Helaan napas gusar terdengar, lirikan mata biru itu tak lepas dari pria yang tertidur di meja bar. Sudah diperingati berulang kali namun Rindou tetap mengabaikan perkataan Sanzu soal jangan minum terlalu banyak, sekarang pria itu sudah tidur dan mengabaikan semua.
"Rindou" panggil Sanzu pelan, yang dipanggil hanya melenguh, kelopak matanya saja masih terpejam, bagaimana ia bisa bicara dengan sang kekasih.
"Ayo pulang, nanti Ran marah"
"Diam, kalian sama brengseknya" entah kali keberapa Rindou mengurjarkan kalimat serupa, tak ada habisnya menyalahkan Sanzu dan Ran karena masalah lalu. Tidak biasanya Rindou begini, Sanzu juga penasaran kenapa Rindou jadi lebih sensitif belakangan ini.
Baru saja disebut, sekarang Sanzu menatap layar ponselnya nanar. Ran menelpon, ini sudah jam 2 pagi, tapi mereka masih berada di bar.
"Halo"
"Kau ke mana brengsek? Mana adikku, jangan libatkan dia dengan kebodohanmu" baru saja telepon diangkat, Ran langsung menyemburnya dengan ujaran kekesalan.
"Dia tidak mau pulang, dari tadi aku sudah mengajaknya pulang"
"Siapa itu?" mata Rindou menyipit, memperhatikan Sanzu sembari menatap malas.
"Kakakmu" setelah mendapat jawaban Rindou malah membuang muka ke arah lain, sepertinya ia masih marah dengan kedua orang itu.
"Dia mabuk, aku akan membawanya pulang"
"Baiklah, aku serahkan padamu" telepon dimatikan, lagi-lagi Sanzu menghela napas kala Rindou kembali memesan segelas minuman. Tangan sang kekasih ia genggam, alisnya bertaut dan menggeleng. Rindou berdecak kesal, saat ingin membantah Sanzu langsung membawanya menjauh dari meja bar dan bar tender. Bak karung beras, Sanzu membawa Rindou tanpa mengatakan apapun, beberapa orang memperhatikan mereka, namun semua Sanzu abaikan begitu saja.
"Lepaskan aku!" ujar Rindou sempoyongan. Kalau sudah begini mana bisa Sanzu membiarkannya sendirian.
Terkadang saat Rindou mabuk, Sanzu sering kali mendapat pukulan atau korban dari kejahilan Rindou, tapi kali ini Rindou benar-benar berbeda dan tak mau bicara dengannya. Sudah berbagai macam cara ia lakukan untuk mengembalikan suasana hati baik Rindou, namun setelah rapat seminggu lalu Rindou masih saja mendiami mereka berdua.
Setelah menidurkan Rindou di mobil, ia membawa Rindou pulang ke rumah mereka. Untungnya Ran masih berbaik hati demi kebahagiaan adiknya, Sanzu tinggal bersama mereka dan menjalani hari seperti keluarga. Walaupun Rindou sering mengatakan membenci Ran dan Sanzu dengan gamblang, namun nyatanya ia tetap mempedulikan mereka, bahkan setelah kejadian buruk kemarin juga tetap menanggung resiko dari masalah yang mereka ciptakan.
Sesampainya di rumah, Sanzu membawa Rindou ke kamar, menidurkan si surai dwi warna dan pergi beranjak ke kamar mandi. Rindou mengerjap perlahan, tangannya meraba kasur di sebelah. Kosong, tak ada hawa keberadaan Sanzu di sana.
"Sanzu?" ekor matanya melirik ke segala arah, namun nihil, Sanzu tak ada di kamar. Dengan langkah gontai ia beranjak dari kasur. Belakangan ini Rindou benci sendirian, walaupun ia terus memarahi Sanzu dan Ran, sejujurnya Rindou sangat ingin menghabiskan waktu seperti dulu lagi. Tanpa ada kecanggungan dan rasa bersalah, sayangnya Sanzu dan Ran masih saja ragu dan menyapa seperti biasanya. Rindou bukan anak kecil lagi, ia tak perlu dilindungi dan dijaga seperti bocah, ia juga ingin berada di posisi yang sama seperti Sanzu dan Ran.
"Sanzu" tangannya menggapai tembok, kepalanya terasa pusing, rasa mual mulai menghampiri.
"Hoek"
"Ah, jangan di situ!" Sanzu yang baru keluar dari kamar mandi langsung menghampiri Rindou yang berjongkok. Rindou muntah tepat di depan pintu kamar mereka. Sanzu kembali membawa Rindou ke kasur dan menidurkan sang kekasih. Pada saat ingin pergi, Rindou menggenggam tangannya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finale : Pink Scandal [SanRin Ft.Ran]✔
Fanfiction[Tamat] Spin-off kisah kelanjutan perjalanan Sanzu, Rindou dan Ran dari book sebelumnya yang berjudul "Finale" Kejanggalan sifat Ran dan Sanzu membuat Rindou sulit menaruh rasa percaya pada mereka lagi. Padahal kakak dan kekasihnya itu tak pernah me...