11. tumbuh dan hilang

4 3 3
                                    

"akhir-akhir ini Lo sering bikin gue terbang, dan tanpa Lo sadar saat itu juga Lo jatuhin gue."
.
.
.
.
.

Michel berlari masuk dan langsung mengambil tas miliknya, Bayu yang melihat Michel menangis pun langsung menahan tangan Michel. Ia bangkit dan memeluk sang sepupu, walaupun dia sering membuat Michel marah dan menangis karna kecerobohan nya. Tapi ia tak suka jika ada yang menyakiti sepupunya hingga menangis sesenggukan seperti ini, Bayu melepas pelukannya dan menatap Michel.

"Dion ngomong apa sampe Lo nangis gini hm...apa perlu gue kasih dia pelajaran?" Ucap Bayu menghapus air mata Michel.

Yang ditanya tidak menjawab, melainkan kembali memeluk tubuh tinggi 180 cm itu. Bayu hanya diam membiarkan baju nya basah dengan air mata nya, toh nanti baju ini akan dicuci oleh sang ibu dan Michel juga.

"Kita pulang yh, atau mau beli coklat dulu ditoko biasa?" Ujar Bayu bertanya.

"Gue mau pulang aja, gue cape mo tidur." Ujar Michel.

Bayu hanya mengangguk, lalu menyambar tas, hp dan kunci mobil miliknya. Memberikan kode pada 4 orang itu, menandakan ia akan kembali setelah mengantar Michel.

"Bay.."panggil Michel.

"Kenapa hm..?"tanya Bayu mengelus rambut Michel.

"Kaki gue sakit, gue gendong sama Lo yah." Ujar Michel mengeluarkan wajah memelas.

Bayu membuang nafas kasar, ia pun membungkuk didepan Michel. 4 orang itu menatap dengan tatapan aneh, Karna baru kali ini mereka tau sisi lain dari seorang Bayu. Saat keluar ruangan, mereka berpapasan dengan Dion. Mata Bayu mengisyaratkan sesuatu yang membuat Dion terdiam mematung, menatap kepergian Michel dan Bayu.

"Gue terlalu bodoh buat jujur, sampe orang yang gue sayang pun kecewa dan benci sama gue" ujar Dion berjalan ke dalam ruangan.

Sedangkan disisi lain, Chacha hanya diam ketika Marchel membawanya kepinggir kolam renang. Marchel menatap nya begitu nyalang, membuatnya terus menunduk.

"Kenapa Lo pake cara licik sih? Oh iya gue lupa, Lo itu emang licik" ujar Marchel bersmirk.

Chacha hanya diam, ia belum membuka suara sedikitpun sedari tadi. Marchel mencoba tidak emosi kali ini, ia berusaha untuk tidak menuruti ego nya kali ini.

"Rencana Lo apa?" Ujar Marchel to the point.

"A--ku gak punya rencana bang...a--ku cuma mo jelasin semuanya. Aku cape terus-menerus jadi boneka ayah dan kak Afta." Ujar Chacha sedikit takut.

"Maksud Lo?"tanya Marchel bingung.

"Aku anak Mahardhika, temen papa. Ayah dendam karna dulu saat ayah minta tolong ke papa, papa gak mau bantu ayah. Sampe akhirnya bunda meninggal. Waktu itu aku masih kecil, dan aku disuruh buat masuk kekeluarga Bratayasa." Jelasnya sambil menahan air mata.

Chacha menatap Marchel, yang ditatap hanya diam memperhatikan wajah Chacha. Tak ada kebohongan kali ini, dan dia percaya kalo kali ini gadis itu jujur.

"Sekarang Lo duduk dan jelasin, sejelas jelasnya sama gue." Ujar Marchel memberikan sapu tangan.

Chacha hanya mengangguk dan duduk dihadapan Marchel yang masih menatapnya serius, ia menarik nafas dalam-dalam untuk melanjutkan ceritanya.

"Aku minta maaf, karna salah satu alasan papa meninggal karna waktu itu ayah Dateng kerumah dan aku gak tau kalo papa masih ada dirumah. Ayah gak sengaja ngelakuin itu bang...hiks....hiks....aku mau ayah hilangin dendam nya sama keluarga ini, tapi ayah malah pukul aku kemarin. Dan dia ngancem akan ngejual aku kalo aku gak nurut sama ayah, hiks....hiks....aku kesini mau minta perlindungan kalian. Kak Afta juga punya rencana buat bikin bang Ghifar celaka, cukup papa aja bang, jangan kalian. Aku gak mau ada korban lagi, termasuk Abang."

ZINGGA KIM On Going✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang