Suasana di SMA Bersatu Padu sedang gempar-gemparnya. Pasca melayangnya kabar bahwa ada salah seorang murid yang meninggal dunia di kamar asramanya, berbagai spekulasi muncul di sana-sini.
Ada yang bilang kalau itu kasus bunuh diri, dilatarbelakangi aksi bullying. Ada juga yang bilang bahwa itu adalah kasus pembunuhan. Ada pula yang mengatakan bahwa anak tersebut hanya tak selamat melawan suatu penyakit.
Kaivan baru saja selesai dari mem-packing barang-barangnya dari kamar asrama kelas VIP miliknya. Mendadak saja kepala sekolah mengumumkan perintah pengosongan seluruh asrama laki-laki disebabkan oleh kasus yang baru saja terjadi di sana.
Katanya, sekolah dan pihak berwajib hendak menyelidiki terlebih dahulu dan memastikan kasus kematian. Memulangkan para siswa ke tempat tinggal masing-masing hanya demi alasan keamanan.
Kaivan cepat-cepat menghampiri tujuannya, yakni kamar asrama teman sekelasnya, bernama Raffael. "Raffa!" panggilnya penuh kepanikan.
Raffa yang juga sedang sibuk dalam proses packing pun tersentak, menahan bagian kiri dadanya agar jantung tak merosot. "Woi, Kai! Sengaja ngagetin lo?"
"Woah syukurlah."
"Kenapa lo?"
"Lega. Bukan lo yang mati."
"Woi?"
"Gue kira lo korbannya, Raf. Spesifikasinya banyak nyambung soalnya. Lo anak yang cukup ansos, bullyable, dan angst-able jadinya cocok jadi pasien pengidap sakit keras," tutur Kai dengan polosnya sementara Raffa hanya bisa berlapang dada.
"Kai, lo nyumpahin gue atau apa, hm? Jujur, lo ada dendam apa."
Kai langsung nyengir. "Nggak ada, hehe. Gue bercanda, elah."
Raffa menggeleng-geleng tak habis pikir, lantas melanjutkan kegiatan mengemas barangnya.
Kai yang menunggu temannya sambil senderan di depan pintu lantas mulai mengangkat pembicaraan. "Omong-omong, Raf."
"Apa?"
"Habis ini lo mau pindah ke mana?"
"Belum tau pasti. Kayaknya sih bakalan ke kosan abang."
"Lo punya abang?"
Raffa mengembus napas keras. Pertemanan mereka memang hanya sebatas rekan satu kelas tanpa keinginan tahu lebih jauh tentang kehidupan pribadi masing-masing. "Iya. Dia kuliah di MTG, semester 5. Dari kosannya mungkin butuh sekitar 15 menitan ke sekolah kita. Seinget gue."
Kai mangut-mangut paham.
Raffa lantas balik melempar tanya yang sama. "Lo sendiri? Bakal ke mana?"
"Bokap udah tau hal ini, dan gue rasa kayaknya beliau udah menyiapkan apartemen buat gue tempati."
Kedua bola mata Raffa membulat sempurna. "Buset," gumamnya. Pemuda tersebut hampir lupa bahwa kawannya itu adalah si tunggal kaya raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDOOR
Humor[A TXT LOCAL FANFIC] Persaudaraan itu tak selamanya indah, tak selamanya pula terasa sumpek. Relasi pedas manis itu akan terus terjadi seiring waktu berjalan. Akan selalu melekat sehingga kamu akan merasakan bahwa lingkaran tersebut adalah rumah yan...