"Masih berani?"
Giginya menggertak kesal, sudut bibirnya lebam dan wajahnya dipenuhi luka. Rindou sudah tahu jika dirinya hanya akan jadi samsak saat melawan Terano, tapi jika tak melakukan ini bisa-bisa rencananya untuk memecah ketiga orang itu bisa gagal. Surai dwi warnanya dijambak agar ia mendongak, diikat dikursi dan disiksa berkali-kali. Sekarang Rindou paham kenapa kakaknya sering kali menikmati pemandangan seperti ini. Kakucho tergeletak tak berdaya, kepalanya dihantam keras sampai pria itu pingsan di tempat.
"Kau seperti monster" gumam Rindou.
Terano tertawa kecil, seringai licik tercipta dibibirnya, sudah kacau begini masih saja berani. Beberapa pukulan kembali menghantam pipi Rindou.
"Mau mati?" Rindou sama sekali tak goyah dengan tatapan mengintimidasi Terano, melihat penjahat dengan perawakan tenang dan gila sudah biasanya baginya.
"Kau tau, aku sudah menunggu lama hari ini tiba"
Brak!
Mereka menoleh ke asal suara, gudang tua di dekat pelabuhan adalah tempat Rindou disekap. Mungkin suara itu berasal dari kardus bekas yang masih berada di sini, Rindou menyeringai puas, ini dia yang paling ditunggu.
Suara tembakan dan gaduh semakin terdengar, Terano mengernyitkan alis bingung, apa yang terjadi sebenarnya.
"Apa itu?" ucapnya bingung.
Brak!
Terano mendatangi asal suara kegaduhan ini, ia memeriksa siapa orang yang datang. Terano berjalan menuju pintu luar, baru mau menghampiri malah melihat Sanzu yang terlempar di dekatnya. Pria itu menabrak tumpukan besi dan kardus, wajahnya dipenuhi luka, tangan kanannya memegang katana tajam yang berumuran darah. Pria itu bangkit dan menatap nyalang orang yang baru saja menendangnya kuat.
"Aku tak akan membiarkanmu hidup keparat!" Ran benar-benar ditutupi kabut amarah. Setelah Senju memancingnya bertemu dengan Sanzu, gadis itu dilepas begitu saja, Izana juga tak terlihat setelah Sanzu dan Ran bertemu, mereka cuma mengikuti arahan dari Rindou.
"Kakak ipar bangsat, kau tak bisa menjaga adikmu sendiri" Sanzu mengusap darah di sudut bibirnya, ia bersiap dengan katananya, perkelahian mereka tidak ada habisnya, bahkan sampai tak sadar sudah sampai ke tempat itu.
"Kau yang tak bisa menjaga Rindou!" kepribadian yang selalu tenang berubah drastis, Ran kesetanan dan Sanzu yang terlihat lebih tenang.
"Oi, oi" Terano memperhatikan dua orang itu, ia menatap malas pertengkaran konyol mereka.
"Kalian bertengkar karena tak bisa menjaga adik Ran? Konyol sekali" Terano terkekeh kecil.
"Ini semua karena kau" Ran mengepal tangannya kuat, sorot matanya menandakan bisa membunuh siapa saja yang membuatnya marah.
"Apa? Kau menyalahkanku?" alis si pria besar menukik tak senang, kenapa jadi ia yang disalahkan. Sanzu hanya diam, baru pertama kali bertemu langsung membuatnya berpikir, pria itu pasti lebih tangguh daripada dirinya. Tinggi dan berbadan besar, mau melawan harus pakai kepintaran dulu agar tak mati sia-sia.
Ran menodongkan pistol ke arah Terano, Sanzu tak menyangka pria yang selalu tenang itu sangat mudah hancur karena kematian adiknya.
"Mau melawanku lagi?" tanya Terano remeh.
"Aku akan membunuhmu"
"Jangan lupakan aku" sela Sanzu yang mengelap katananya dari darah yang menempel.
Perkelahian tak terelakkan lagi, Ran melepaskan tembakannya, namun Terano berhasil menghindar, Sanzu tak peduli pertengkaran mereka berdua, tujuannya masih tetap membunuh Ran bagaimana pun caranya. Kala katana Sanzu melayang ke arahnya, pria jangkung itu melangkah ke samping, tak melewatkan kesempatan Ran menendang perut Sanzu keras. Sang empu jatuh sembari memegangi perutnya, Ran berlari meninggalkan Sanzu, Terano adalah target utamanya kali ini. Setelah menyelesaikan pria besar itu, Sanzu akan ia siksa sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finale : Pink Scandal [SanRin Ft.Ran]✔
Fanfiction[Tamat] Spin-off kisah kelanjutan perjalanan Sanzu, Rindou dan Ran dari book sebelumnya yang berjudul "Finale" Kejanggalan sifat Ran dan Sanzu membuat Rindou sulit menaruh rasa percaya pada mereka lagi. Padahal kakak dan kekasihnya itu tak pernah me...