|| Sebuah Cerita pendek romance ||
- Cerita sudah lengkap -
Di depan kafe pluto, untuk pertama kalinya aku bertemu dengan dia. Matanya yang indah, dan suaranya yang candu, melekat di dalam pikiranku.
Kami kembali bertemu, dan kami menjadi dekat. Aku...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Minggu-minggu berlalu, aku dan Ardit semakin dekat. Hari-hari tak lagi sunyi. Ketika lelah dengan kuliah dan tugas-tugasnya, pesan masuk dari Ardit adalah penyemangat di ujung hari. Di hari sabtu, ketika kita berdua tak sibuk, Ardit mengajakku untuk pergi menghabiskan waktu berjalan-jalan.
Seperti saat ini, untuk kedua kalinya aku dan Ardit pergi menonton film di bioskop bersama. Film barat yang baru keluar menjadi pilihan tontonan banyak orang. Aku mengambil selfie bersama Ardit, dan hal yang dilakukan banyak orang--memfoto tiket film dan popcorn.
Hari ini menyenangkan. Ini semua terasa seperti mimpi. Bisa menghabiskan waktu bersama orang yang ku sukai, bisa tertawa bersama, dan saling berbagi berbagai hal antara satu sama lain. Aku sudah tidak menganggap Ardit sebagai teman lagi. Karena dari awal, aku menganggap Ardit sebagai orang yang aku sukai.
Sekarang perasaan itu bertumbuh. Aku mencitainya, dan aku menyayanginya. Aku memperhatikan Ardit yang sedang pergi memesan makanan, ketika Ardit berbalik menatap aku, aku tersenyum dan dia membalas senyuman itu.
Kita sudah sedekat ini. Apa hubungan kita akan terus seperti ini? Apa status kita akan terus 'teman baik'? Sampai kapan kita hanya menjadi teman? Aku tidak berani menunjukkan secara langsung rasa cinta ini. Aku juga tidak berani menyatakannya. Berhari-hari aku menunggu pernyataan cinta darimu, tapi sampai detik ini pun satu kata suka, maupun cinta belum kamu katakan. Dari hati kecil ku, aku sangat berharap bahwa momen pernyataan cinta darimu akan segera datang.
Sambil menyantap makan malam di restoran yang berada di dalam mall, kita berdua mengobrol. "Bagaimana film tadi, apa kamu menyukainya?" Ardit bertanya.
"Tentu, film nya sangat bagus. Tokoh utama wanita dan laki-lakinya sangat serasi, konflik yang diberikan juga tidak berat dan bisa diatasi dengan baik," jawab ku.
"Ya, aku setuju. Walau aku lebih mendukung pasangan keduanya."
"Benar, mereka juga lucu sekali, si laki-laki sangat tangguh memperjuangkan si wanita dan wanita itu, sangat masa bodoh. Haha, aku harap aku bisa menjadi seperti wanita seperti itu," aku tertawa hambar. Tapi, Ardit justru tertawa renyah.
"Aku percaya, seorang cewek manis seperti mu tidak akan bisa menjadi cewek galak. Naya yang aku kenal lebih mirip anak kucing daripada harimau." Aku langsung memukul lengan Ardit ketika mendengar itu. Lihat saja, sekarang Ardit sudah meledek diriku. Tapi, saat kami terdiam, aku justru menyadari kalau Ardit sangat memperhatikan diriku. Kami kembali melanjutkan makan malam saat ini.
"Naya, besok kamu ada waktu?" Ardit bertanya, dan aku mengangguk sebagai jawabannya.
"Besok sore aku ada undangan acara pernikahan teman lama ku. Sekalian aku dan teman-teman mau reuni-an. Mereka menantang untuk masing-masing orang datang bersama pasangan. Karena aku terdesak, dan ngga tahu mau ngajak siapa, jadi aku pikir untuk mengajak kamu. Apa kamu bersedia?"
Aku tidak langsung menjawab, terdiam dan berpikir. Itu bukan masalah yang besar kan, hanya datang bersama Ardit sebagai pasangan pura-pura di acara pernikahan teman lama nya.
"Baik, boleh kok. Sudah lama juga aku ngga datang ke acara nikahan." Aku menerima tawaran Ardit dengan senyuman. Ardit juga senang mendengar aku menerima tawaran itu.
__________________________________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.