“Vhin, nih hotdogmu” Dwy memberiku dengan cuma-cuma (gratis)
“Thankyou, sis”
“Lydia, lu main Facebook kan? Pinjam Hp lu bentar” Lydia memberikan Hpnya, aku sibuk memakan hotdog sambil memerhatikan mereka di depan.
“Nih, udah. Makacih beb”
“kenapa? Lu ngambekan sama si Yoshua? Kapan jadiannya?” pertanyaan beruntun dari Jeanny.
“mau tau ajah atau mau tau banget?” yang pasti si Kelly tidak menjawabnya. Karena, mereka belum jadian.
Aku tau, karena aku Sekretaris yang Update.
“Eh Vhin, gue dengar-dengar nih. Si trio termasuk doinya Fey, Farrel. Mereka beli baju kembar. Ah, gue masih gak percaya kalau adik lu ternyata Alex setelah kejadian itu. Haha” si Kelly mulai.“Hhaha, iya. Mana si Fred naksir berat sama lu” ini si Dwy tumben bersua.
Duk (suara bola ke dinding)
“ehehe, sorry” siapa lagi kalau bukan si Jack Jail.
“Jack, oper sini” dukung si Darius, mereka rusuh lagi .
“Kalian, ini kelas” si kacamata Ryan.
“wuuuhuhu, si Profesor Ryan gess. Kalian diam lah” Kelly teriak membuat heboh kelas.
“eh prof vh. Eh astaga, sorry. Maksudku, Vhina lu dipanggil Ibu Adsila di kantor” tiba-tiba si Rei neriakin namaku dari pintu masuk. Hampir saja dia mengungkap tabir masalalu, terjeda saat matanya dengan Ryan bertatapan.
“Yeyyy, libur!” Sorak Jack, Darius plus Kelly.
“aku? Bukan Fey?” aku heran.
“iya, kamu” si Rei yakin lalu duduk di bangkunya.
“Pergilah” si Fey malah setuju.
Yang aku pikirkan adalah ketika si Rei mengganti bahasa GueLu jadi AkuKamu (:D) maaf.
Di kantor umum_
“oh, masuklah” pinta Ibu Adsila, guru Matematika. Aku belum sempat ngetuk
“Maaf bu, ada apa?” aku duduk di sampingnya setelah ditawarkan kursi.“Begini, jam ini ibu yang ngajar kan? Ini ada berkas dari suatu kampus, kebetulan mengadakan lomba Olimpiade antar sekolah disemua tingkatan dalam satu kota. Namamu ada di sini”
“Haaah. Kok saya, bu? Maaf” aku spontan kaget.
“Wajar kamu kaget. Ibu serahin ini ke kamu buat kumpulin murid lain yang ada namanya di kertas ini. Lalu, tanya pada mereka apa mereka tidak keberatan atau lain-lain”
“Bagaimana dengan saya, bu? Matematika kan sul- eh maksud saya, saya kurang mampu bu” aku mengeluh duluan, hampir saja aku keceplosan mengatakan hal yang dilarang (kata Sulit/Susah) kalau diucapkan akan di hukum oleh Ibu Adsila.
“percaya pada dirimu, Vhin. Kamu bersama yang lain sudah kursus pribadi kan. Ajak seniormu, Freya untuk membantumu. Karena saya melihat 11 12 kamu dengannya” aku tidak menyangka kePDan kami terkenal sampai di telinga para guru.
“Baiklah bu”
Dan akhirnya, keinginan para kawan-kawan kelasku terwujud. Yaitu, pulang lebih awal.
“Fey, Ryan, Yoshua, Grace, Emily, Fiona. Harap ke ruang konsultasi. Sekian, tidak pengulangan” kak Freya menggunakan speaker mike di ruang kendalu tanpa basi, aku tidak kaget. Ini tradisi tidak ingin sulit.
5 menit kemudian, mereka terduduk heran.Aku berdiri di depan mereka dan menjelaskan.
“ini pesan dari Ibu Adsila. Fiona, Grace, Emily Yoshua kelas 1A. Saya, Fey, Ryan dari kelas 2A. Kak Freya dan David kelas 3A. Kalian terpilih untuk mengikuti Olimpiade Matematika sebulan dari sekarang. Ada pertanyaan?” ucapku singkat. Ingin cepat selesai karena masih ada satu tugas yang harus kulakuin hari ini.
“Saya kak” Grace angkat tangan.
“iya, ada keluhan apa dek?”
“kenapa saya terpilih kak? Sebentar lagi UTS kan ya” ini keluhan seperti dia saja yang alami.
“Grace terpilih, karena Ibu Adsila mungkin melihat kalau kamu sanggup. Bukankah kita sama? Malahan kakak senior kita tidak ada yang mengeluh, padahal mereka udah mau UN. Lumayan, dapat ilmu asahan baru kan ya” kurasa ini jawaban jackpot.
“ah, baiklah kak”
“karena tidak ada lagi. Selama sebulan ini, kita semua tidak perlu masuk pelajaran matematika. Cukup menjawab pertanyaan yang ada di tangan masing-masing. Sekian”
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Si Playboy
KurzgeschichtenIni kisah tentang Aku dan si Playboy Aku tau kalian mikirin apa. "Pasti endingnya bareng si Playboy" "Pasti happy ending" "Pasti masa depannya dengan si Playboy" "Pasti si Playboy nemuin cewek sejatinya, yaitu kamu" "Pasti si Playboynya gak main cew...