Rumah Parkiran Ter-aman

7 7 4
                                    

"Kak Vhina! Sini" ini suara Yoshua.

Aku mencari sumber suara dari kerumuan. Dia tepat berdiri di belakangku beberapa meter.

"Oh, ada apa? Ke sana yuk, Ian" si Ian ikut-ikut saja.

"Si Alex dan Fred ninggalin gua nih"

"Ya ampun, manja banget lu. Kan tinggal jalan kaki. Rumah gua tepat depan mata kali" sambil nunjuk rumah hijau bertingkat di seberang jalan sebelah kanan setelah 8 rumah.

"yeeeh, maunya gitu kak. Tapi, dia baru ajah pergi naik motor ke arah lain. Kita samaan yuk, kak"

"Yaudah, mana si Halton?"

"it...." Yoshua terhenti karena.

"Bwaa! Gua di sini kak" tiba-tiba muncul entah dari mana.

Yoshua dan Halton teman kelas Alex, para junior.

"huaaa, lu ya! Ayo berangkat" ingin melangkah, tapi

"kak Vhina, teman kakak gimana?" si Halton mengingatkan bahwa dari tadi ada yang diabaikan.

Plak (suara tepukan telapak tangan ke dahiku)

"Hehe, maafin gue ya. Mau singgah gak?" aku menawarkan.

"gak apa-apa kok. Biasa ajah kali. Oh iya, kalian sepertinya akrab" Iah heran.

"wahaha, gak kok. Merekanya yang sok akrab. Biasa, bagasi rumah gua udah jadi tempat parkiran. Bayangin, dari waktu mereka diMOS loh haha"

"waah, kakak jahat deh" si Halton ngeluh.

"Lebih aman memang di rumah kakak" Yoshua setuju.

"Oh gitu ya. Boleh dong nambah 1 kendaraan hehe" tanpa ditawarin nih.

"Boleh kok.. mau lebih dari 1 juga bisa kok" jawabku enteng.

"Kalau gitu, sampai jumpa besok ya. Sepertinya aku akan pulang sekarang" si Ian pamit menghampiri motor pribadinya di parkiran.

"oke, baiklah. Hati-hati" aku melambaikan tangan dan "ayo ke rumah adek-adek bawel"

"siapa kak?" Halton mengorek telinganya sengaja.

"Lu boblok" Yoshua sibuk dengan Hpnya.

Mereka berdua mengekor di belakangku.

"kak Vhina, si Ian itu murid baru ya?" tanya Yoshua.

"iya, baru hari ini. Ditambah tadi aku jelasin seluruh sekolah seperti MOSin kalian" jelasku sekaligus curhat.

"wuhuhu, kasian kak Vhina. Mau aku beliin makanan gak? Hehe" canda Halton.

"Oh iya, karena bahas makanan. Aku dan yang lain pengen buat acara makan-makan di rumah kakak pekan ini." Lanjutnya.

"Kata siapa boleh ngadain acara?" Tanyaku heran.

"Si Alex tuh" sambung Yoshua.

"Iya, katanya ortu kakak lagi liburan di luar kota" jelas Halton.

"Astaga, mulut dia memang. Diam-diam ember banget" kataku jengkel, takutnya mereka leluasa datang ke rumah.

"Gimana nih, kak? Aku telanjur undang grup ke teman-temanku" tanya Halton penuh harap.

"Yaudah, karena telanjur ngundang" mana mungkin aku nolak.
"Sudahlah, kalian hati-hati di jalan"

"siap" Halton memakai helm di atas motornya.

"kami pergi dulu, kak. Makasih" Yoshua berangkat duluan.

Di kamar tercinta_

"Huaaaa, capeeeek!" aku merebahkan tubuhku yang super duper melelahkan di atas permadani empuk yang tidak ada duanya lalu terlelap.

Malam hari, ruang keluarga_

"kak Vhina, GGSnya kakak udah main" teriak si adek ke 4, Albern.

"Iih, kenapa lu teriak gobl*k? Lu gak mau liat Hulk, hah?" bantah si adek ke 3, Ardolph.

"Tau nih kak Albern. Padahal, baru mulai juga" si adek bungsu ke 5 Viola. Mulai lagi mereka, padahal aku ada di tangga.

"udah deh, gitu ajah bertengkar. Tenang, kakak udah download Hulk di laptop atas. Kalau mau lia... eh?" mereka bertiga langsung lari ke atas tanpa mendengarkan perkataanku sampai selesai. "Nontonnya di luar! Jangan sentuh apapun selain laptopnya kakak!" aku teriak dari bawah
"Siap, kak!" jawab mereka serempak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku dan Si PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang