Accismus 04 | Komitmen yang mati

9 4 1
                                    

-5 maret, Venus ber konjungsi dengan Pluto. Setelah kepergian Mars kesedihan Pluto karena kehilangan akhirnya terobati dengan kehadiran Venus. Seperti sebuah betadine Venus datang seolah mengobati rasa sakit akibat kehilangan. Sama-sama di konstelasi Sagittarius jarak antara Venus terpaut 5°38' dari pluto. Venus berada di magnitudo -4,5 sedangkan Pluto tetap berada di 15,1. Dari sinis kita tahu bahwa ada yng perggi ada juga yang datang meski hanya bersifat sementara.

•••

Jika prolog adalah pembuka dari setiap cerita maka tangis adalah pedih pertama yang ku nikmati dalam kehidupan ini. Entah apa yang aku katakan pada-Nya dulu hingga aku lebih memilih untuk hidup daripada memilih berhenti melihat dunia.

Aku tak tahu berapa tetes air mata yang tumpah saat ini. Aku tak tahu seberapa besar dendam yang tetanam dalam jantung bahkan mendengar kata 'mati' yang mungkin bagi sebagian orang itu menakutkan mampu membuatku terbiasa mendengarnya.

Mereka tak sadar jika bertengkar dan berkata kasar di depan anak berusia sepuluh tahun mampu membuat mental si anak terguncang. Banyak memori yang ia tangkap dari kehidupan kelam mereka, aku sendiri bukan tak tahu apakah kejadian dalam keluarga ini akan terulang kembali di masa depan atau Berjalan terus seperti sebuah prolog yang terus membuat si pembaca penasaran akan kelanjutan kisahnya hingga menemukan akhir yang membosankan.

Sekarang aku tahu jika orang paling konyol adalah orang yang pling banyak memendam luka dan kesedihan.

Karena aku sendiri mengalaminya.

Berpura-pura bahagia di depan orang dan sedih saat sendirian adalah hal yang sangat membebankan.

Masih membaca diary yang sama, yang belum sempat ia kembali pada pemiliknya Askara duduk termenung di teras rumahnya dengan tatapan lurus pada btiran hujan. Menghirup dalam aroma petrikor seketika membuatnya tenang tanpa perlu menghisap nikotin lagi.

Hujan datang membawa ketenangan kemudian pergi meninggalkan kenangan. Pikirannya jauh melayang pada Rinai yang sejak siang tadi belum ia temukan. Berkeliling sekolah bahkan mendatangi rumahnya semuanya percuma saat sang empu lebih memilih untuk menyembunyikan dirinya.

Tin! Tin!

Klakson sepeda motor serta deruman motor yang saling bersautan membuatnya berdecak kesala apalagi sang pelaku adalah para inti A6 yang asik bermain hujan padahal waktu hampir menunjukkan tengah malam.

"As! Ayo mandi hujan! Airnya hangat loh," teriak Antares tak tahu malu. Pemuda dengan kolor spongebob itu tak merasakan kedinginan berbeda dengan Alto yang berada di depannya mengambil alih kemudi motor lengkaop dengan jas hujan dan beberapa jaket tebal yang membuat tubuh mungilnya tertutup sempurna.

"Hangat matamu picek a cok!" protes Alpha tak terima dengan omongan Antares yang asal cakap tanpa tahu situasi dan kondisi.

Karena si rese Antares mereka harus menerima hukuman mandi hujan akibat kalah dari permainan kotak sembilan juga SOS. mirisnya hanya Alto yang boleh memakai pakaian hangat dan mantel karena cuman pemuda itu yang nilainya seri dengan Antares.

"Ojok As. Banyune teles koyok eluh netes cendol dawet!" Kali ini Alif berteriak dan mendapat hadiah lemparan sandal swallow tepat mengenai punggung telanjangnya. Ia mengigil dengan kedua tangan memeluk tubuhnya sendiri.

ACCISMUS | NoveletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang