16. Tentang kepercayaan

7 2 0
                                    

"aku lebih takut bikin kamu kecewa, bay.
Dari pada harus jujur sma kamu tentang penyakit aku,maaf bay."
.
.
.
.
.
.
.
.

Michel menatap sahabatnya yang kini tengah tertidur pulas disebelahnya, ia lalu bangkit dan menyelimuti tubuh Anisa dengan selimut miliknya.

"Thanks yah nis, Lo adalah bagian terbaik dihidup gue yang penuh dengan drama dan luka." Ia tersenyum lalu bangkit, dan memasuki kamar mandi miliknya.

Ia menatap dirinya sendiri, tidak ada lagi mata sembab seperti tadi pagi. Kini hanya ada Michella dengan wajah bahagia, ia kini kembali menemukan dirinya sendiri.

Flashback on.....

"Saran gue, Lo sekarang fokus sma kuliah Lo. Gue yakin Dion bakal balik, dan kalian bakal ketemu lagi ok. "Ujar Anisa memeluk Michel yang menangis.

"Masa anak cantik nangis sih, nanti kalo air matanya semutin gimana?" Lanjutnya.

"Kok disemutin sih?" Ujar Michel dengan cemberut.

Anisa hanya terkekeh, lalu melepas pelukannya. Ia menatap Michel yang memanyunkan bibirnya, Anisa langsung mengelus rambut coklat Michel.

"Karna sahabat gue ini terlalu manis, makannya semut juga suka." Ujarnya mengusap pipi Michel.

"Jangan nangis lagi yh cantik, masa sahabat gue nangis sih. Nanti malah manisnya luntur"lanjut nya lalu kembali memeluk Michel.

Flashback off.......

Michel hanya tersenyum, lalu mencuci mukanya dengan air. Ia pun berbalik menuju pintu kamar mandi, untuk keluar. Belum lama senyumnya luntur, dan......

"ANISA...A..AAA"

Michel berlari menghampiri sahabatnya yang kini tergeletak tak sadarkan diri, ia lalu meraih ponselnya dan mengetik sesuatu. Lalu menempelkan benda pipih itu ketelinganya, cukup lama sampai orang diseberang sana akhirnya menjawab telfon darinya.

"Hal...." Ucapan orang tersebut terputus.

"Bay.... tolongin gue, Anisa pingsan dikamar gue. Buru Lo kesini, bantuin gue bawa dia kerumah sakit. Buru bay...buruan..." Ujar Michel panik.

"Iy---" belum sempat menjawab, telfon dimatikan sepihak.

Michel menatap sahabatnya dengan panik, air matanya kini turun dengan deras. Karna terlihat ada bercak darah dipiama milik Anisa dan juga hidungnya yang mengeluarkan darah, membuat Michel makin panik.

"Nis plis jangan tinggalin gue, Lo udah janji mo jadi sahabat gue selamanya. Lo janji nis" ujar Michel dengan suara parau.

Sedangkan disisi lain, Bayu mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Ia juga ikut panik, ia khawatir dengan pacarnya yang sering mimisan akhir-akhir ini. Ia benar-benar takut kehilangan Anisa, karna Anisa lah orang yang mampu membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya.

"Plis nis, jangan tinggalin gue. Lo bertahan nis, plis demi gue. AKHHHHHHHH......." Teriak Bayu diakhir kalimatnya, ia memukul stirnya dengan keras.

Ia masih mampu menahan air matanya, disaat hatinya sedang berkecamuk tak karuan. Ia harus cepat sampai dirumah, lalu membawa Anisa kerumah sakit. Ia langsung berlari kelantai atas, lebih tepatnya kamar Michel.

"Kok bisa pingsan, cel. Nis bangun nis, Jan becanda deh sama aku gak lucu." Ujar Bayu tersenyum miris.

"Bay, kita bawa kerumah sakit aja, buru" ujar Michel dibalas anggukan oleh Bayu.

ZINGGA KIM On Going✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang