~~
Happy Reading
~~Dania menutup laptopnya. Ia sudah selesai mengerjakan tugas tepat waktu. Tugas itu terkirim di portal khusus mahasiswa. Meskipun terlibat masalah dengan anak dari rektor beserta rektor kampusnya sendiri, Dania tidak boleh mengabaikan tugas-tugasnya. Urusannya dengan Rektor tak sama dengan urusannya dengan dosen mata kuliah.
Ponsel Dania sejak tadi sepi. Sebelum benar-benar melepas Dania masuk ke rumah, Ardhi bilang ia akan memberi kelanjutan kabar tentang Reka, tapi tidak ada kabar apapun. Ardhi juga bilang ia akan memberitahu Erlangga dan laki-laki itu belum juga menunjukan batang hidungnya.
Sudah pukul sebelas malam, tapi tidak ada tanda-tanda Erlangga datang. Laki-laki itu bahkan tidak berniat menelepon Dania. Apa benar dia hanya memanfaatkan aku? Setelah menghancurkan Reka dia akan kembali hilang? Seperti yang ia lakukan selama dua tahun ini?
Dania buru-buru mengenyahkan pikiran dangkalnya, mengganti dengan pemikiran baru yang lebih positif, Erlangga itu sibuk menghancurkan Reka agar tidak bisa mengganggu aku lagi!
Dania bangkit dari kursi belajarnya, hendak merebahkan tubuh pegalnya ke atas ranjang ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka lebar. Dania melongo, menatap Erlangga berdiri di ambang pintu kamarnya dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Ia setengah marah, tapi buru-buru menghampiri Dania. Memeluk erat wanita itu.
"Kamu kenapa enggak menelepon aku lebih dulu? Kenapa harus Ardhi dulu, hhm? Kamu gak apa-apa, 'kan?"
Dania terpaku, tenggelam dalam pelukan Erlangga. Ini melegakan. Dania seperti tengah melepaskan beban berat yang semula menghimpit tubuhnya. Kedatangan Erlangga selalu berhasil membuat Dania tenang.
"Ardhi baru bilang barusan sama aku. Maaf, aku baru datang."
Dania mengangguk. Ia baru membalas pelukan Erlangga. "Aku juga minta maaf enggak menghubungi kamu lebih dulu, Er. Aku enggak ada nomor kamu, dan-"
Erlangga mengangguk, "Dan kamu lebih percaya sama Ardhi," ia melepaskan pelukannya dan menatap Dania dengan senyum yang tulus, "That's okay. Ini juga salah aku. Aku pernah ninggalin kamu."
Mata Dania mendadak berair. Rasanya panas. Sesuatu membakar dadanya.
"Aku minta maaf..."
"Lupain aja, Er. Semuanya udah terjadi, enggak akan bisa diubah. Yang penting sekarang kamu udah di sini."
Erlangga mengangguk, sekali lagi memeluk erat Dania, "Sekarang udah gak ada Reka. Kamu bisa nerima aku lagi, 'kan? Kita bisa kayak dulu lagi, 'kan?"
"Aku gak mau kayak dulu." Dania melepaskan pelukan, menunduk.
"Terus kamu mau kayak gimana?" tanya Erlangga.
Dania mendongak, menatap wajah tanpa dosa itu. Sejak pertama kali kenal, tahun 2012, hubungan mereka tidak pernah lebih dari teman. Tapi keduanya sudah menjalin asmara yang melampaui batas. Dania enggan kembali ke masa-masa itu. Ia lelah menjadi perempuan yang tidak pernah mendapat kepastian.
Jika pernikahan terlalu dini, apakah Erlangga tidak bisa menjadikan Dania seorang kekasih?
"kamu mau kayak gimana?" tanya Erlangga dengan raut wajah tak sabaran, "You know that i love you, right?"
"I love you itu enggak cukup bikin kamu stay sama aku ..." Suara Dania mengambang, lirih, penuh ketakutan yang tak bisa ia jelaskan.
Dania mencinta dengan amat sangat, tapi ada rasa yang jauh lebih besar dari itu. Rasa takut kehilangan. Menerima Erlangga sama dengan bersiap kehilangan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rantai Putus [Tak] Bisa Disambung Lagi
RomanceTentang keyakinan Eldania Azara bahwa Rantai yang Putus Tak Bisa Disambung Lagi, dan tentang kegigihan Er menyambungkan rantai yang tak sengaja ia putuskan. Baik Dania maupun Er, tidak ada yang tahu tentang misteri kehidupan. Mereka berdua hanya be...