Sehari setelah Thea membuka kesempatan untuk Ata, sedikit banyak merubah raut yang dipancarkan Thea. Carlos dan Tessa pun nampaknya cukup paham bila lelaki yang mereka lihat kemarin berhasil meluluhkan Thea dengan entah seperti apa rayuan maut yang dilontarkan. "Kantin yuk, masih ada 15 menit sebelum masuk, dan sepertinya ada yang lebih rajin kali ini, padahal biasanya selalu ada surat keterlambata yang dibawa masuk ke kelas," ucap Carlos sambil merangkul Tessa dan Thea. "Boleh juga, kebetulan pagi ini bundaku tak sempat menyiapkan sarapan karena pergi ke luar kota, nasi goreng dengan secangkir susu hangat sepertinya nikmat," jawab Tessa. Pemandangan semacam ini amat jarang dijumpa, Thea, Tessa, dan Carlos jarang sekali ke kantin di pagi hari. Seperti biasa, kopi hitam adalah andalan Thea, dan jus jambu adalah favorit Carlos. "Bukankah kau nampak lebih sumringah? Pesanlah sesekali sesuatu yang lebih manis atau asam mungkin? Tak ada bosannya kau pesan kopi pahit pagi-pagi?" tanya Tessa pada Thea.
"Tak usah banyak protes, urusan selera tak ada kesinambungan dengan moodku, kopi pahit tetap pilihan utama, apalagi dipadukan dengan sebatang," belum sempat Thea mengeluarkan rokok dari sakunya, Carlos telah merebut dan melemparkan ke tong sampah. "Jangan mulai deh, kurangi kebiasaan sebatmu itu, sesekali pikirkan kesehatanmu, jangan terlalu sering-sering. Ingat, kau sudah berjanji bukan untuk mengurangi? Minggu lalu kulihat 3 kotak kau habiskan dalam 2 hari. berhenti sebentar, oke? Mulutmu takkan masam, lelaki tempo hari itu tampaknya sudah memberikan rasa manis juga kan?" ucap Carlos sambil menggoda Thea. "Bangsat, diam atau kopi ini sebentar lagi melayang ke wajahmu Carlos," Tessa hanya menggelengkan kepala melihat kedua sahabatnya yang terlampau sering melakukan percekcokan tak penting, ia pun tetap menikmati santapan yang disuguhkan. Sudah cukup lama Soma tak pernah berkumpul dan melakukan candaan ringan semacam ini, biasanya mereka berkumpul hanya untuk menjitak ataupun mengoceh karena ulah Thea yang selalu ceroboh.
15 menit berlalu, mereka bertiga kembali ke kelas dengan tetap membawa cemilan pada masing-masing saku. Bagaimanapun tingkah Tessa dan Carlos, mereka berdua tetap berada di samping Thea walau terkadang onar yang Thea perbuat juga berimbas pada mereka. Tessa sudah lebih dari 7 tahun bersama Thea dan paham setiap permasalahan yang dilaluinya, Carlos yang baru saja hadir 3 tahun belakangan pun menjadi paham lewat penjelasan yang Tessa berikan. Bukan tanpa alasan Thea menjadi sosok yang seperti sekarang ini, dia hanya mengekspresikan rasa kesal lewat onar yang pada dasarnya merugikan diri sendiri. Thea tak pernah sekalipun merugikan ataupun melukai orang lain, ia selalu mencoba melukai dirinya sendiri dengan berbagai macam cara.
Hari ini jam pelajaran terakhir kosong karena pengajar sedang absen, tanpa pikir panjang Thea bergegas cabut lewat pintu belakang kantin walaupun belum waktunya pulang. 'Lihat kawanmu itu, nampaknya tingkat kasmaran pada sang pembawa lily teramat tinggi, hingga berpamitan pada kita saja tak sempat," ucap Carlos. "Biarkan saja, toh kita patut berbangga bukan bila Thea memiliki dunia lain yang lebih membuatnya sumringah? Setidaknya luang waktu yang ia miliki tak dipergunakan untuk hal-hal yang merugikan dirinya," ucap Tessa.
Kini Thea telah sampai di tempat biasa, 2 jam berlalu dan tak ada tanda-tanda bila Ata akan hadir. "Nak, bodoh sekali aku sampai lupa, tadi Altair titip pesan bila dia ada kelas sampai sore. Jadi, dia akan menghampirimu bila kelasnya telah usai,"sahut si pedagang dari dekat pintu WC. Mendengar ucapan si pedagang, Thea melanjutkan pekerjaan dengan cukup lega karena ia akan tetap bertemu Ata hari ini. Karena terik mulai hilang dan sudah saatnya Thea mengambil kudapan, ia berhenti menunggu Ata kemudian bergegas menyebrang menuju gang tempatnya mengambil kudapan. Kali ini Thea sengaja lewat rumah Ata, barangkali dapat ia jumpa Ata disana. Dari kediaman oma Hulda terlihat Ata sedang membantu perempuan seumuran bunda menyirami tanaman, sedang adik lak-laki Ata tengah asyik bermain basket bersama pria seumuran Ayah. Sudah pasti mereka adalah orangtua Ata, keluarga kecil mereka nampak hangat wajar bila Ata menjadi sosok yang amat menenangkan. Ata melambai pada Thea, lalu menariknya untuk bergabung "Ayo, kukenalkan kau pada beberapa orang yang ada di hidupku selama ini,ayah, ibu, dan Arrow adikku."
"Kak Thea, akhirnya bisa menjumpaimu secara langsung, biasanya kan aku hanya melihat kalian dari balik jendela," ucap Arrow sambil mengelap tangannya yang penuh peluh dan disodorkan pada Thea. "Ayah, Ibu, ini Althea dia, (belum selesai Ata bicara Arrow berteriak kencang), itu pujaan hatinya bu, salah satu alasan kenapa lily di balkon abang akhir-akhir ini semakin sepi." Wajah Ata sedikit merah, demikian pula rona pada pipi Thea. "hai Althea, kami orangtua Ata, salam kenal ya, saya Aero, dan ini istri saya Lila, kami senang akhinya Ata memiliki teman dan tak melulu bergulat dengan kertas-kertasnya," ucap ayah Ata dengan ramah. Ata lekas meminta izin untuk menemani Thea mengambil kudapannya, mereka berdua segera berlalu dan kedua orangtua Ata melambaikan tangan bersama sambil merangkul satu sama lain. Salah satu pemandangan yang diimpikan Thea ketika berangkat sekolah, kedua oangtuanya melambai dengan senyum hangat. Namun, jelas mustahil itu terjadi untuk saat ini, terakhir kali Thea melihat pemandangan itu mungkin saat Thea masih TK dan Nara belum lahir.
"Bagaimana hari ini? maaf sekali aku tak bisa menemuimu siang tadi, ada kelas yang harus kutempuh walaupun sebenarnya kelasku tadi tanpa pengajar, hanya saja tugasnya cukup banyak dan perlu kuselesaikan segera," berbanding terbalik dengan Ata, Thea malah sengaja meninggalkan kelas kosongnya dengan harapan segera bersua dengan Ata. "Hariku masih seperti biasanya, tak ada yang cerita istimewa yang bisa kubagikan pula," jawab Thea. "Bagiku, setiap hari yang kita lalui memiliki makna masing-masing yang mungkin saja dapat kita jadikan acuan untuk menatap esok ataupun lusa. Kau terlihat sedikit murung, kali ini apakah ada yang ingin kau bagi denganku?" tanya Ata.
"Aku hanya mengherankan kehidupanmu, kau seperti tak memiliki vibes negatif dalam hal apapun, bahkan keluargamu pun meluapkan kehangatan yang masih kurasa sampai saat ini." kali ini Ata hanya sedikit tersenyum kemudian merangkul Thea. "Thea, kami hanya mencoba memberikan yang terbaik yang kami miliki, aku pun tetap memiliki hal-hal negatif didalam pikiran maupun nuraniku. Namun, aku memilih untuk membagikan sisi positifnya saja, terlebih pada perempuanku yang satu ini." rona pipi Thea pun berubah seperti jambu yang telah masak. "Dengarkan sebentar, kelak, saat tak ada satupun hal yang patut kau perjuangkan, setidaknya kau masih memiliki keluarga entah adikmu, bundamu, atau ayahmu yang perlu kau pertahankan. Seburuk apapun kenangan mereka dalam memorimu, mereka tetap layak dipertahankan, setidaknya pikirkan memori indahmu bersama mereka walaupun hanya sebesar peniti dalam tumpukan jerami," ucap Ata sambil memegang kedua pundak Thea.
Sepanjang perjalanan Ata banyak bercerita tentang novel yang sedang ataupun telah ia baca. Katanya, beberapa novel memiliki makna tersendiri, sebagian ada yang masih membekas dan sebagian lagi perlahan sirna. Sebagai manusia yang tak begitu gemar membaca, Thea cukup kagum dengan penjelasan yang Ata berikan, perlahan Thea pun mulai penasaran dan berniat untuk segera mencicil layla yang tempo hari diberika padanya. "Oiya, hari ini aku tak membawakanmu lily ya, kebetulan satu lily kusisakan untuk oma, hari ini peringatan kematian opa Seno, suami oma Hulda.
Benar saja, saat mereka berdua kembali, oma sudah duduk di kursi depan rumahnya bersama anjing peliharaannya, Ata bergegas mengambil setangkai lily yang telah ia siapkan di dekat ayunan rumahnya. "Oma, semoga kelak kalian dipertemukan lagi pada masa yang lebih berbahagia ya, sekarang oma sudah lebih kuat, oma lebih sering mengumbar senyum. Di atas atau entah dimanapun itu, opa pasti turut bersuka melihat oma sekarang ini. Tuhan sayang opa, Tuhan pun mengasihi oma, Dia tengah menyusun rencana untuk memilah masa yang tepat agar nantinya kalian dipertemukan lagi untuk menyicip kebahagiaan yang abadi, semangat oma, sehat-sehat ya," ucap Ata sambil mendekap oma Hulda.
Tangis oma pun tak terbendung, sejak Ata pindah, oma seperti memiliki cucu kesayangan yang senantiasa menemani hari-hari sunyinya. Oma lekas menarik tangan Ata dan Thea, "kalian pun berlu berbahagia, untukmu Ata, berikanlah waktu untuk dirimu sendiri sesekali, kadang kau terlalu sibuk memikirkan orang lain. Untukmu nak, Thea, kau harus tetap bertahan, lelah itu wajar, tapi kau tak boleh menyerah, tentunya itu bukan sifatmu kan? Kau perempuan tangguh nak, yakinlah bila kelak kalian juga akan temukan bahagia bersama."
Bagaimana mungkin Tuhan ciptakan malaikat berwujud manusia?
Apakah Tuhan kiranya bercanda? namun Altair jelas kehadirannya,
Rasanya si bangsat perlu berterima kasih pada Tuhannya,
Kali ini Tuhan tunjukkan suka cita bukan lagi duka maupun lara
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG LIMINAL
RomanceKatanya kita harus terus tumbuh walau nyatanya kita sedang runtuh. Althea Jingga Drinata, tak pernah membanggakan kisah yang ia jalani selama hidupnya. Satu - satunya yang selalu ia jaga dan miliki adalah Nara, Adiknya. Persetan dengan romansa palsu...