Part 24

6.5K 239 31
                                    

"Nuri kenapa, Bik?" tanya seseorang yang baru saja datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nuri kenapa, Bik?" tanya seseorang yang baru saja datang. Demi mendengar suara tersebut, keduanya menoleh dengan terkejut. Lantas saling bertukar pandang.

"Mas Faisal?" ujar Bik Imah yang tak bisa menyembunyikan kekagetannya.

"Kita ke rumah sakit sekarang ya." Tanpa diperintah, Faisal segera membopong Nuri menuju mobilnya. Meninggalkan Bik Imah yang masih mengunci pagar. Sementara Nuri sendiri masih terlihat syok hingga tak bisa berkata-kata.

Faisal berhasil membuka pintu tengah dengan tangan kirinya dan bermaksud memasukkan Nuri ke dalam. Hanya saja, perempuan itu mengelak. Menolak masuk ke dalam mobil. Bahkan sambil meringis, berjalan kembali ke arah rumah.

"Mau ke mana, Nur?" tanya Faisal yang kini mengikuti Nuri.

"Saya bisa sendiri, Mas. Mending Mas pulang aja."

"Jangan keras kepala, Nur. Kamu udah kesakitan begitu."

"Gak apa-apa, Mas. Saya masih sanggup sendiri. Saya juga sudah telepon Mas Rendra, pasti sebentar lagi sampai."

"Kampusnya Rendra jauh, Nur, gak mungkin bisa pulang cepat." Faisal masih berusaha membujuk Nuri. Namun, perempuan tersebut masih keras kepala. Kini bersama Bik Imah mulai berjalan ke arah gerbang kompleks.

"Bik, tolong bujuk Nuri, kasian dia kalo maksain jalan sampai depan kompleks." Faisal yang tak patah semangat, kini beralih membujuk Bik Imah. Yang diajak bicara hanya sesekali melirik pada Nuri yang berjalan tertatih sembari memegang lengannya.

"Nuri … please jangan keras kepala."

Sementara yang diajak bicara masih tak menjawab dan tetap berjalan. Meninggalkan Faisal begitu saja. Berusaha tak menghiraukan. Wajahnya sesekali tampak meringis, menahan sakit dan kontraksi yang semakin intens terasa. Nuri sengaja tak berkata apa-apa lagi, meski ingin sekali berkata kasar atau bahkan memukul wajah Faisal yang berpura-pura sok baik. Namun, urung ia lakukan, khawatir malah memicu Faisal berbuat kurang ajar padanya.

Tiba-tiba saja langkah Nuri terhenti, dengan tangan memegang perut erat. "Biiikkkk …."

"Kenapa, Nur? Tarik napas ya."

Susah payah Nuri menarik napas di sela-sela rasa sakit dan mulas yang semakin pendek jeda waktunya. Bahkan mungkin sekarang jedanya tak sampai lima menit sekali. Namun, mereka belum juga keluar dari kompleks perumahan. Belum sampai di tempat biasanya menunggu angkutan umum.

Nuri terduduk di pembatas jalan raya di sebelah kiri. Ia rasanya tak sanggup lagi berjalan. Sementara Bik Imah sibuk melihat kanan dan kiri, siapa tahu ada seseorang yang bisa dimintai tolong. Hingga sebuah mobil mendekat. Bik Imah yang awalnya ingin menyetop mobil tersebut, mendadak merasa ragu, setelah melihat siapa yang berada di dalamnya.

"Tuh kan, dibilang juga apa. Jangan keras kepala kenapa sih? Udah gak kuat gitu kok mau maksain pergi sendiri ke rumah sakit. Udah, sekarang naik! Gak ada tawar-tawaran lagi. Gue cuma mau anterin aja, abis itu balik," ucap Faisal panjang lebar setelah turun dari pintu pengemudi.

Perlahan ia mendekati Nuri dan memapahnya. Kali ini tak ada penolakan dari perempuan tersebut. Tampaknya ia memilih untuk mengalah saat ini, yang penting bayinya bisa diselamatkan. Nuri pun ditempatkan di kursi tengah bersama Bik Imah.

"Nah, gitu dong. Coba dari tadi nurut, sekarang pasti udah sampe di rumah sakit." Faisal tersenyum setelah melihat Nuri duduk nyaman di kursi tengah. Namun, Nuri tetap diam seribu bahasa. Hanya wajahnya saja terlihat meringis menahan sakit. Mobil pun melaju kencang detik berikutnya.

=================================

Hai.. hai..

Nuri udah lahiran niihhh, jenguk yukk di KBM app 🤭

Makasih yaa, yang masih setia ngikutin cerita ini 🥰

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah, Aamiin 🥰🤲

Foto bayi hanya sebagai pemanis saja 😌

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekeping Rindu TerlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang