah novel.
"Kau ingat kita pernah ke toko buku? Disana aku melihat mu memengang buku ini, tapi kau tidak jadi membelinya. Akhirnya aku kembali membawakan buku ini untuk mu," Ardit menjawab pertanyaan ku sambil memberikan novel itu pada ku.
Aku kembali tersenyum. "Baru kali ini aku melihat orang menjenguk orang sakit dengan membawakan buku. Tapi terima kasih Ardit untuk buah, bunga, dan novel nya. Kau berkunjung pun aku sudah senang."
Ardit menganggam tangan ku, lalu berbicara,"maaf Naya, aku tidak bisa berlama-lama disini, setelah ini aku harus pergi. Makanlah yang banyak, minum obat tepat waktu dan banyak makan buah. Kau akan sembuh dan kita akan bertemu lagi. Janji pada ku?" Ardit memberikan jari kelingkingnya pada ku. Aku berjanji padanya akan segera sembuh.
Sebelum aku berkata, Ardit malah memajukan wajahnya dan mencium kening ku sebentar, lalu berdiri dan mengusap kepala ku. Barulah dia keluar dari kamar ku. Aku membeku atas tindakan Ardit tadi. Barusan, dia mencium kening ku kan? Astaga, mimpi apa aku semalam!
Orang yang aku cintai benar-benar mencium kening ku? Aku menutup wajah ku dengan kedua tangan, wajah ku pasti sangat memerah. Apa tadi itu Ardit menganggapnya sebagai ciuman pertemanan? Ah, masa bodoh dia menganggapnya apa. Yang penting saat ini aku sangaaaat bahagia. Dan sisa hari itu aku terus tersenyum bahagia.
__________________________________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.