Matahari sudah terbenam, bulan pun sudah muncul di langit dengan bintang-bintang berhamburan. Naura sedang berada di balkon kamar nya dengan ponsel di tangan nya.
"Gue bingung, gue itu sebenernya suka nggak sih sama Rey?" tanya Naura pada diri nya sendiri.
Ia melihat ke atas langit, banyak sekali bintang-bintang cantik berhamburan di sana. Sangat indah dan cantik.
"Kalo di tanya sih pasti suka, tapi mau gimana pun juga gue sama dia beda agama, nggak bakal bisa satu." lanjut nya berubah sendu.
Ia berjalan ke arah meja belajarnya, lalu duduk di kursi, ia menatap satu persatu buku nya, ada buku pelajaran, dan beberapa novel.
Ia memang sangat menyukai membaca novel karena itu ia selalu nenghalu tentang cowok-cowok gepeng, dan selalu mengharap kalau dia akan di jodohkan dan kisah cinta nya semulus yang berada di novel.
Tapi kali ini ia sangat tidak mood untuk membaca novel, yang ada di pikiran nya kali ini hanya Rey dan perkataan Imel tadi. Gentha? Apapun yang di katakan pria itu tidak akan di pikirkan oleh Naura, karena ia tahu seberapa buaya nya Gentha.
Ia mengambil sebuah bingkai yang terdapat foto wanita muda dengan anak perempuan berumur sepuluh tahun yang berada di atas meja nya. "Mama, aku kangen."
"Maaf aku belum bisa cari bukti kalau yang bunuh Mama itu bukan hanya dia, tapi Om Fahri juga."
"Aku tau Om Fahri juga yang bunuh Mama karena surat itu, tapi sayangnya nggak ada yang percaya, Ma." lanjut nya, ia mengusap foto nya dengan Mama nya beberapa tahun silam.
"Aku janji bakal cari tahu secepatnya, Ma."
****
Di belahan dunia lain, tepat nya di sebuah rumah pria bernama lengkap Gentha Elfras, ia sedang bermain game online di ponsel nya sampai akhirnya sebuah dering telepon dari ponsel milik nya yang satu mengganggu pendengaran nya.
"Halo, kenapa? Siapa? Ganggu aje lo gue lagi nge-game." ceroco Gentha saat pada seseorang di seberang telepon sana.
"Gentha Elfras."
deg!
Mata Gentha membulat sempurna dengan jantung yang berdetak kencang, ponsel yang ia pakai untuk bermain game ia tinggal, lalu mengambil ponsel yang tersambung telepon dengan seseorang.
Gentha mendekatkan ponsel nya pada telinga nya, tubuh nya seakan membeku mendengar suara tadi. Suara seseorang yang sangat ia kenal.
Dengan kaos polos berwarna hitam dan celana pendek nya, ia berjalan ke arah balkon dengan perasaan yang tak karuan.
"Kaget?" tanya seorang pria di seberang telepon lagi membuat Gentha menelan saliva nya susah payah.
"Lo... udah keluar?" tanya Gentha sedikit gugup.
Pria itu terkekeh sinis. "Udah waktu nya bro."
"Gimana keadaan lo? Baik? Tapi lo siap-siap aja, besok, lusa, Minggu depan, Bulan depan, atau bahkan sekarang, lo nggak akan bisa bernafas lega lagi."
Gentha menghela nafasnya panjang. "Bagus deh kalo lo udah keluar, gua ikut seneng." ucap Gentha mencoba tenang.
Pria itu terkekeh pelan. "By the way, sifat lo masih sama ya kayak dulu? Tapi..
"Kayak nya ada yang lagi deket banget ya sama lo?"
"Em siapa ya?"
"YAPS! Naura."
Gentha mengepalkan tangan nya kuat saat mendengar nama gadis itu. "Urusan kita, nggak ada hubungan nya sama dia." ujar nya setelah itu memutus sambungan telepon.
Tangan nya mencengkeram kuat ponsel di tangan nya, kali ini ia merasa sangat takut, setelah perkataan pria di telepon tadi, ia tidak yakin akan bisa hidup bebas seperti biasanya.
"Welcome back, Arbian Zaki Pradipta."
***
Hai, udah lama ga update hehe.
Masih ujian jadi jarang buka apk oren ini.
Kalian yang lagi ujian juga semangat yaa.
Jangan lupa vote and komen nyaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naura & Cinta nya
Teen FictionNaura Salsabila, terjebak cinta beda agama, tidak pernah ia inginkan. Namun, hal itu sudah terjadi, ia terlibat cinta beda agama, yang hubungan nya tidak pernah pasti. Perjodohan pun, belum pernah terfikir oleh nya, sampai akhirnya ia tahu, orang tu...