Murid Baru

9 8 1
                                    

Hari senin_pagi

Di kamarku_

Kriiing kriiing (suara alarm 6)

Tok tok (suara ketukan pintu)

“!!!!!!” (suara teriak tidak jelas)

Yep, aku mendengar semuanya. Tapi, bukan berarti aku bangun terduduk. Selimutnya bikin ketagihan.

Dan Bruaak... (pintu terbuka lebar)

“kak VHINAAAAA. Wake up!! Giliran kakak nyiapin sarapan” suara cowok eh adik kedua ku.

“apaan sih? Ribut Woy! Hmm..” aku masih di dalam selimut.

“Kakak, aku ada piket hari ini. Bangun dong” suara cewek dengan lembutnya tapi..

Sreeek.. (Gorden terbuka + Selimut terbuka)

Yah, dia adik bungsuku.

“Arrrgh... kalian beraninya masuk! Woy, gua bangun bangun nih. Liat! Sekarang keluar!!!” alhasil aku melototi mereka berdua, mereka nunduk nyesal melangkah keluar.

Hm, tidak ada yang salah sih. Aku pun tidak.

Yah wajar lah, aku kan kakak tertua yang bertalenta (weeekh)

Jam 7_pagi

“Kakak, kami berangkat dulu. Kata Mami Papi, jangan lupa kunci pintu” kalimat dari adik laki-laki ke4, itu nasehat dari ortu yang lagi happy anniversery di luar kota.

“Nng, hokeh deh (oke) sono berangkat. Woy, Alex liatin adik-adik lu. Harus mastiin sampai di kelasnya masing-masing baru lu ke sekolah juga!” aku peringatin ke adik laki-laki pertamaku buat jagain 4 adiknya ke sekolah.

“Siap” hormat dengat dua jari di keningnya

“liat dia, sok dingin” aku ngomel sendiri sambil ngelap meja makan, hiks.

Yah, diliat dari kalimat singkat di atas.

Aku anak pertama dari 6 bersaudara, ke 4 adikku cowok semua. Dan hanya 1 cewek, dialah terbungsu. Mereka ber4, berada di Sekolah Dasar (Putih Merah) yang sama.

Dan aku, aku adalah kakak yang sangat mandiri (hahaha) alias bantu Bibi nyiapin sarapan ( ;-P )

Aah, sekian.

Lanjut!

Jam 8_di kelas 2A SMP

“Woy Vhin, gak ingat apa ini hari Senin? Lu telat amat, mana lu piket hari ini lagi” teman kelas paling tomboy.

“Yeeee, maapin Kelly. Lu kan tau kalau MamiPapi gua sedang liburan” tapi dia baik kok, cantik pake swerr lagi.

“Vhina, lu baik-baik kan? Mau kita bantuin ntar kalau jam istirahat?” ini nih kembaran si Kelly, Kenny. Dia Feminim banget.

“ahaha, boleh kok. Singgah tidur juga boleh, hehe” Rumahku memang tempat parkiran, tempat istirahat paling nyaman. Kenapa? Aku jalan kaki ke Sekolah karena dekat (:-D)

Aku mulai keluarin buku tulis, tempat pensil dan buku cetak Bahasa Indonesia. Entah kenapa pagi ini lumayan sepi.

“Oioi, gue dengar ada murid baru woy!”

“Cewek gak? cewek gak?”

“Gue dengar dia pemain bola di Sekolahnya dulu”

“Cowok dong berarti”

Tidak jadi sepi, cewek cowok di kelasku heboh banget. Namanya juga anak-anak eh, maksudku kemarin ada yang hanya dua pekan pindah dari sekolah ini makanya heboh. Mana di kelas ini paling banyak cowok 12/8.

“hei Lydia, lu dengar dari mana kalau dia pemain bola?” dia teman dekatku yang tercantik tingkat dewi kelas sekaligus tetangga agak jauh. Sayangnya, dia sudah ada yang punya.

“Iya nih, tumben lu yang ngomong. Biasanya sms-an ajah tuh sama si Doi, hihi” Ledek si Kelly.

“iya, Lydia benar soal itu. Gue dari kantor sama dia tadi ambil tinta spidol”

“si Fey juga. Wah wah. Oke oke, si juara kelas kita ngomong. Lu harus percaya sama ketua kelas kita, Vhina” Kelly lagi.

“yeah, biasa ajah. Kan gue nanyain doang” aku merasa di serbu.

15 menit_

“Selamat Pagi, murid-murid. Hari ini, kalian kedatangan teman baru. Silahkan masuk” suara merdu dari guru wanita BI, sekaligus Wali Kelas.

Kami serentak melihat ke depan di sampin pintu masuk, ada yang melangkahkan kakinya masuk.

Baju putih biru navy, dia tidak memakai ranselnya. Tapi digandeng kebelakang sambil berkedip tepat dibarisan cewek.

Aku? Aku ngapain? Lirik jendela seperti biasa, damai di barisan ke tiga dari depan setia di samping jendela.

Kenapa aku tau berkedip? Yah, biasalah si Lydia langsung mual dan nyenggol aku yang disampingnya.

“Kalau mual, lapor Doi sono” bisikku malas.

“Yeeh, lu gak seru ah”

“Baiklah, silahkan perkenalkan diri nak” anjur ibu guru BI.

“baiklah, bu. Perkenalkan saya Ian, I-A-N. Anak bola, mari berteman gess. Terimakasih” dia memperlihatkan senyum lebar agak miris berlagak sombong sambil memainkan alisnya, aku sampai tidak berkedip karena sikap anehnya.

“Wohuhu, dia cool”

“kyaa~...”

“Cowok mulu, mana keren lagi”

“Eh, awasi para senior dan junior. Jangan sampai mata mereka jelalatan”

“Oke boss”

Kira-kira itulah bisikan para cewek di sekitarku, mereka tidak sadar apa dengan mata mereka sendiri. Aku malah ngangguk lagi (eh?).

Wajarlah, kelas kami sasaran fanboy. Mana kebanyakan suka futsal atau semacam itulah.

Au ah gelap!

“Duduklah di samping Rei, nak Ian” Ibu Mar mengarahkan ke arah barisan yang sama denganku namun bagian cowok dekat jendela yang sejajar dengan pintu masuk dan keluar.

“What? Rei?!” aku kaget dan menatap ke arahnya, sampai aku menggenggam lengan Lydia terlalu erat.

“Aww! Vhin, lu mau cabut lengan gua hah? Kenapa sih?” tanya Lydia heran, aku spontan melepas genggamanku. Aku bersyukur dia kurang peka.

“Nng, sorry beb. Ahaha, langit tadi silau banget terus ada burung tiba-tiba lewat. Kaget, haha”

“apaan sih? Ngaco. Udah, gak apa-apa.”

“Vhina, lu gak salah kaget? Haha.” Kelly memberi kode bisikan dari depan “gua tau lu kenapa kaget, hihi”

“Udah, liat ke depan sono” aku menutup wajahnya dengan makalah.

Sebelum konsentrasi dengan pelajaran pertama, aku mengambil kesempatan untuk melirik ke arahnya. Tapi, aku lirikanku dibalas. Kok tapi? Yah, yang balas malah si Anak Baru sambil senyum lagi.

Aku dan Si PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang