🌹19. Bekal Dasar Bertahan Hidup🌹

290 54 2
                                    

★ Vote for 3500 kata di part ini ★

~~
Happy Reading
💖
~~

Dania terduduk di closet kamar mandi kampusnya setelah membeli pembalut. Ia sengaja memilih kamar mandi secara random, jauh dari fakultasnya. Berharap tidak ada seorang pun yang bisa menemukannya.

Ia memegangi pistol dengan tangan gemetar, sementara di hadapannya, tepat di daun pintu tergantung celana dalamnya yang baru ia cuci. Dania menunggu celana itu kering, sambil berpikir harus ia apakan pistol itu?

Membuangnya? Tidak mungkin. Bisa jadi pistol itu berpindah ke orang yang salah dan menjadi masalah panjang.

Menyerahkan ke kantor polisi?

Dania menggeleng kuat-kuat. Ia teringat sesuatu, tentang masa lalunya yang terus mengganggu, membuat tubuhnya kembali bergetar hebat.

*~*

Tahun 2012

Waktu itu Dania mengikuti PERSAMI, atau Perkemahan Sabtu dan Minggu di salah satu Bumi Perkemahan sisi Kota Kembang, tempatnya terpencil, ada di balik sebuah bukit. Perumahan warga mungkin baru terlihat sekitar dua atau tiga kilometer dari atas bukit.

Seingat Dania, hanya ada sebuah villa besar bercat putih, tidak terlalu jauh dari posisi ia mendirikan tenda bersama teman-teman pramukanya. Di dalam kegelapan, ketika api unggun, Dania menikmati nyanyian-nyanyian dari kakak-kakak pembina. Mereka menari-nari bersama, makan mi yang akan langsung dingin ketika dipisahkan dari kuahnya. Kabut tipis mengaburkan pandangan.

Mata Dania sesekali melirik ke arah Erfhan yang waktu itu ikut bernyanyi, menyumbang sebuah lagu. Dania tersenyum. Lagu itu romantis. Kemudian beberapa kakak kelasnya menyoraki, dan menyikut-nyikut lengan teman sebayanya.

Kak Indira. Perempuan yang selalu digosipkan dengan Erfhan sejak dulu. Saking banyaknya yang menyangka kedua insan itu memadu kasih, kisahnya sampai tiba di telinga Dania. Tapi, Erfhan pernah bilang kalau ia tidak pernah menyukai Indira, pun sebaliknya. Erfhan kala itu bercerita sembari meletakkan telunjuknya di bibir, "Sst, jangan bilang siapapun ya? Cuma kamu yang tahu, Dania."

Dania hanya mengangguk, menyimpannya dalam hati dengan perasaan yang begitu bahagia. Sesekali ia merasa cemburu ketika tak sengaja melihat Erfhan harus bersisian dengan Indira, atau ketika saat ini, Indira dibuat seolah-olah lagu yang dinyanyikan Erfhan itu untuknya. Padahal bisa jadi bukan.

Untuk pertama kalinya Dania tersenyum lega melihat hal itu di depan matanya, sebab entah sejak kapan ia tak lagi cemburu pada Erfhan dan Indira. Ia malah rindu seseorang yang sangat anti pada hal-hal berbau alam liar. Namanya Erlangga Keenandra, pria yang katanya kakak-beradik dengan Erfhan, tapi punya sifat dan sikap yang amat sangat bertolak belakang.

Sesi api unggun sudah selesai. Sudah hampir tengah malam juga, Dania dan anak-anak pramuka lainnya harus kembali ke tenda masing-masing. Waktunya tidur agar minggu pagi menjadi hari yang menyenangkan untuk melakukan kegiatan lain. Rencananya mereka akan outbond.

Pasti akan seru, pikir Dania seraya mengikuti langkah temannya menuju tenda.

Sekitar mereka gelap, Dania melangkah paling belakang sebagai seorang wakil ketua. Ia menunggu teman-temannya masuk tenda sembari melihat ke sekitar. Dingin membuat Dania memeluk tubuhnya sendiri.

"Eldania?"

Dania menoleh ke dalam kegelapan. Ia mencari sebuah suara yang terdengar cukup keras, tapi tidak ada siapapun. Suara itu mirip seseorang yang ada di pikirannya. Apa itu hanya haluan?

Rantai Putus [Tak] Bisa Disambung LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang