Setiap pagi aku terbangun dan langsung melihat bunga matahari yang diberikan Ardit padaku minggu lalu saat aku sakit. Bunga itu masih segar, setiap hari aku rawat dan menjaganya dengan baik. Pagi menjelang siang di hari minggu ini aku dan Ardit akan kembali berjalan bersama. Ardit menjemput ku di rumah, lalu kita berdua pergi ke mall.
Kita makan siang berdua di restoran tempat kita biasa makan. Lalu setelah itu kita bermain bersama di amazone. Berfoto di tempat photoboth, permainan memasukkan bola basket di dalam keranjang, maupun permainan lainnya yang ada di amazone.
Kita menghabiskan waktu bersama. Terakhir, ketika semua permainan telah kita mainkan bersama, tiket yang kita dapat ditukar. Ardit mengambil sebuah boneka sebagai hadiah nya, dia memberikan boneka itu pada ku.
"Kau tahu, dari dulu aku main disini belum pernah mendapat hadiah yang besar, tapi sekarang kau mewujudkan itu. Sekalilagi terima kasih, Ardit," ucap ku. Kita baru saja keluar dari mall, tujuan selanjutnya adalah kafe pluto.
Kafe itu menjadi favorit ku, tidak berada dipusat kota, agak jauh dari polusi kota dan juga kafe itu adalah tempat pertama kali aku bertemu dengan pria yang saat ini sedang bersama dengan ku.
Setelah sampai, aku memesan minuman dan makanan yang biasa aku pesan disini, juga Ardit. Kami mengobrol, kali ini Ardit menceritakan tentang keluarganya. Pesanan kami tiba, kami menikmati setiap menit nya bersama, berbagi cerita.
Matahari telah sempurna tenggelam di barat. Kami memutuskan untuk pulang. 30 menit kemudian kami telah tiba di depan rumah ku. Ardit tidak langsung pergi, melainkan mengajak ku duduk di kursi taman yang ada di samping rumah, dia ingin mengatakan sesuatu. 10 menit terjadi keheningan, akhirnya Ardit bersuara.
"Naya, kau tahu, aku sangat bahagia bisa mengenal mu. Ketika pertama kita bertemu, aku tidak menyangka bahwa kita akan kembali bertemu di perpustakaan kampus mu. Awalnya kita berteman, saling bertukar kabar kepada satu sama lain, lalu untuk pertama kalinya aku mengajakmu jalan bersama. Kau adalah orang yang menyenangkan, sungguh. Setiap aku berbicara, kau adalah pendengar yang baik. Setiap perlakuan mu pada ku sangat membuat ku terkesan. Kau orang yang baik, Naya." Aku terharu mendengarkata-kata itu terucap dari Ardit.
"Terima kasih. Kau juga orang yang sangat baik, Ardit. Aku senang bersama mu, aku senang menjadi teman mu, aku senang kau bisa terbuka pada ku. Apa yang kau lakukan selama ini untuk ku sangat berarti." Aku tersenyum padanya, dia tidak seperti biasanya, kali ini hanya senyuman kecil.
"Dari awal kau adalah teman ku, bahkan sampai saat ini kau masih menjadi teman terbaik ku." Senyum ku hilang, tapi aku berusaha terlihat biasa saja.
Ardit mengenggam kedua tangan ku. Dia kembali melanjutkan perkataannya, "aku mengucapkan banyak terima kasih untuk kamu Naya, terima kasih telah menjadi teman ku, telah menghabiskan banyak waktu bersama ku. Hari-hari ku tidak lagi menjadi sunyi karena ada kamu. Aku sayang kamu Naya, sebagai seorang teman."
Aku merasa buruk. Kenapa dia berterima kasih disaat-saat seperti ini? Kenapa juga aku merasa perasaan negatif?
"Tapi, kita harus mengakhiri hubungan ini Naya. Kita tidak bisa lagi bertemu seperti ini." Perkataan Ardit selanjutnya menjawab kegelisahan ku tadi. Mengakhiri hubungan.
"Kenapa? Maksud ku, kenapa mengakhiri hubungan? Apa kita tidak bisa lagi berteman? Apa kita tidak bisa lagi bertemu?" Tanya ku. Ardit mengangguk sebagai jawabannya.
"Aku akan pergi besok, dan aku ingin mengakhiri segalanya di kota ini sebelum aku pergi. Maafkan aku Naya, tapi kita tidak bisa lagi menjadi teman." Ardit melepaskan genggaman tangannya dari tangan ku, tapi dengan segera aku mengambil tangannya, dan mengenggam tangan itu dengan kuat.
"Tidak, kamu tidak bisa begini. Jika kamu ingin pergi, pergilah. Tapi bisakan kita tetap menjadi teman? Bisakan kita tetap saling menukar kabar walau lewat telepon? Kenapa kamu harus mengakhiri pertemanan kita, Ardit?" Mata ku bekaca-kaca. Mungkin air mata akan segera keluar dari mata ku.
"Tidak bisa, Naya. Aku sudah memutuskan ini semua. Sekali lagi maafkan aku, simpanlah semua kenangan itu bersama mu Raya. Sampai kita bertemu lagi." Ardit benar-benar melepaskan tangan ku dari tangannya. Dia sudah berdiri, siap untuk pergi dari hadapan ku. Sebelum dia melangkah jauh, aku mengejarnya dan memeluk tubuhnya dari belakang.
"Terima kasih Ardit, untuk semuanya. Pertemanan ini, dan perasaan ini. Aku menyayangi mu." Aku menangis. Air mata keluar deras membasahi pipi ku. Aku melepaskan pelukan ku dari tubuh Ardit, lalu berlari memasuki rumah sebelum Ardit melihat wajah ku yang memerah karena menangis.
Aku tidak sempat melihatnya lagi. Tapi yang pasti, ketika aku sudah berada di dalam kamar, Ardit baru pergi meninggalkan depan rumah ku, suara motornya terdengar di keheningan yang menyelimuti aku.
Malam ini tidak seperti malam-malam kemarin. Dia pergi meninggalkan aku sendirian di kota ini, dengan luka yang sangat dalam.__________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story; Naya-Ardit
Truyện Ngắn|| Sebuah Cerita pendek romance || - Cerita sudah lengkap - Di depan kafe pluto, untuk pertama kalinya aku bertemu dengan dia. Matanya yang indah, dan suaranya yang candu, melekat di dalam pikiranku. Kami kembali bertemu, dan kami menjadi dekat. Aku...