Setelah semua bubar keluar. Mereka langsung pulang, tasku masih di kelas.
“Fey, lu ditungguin si Farrel di pintu” aku bertemu di pintu keluar.
“Baiklah, gue balik duluan ya. Daaa” Fey melambaikan tangannya sambil berjalan berdampingan Farrel.
"Eh tunggu Farrel! Si Alex mana?" Aku menghentikan langkah mereka berdua.
"Sepertinya masih di kelas, tadi gue ngambil motor dari rumah kakak sendirian" jelasnya.
"Oh oke" mereka pun pergi.
Aku berjalan di koridor menuju kelas.
Tiba-tiba ada yang menyentuh pundakku.
“Hah, Alex! Kirain siapa. Kenapa?”
“kan bilangnya tidak boleh menyapa kalau ada orang. Kakak pulang tidak?” aku diingatkan perjanjian saat MOS kemarin, tidak boleh ada yang tau kalau aku punya saudara di satu sekolah. Alhasil, hanya 4 bulan terkuak.
“Belum. Pulang duluan sono. Paman Eiwa sedang menjemput bocah-bocah. Beritahu Bi Elis untuk tidak menungguku”
“Baik, kak”
“hei, kak Vhina cantik” tiba-tiba nyerocos si Fred dari belakang adikku.
“apa hah? Kalian pulang sana”
“Iih, kakak jahat sama aku. Nanti tambah tua loh hayoo hehe” ini bocah tau lah, namanya juga bocah.
“Lebay lu. Untung lu trio gaje bareng adek n pacar sahabat gua, kalau gak gua jambat lu”
“ish, serem banget kak lu Alex. Tapi, itu yang membuatku kagum” dari tadi menggoda mulu.“Weeek” aku dan Alex bersamaan karena sering mendengar kealay-annya dan berlalu beberapa langkah.
“Ini tas lu” si Ian menunggu depan kelas, itu berarti dia melihat kami.
“ah iya, makasih. Ayo mulai, kita mulai dari lantai atas ya” aku pun berjalan di depan sambil menjelaskan seperti pemandu wisata.
Mulai dari atap, tidak semua boleh nongkrong di sini. Karena dilengkapi kunci yang dipegang oleh pak Andrea. Kecuali ketua kelas dan sekretaris, mereka masing-masing punya kunci cadangan.
“hm, gimana menurutmu? Bukankah ini pas untuk bunuh diri?” kami berdiri paling ujung, untuk aku sih menikmati angin sepoi.
“hah? Jadi, kamu mau bunuh diri?” dia serius menjawab.
“haha, bercanda. Oh iya, gak usah sopan gitu bicaranya. Bukannya lu udah lama di Jakarta?”
“ini, gue gak ngomong kesembarang orang. Hanya untuk orang tertentu” dia tersenyum nakal (?)
“Ohoho, aku anggap itu sebuah kehormatan. Baiklah, kita ke bawah. Intinya, ini bukan tempat nongkrong anak geng apalagi buat ngerokok”
“baik bu Vhina, pfft” dia patuh, mungkin efek murid baru.
Intinya, lantai 3 itu kelas 1-3 A dan B. Lantai 2 dan 3, kelas 1 dan 2 C-E. Maka dari itu, dengan mudahnya kita bertemu dengan para senior dan junior. Naik dan turun menggunakan tangga. Menggunakan lift bagi guru dan murid-murid tertentu. Walau sekolah ini khusus SMP, tapi semua fasilitas dari Gedung Olahraga hingga Laboratorium bisa dikatakan lengkap, bahkan sering digunakan untuk perlombaan antar sekolah atau provinsi.
Sampailah kita di depan perpustakaan.
“Capek ya? Karena lu sabar ngikutin penjelasan, gue traktir minuman gimana?” aku nunjuk mesin minuman tepat di depan
“Boleh lah ditraktir sama cewek manis, kenapa tidak? Hihi” gombalnya
“oke oke. Padahal udah capek gini” aku masukin koin 2perak, dan coca cola pun keluar.“Makasih nih, Vhina” dia meminumnya.
“Sama-sama. Kalau gitu, selamat datang di sekolah sederhana kami” aku membentangkan tangan sambil tersenyum, bahagia dapat teman baru. Seperti itulah.
Jam menunjukkan pukul 14:00 siang. Kami sampai di gerbang tanpa basa basi selama perjalanan. Ada beberapa murid masih berada di ruang tunggu, mungkin sedang menunggu jemputan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Si Playboy
Short StoryIni kisah tentang Aku dan si Playboy Aku tau kalian mikirin apa. "Pasti endingnya bareng si Playboy" "Pasti happy ending" "Pasti masa depannya dengan si Playboy" "Pasti si Playboy nemuin cewek sejatinya, yaitu kamu" "Pasti si Playboynya gak main cew...