Jendela dibuka pelan, hembusan angin mengusik tidur dua pasien yang tengah memejamkan mata, iris biru terang Sanzu memperhatikan setiap sudut ruangan, di ranjang lain ada Ran yang masih tertidur. Seingatnya kemarin ia sendirian di ruangan ini, tidak ada siapapun kecuali bawahannya, kenapa sekarang Ran di pindahkan satu ruangan dengannya. Sebuah ide gila muncul di kepalanya, tangan Sanzu meraih garpu yang tergeletak di atas nampan makanan, dendamnya belum selesai, walaupun di keadaan seperti ini ia harus membunuh Ran. Sanzu meringis kala rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya.
"Kau bodoh? Kalau mau mati biar aku yang membunuhmu" ucap Rindou yang baru keluar dari kamar mandi.
"Rindou?!" ujar Sanzu kaget.
"Jangan heboh begitu" Rindou mendekati ranjang keduanya, duduk di kursi yang berada diantara ranjang Sanzu dan Ran. Ia menghadap ke Sanzu, memberi tatapan malas dan enggan untuk membuka pembicaraan.
"B-bagaimana bisa?"
"Di video itu aku yakin kau bunuh diri" Sanzu tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Benar, kau tidak salah lihat" Rindou kembali memutar video yang ia berikan pada Sanzu waktu itu.
"Kau tidak melihat aku benar-benar gantung diri, sebenarnya aku sudah memasang tali di pinggangku jadi bisa melayang begitu. Kalau kau lihat baik-baik video ini di cut" Rindou memberikan video aslinya, Sanzu tak menyangka sang kekasih akan melakukan itu.
"Kak Ran juga mendapat video aku dibunuh"
"Itu juga palsu, Kakucho menyamar jadi kau supaya kalian bertengkar." lanjut Rindou enteng.
"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Ran yang dari tadi menguping. Rindou terkekeh kecil, ia melirik Ran yang memandanginya, sebelah alisnya terangkat naik, seringai tipis tercipta di bibirnya.
"Kenapa ya?" nada bicara Rindou seolah sedang mengejek mereka berdua.
"Aku benci melibatkan perasaan dalam pekerjaan. Kalau saja kalian tidak menganggapku spesial dan bekerja seperti biasanya, pasti kejadian ini tak akan terjadi. Ingat, kita ini bekerja di dunia bawah, jadi lembut dan baik sama saja bunuh diri." Sanzu dan Ran merenungi keputusan mereka, perkataan Rindou ada benarnya, mereka terlalu memanjakan orang yang sama sekali tak meminta itu semua. Ran dan Sanzu semakin termakan rasa bersalah, seharusnya mereka lebih tenang dan sabar menghadapi masalah ini.
"Sudah lah, yang lalu biarlah berlalu. Yang penting sekarang kalian sudah sadar" Rindou tersenyum simpul, agak tidak tega melihat raut bersalah dari dua orang pentingnya, tapi kalau Rindou tidak bergerak mungkin saja Ran dan Sanzu akan bertindak lebih jauh, sejujurnya Rindou juga kesulitan mengontrol dua orang ini, dari kepintaran dan kelihaian bertarung mereka benar-benar bukan orang yang bisa disepelekan.
"Maafkan aku Rindou" sesal Ran.
"Aku juga minta maaf" sambung Sanzu.
"Sebenarnya ada satu lagi," Ran dan Sanzu menatap penasaran ke arah si bungsu.
"Aku membuat kalian bertengkar memang untuk kepuasan ku sendiri" Rindou membuang pandangannya ke arah lain, ia juga kesal karena dianggap seperti tak bisa menyelesaikan masalah ini. Ran dan Sanzu tertawa, mereka sudah habis ditipu dan mendapat luka parah karena balas dendam Rindou.
"Lain kali kita jangan macam-macam lagi" sindir Ran.
"Aku juga tidak mau patah tulang karena Rindou yang mengamuk" Rindou memicing tak suka mendegar perkataan Sanzu, barusan kakak dan kekasihnya memang menyentil Rindou.
"Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa mendapatkan rencana sebagus ini?" tanya Ran penasaran, Rindou menyeringai tipis, ia terkekeh kala mengingat rencana tambahan yang tiba-tiba ia siapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finale : Pink Scandal [SanRin Ft.Ran]✔
Фанфик[Tamat] Spin-off kisah kelanjutan perjalanan Sanzu, Rindou dan Ran dari book sebelumnya yang berjudul "Finale" Kejanggalan sifat Ran dan Sanzu membuat Rindou sulit menaruh rasa percaya pada mereka lagi. Padahal kakak dan kekasihnya itu tak pernah me...