Tentu hal tersebut membuat Papi Fiony sedikit kaget, pasalnya dia melihat hubungan Fiony dan Aran tidak ada masalah berarti. "Bagaimana bisa? Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik?" Ya, Papinya Fiony tidak menginginkan keduanya berpisah. Dia paham betul siapa Aran.
"Sudah Om, tapi Tuhan berkehendak lain. Mungkin Tuhan ingin membuat saya dan Fiony instropeksi diri dan memperbaiki diri menjadi manusia yang lebih baik." Aran menjawab pertanyaan dengan tenang dan menahan air matanya. Dia yakin, jika Fiony adalah jodohnya, Tuhan akan menjadikan Fiony versi terbaik begitu juga sebaliknya.
"Om berharap kamu dan Fiony dapat menjadi lebih baik kedepannya entah di masa depan kamu dan Fiony bersama atau tidak, semoga ini yang terbaik." Sebagai orang tua, dia sadar tidak boleh masuk terlalu mencampuri urusan pribadi keduanya.
"Oh iya Om, mungkin setelah ini kita jarang ketemu, karena Aran akan melanjutkan kuliah ke Swiss. Dan satu lagi Om, sebelum Aran sibuk dengan study, boleh ga Om kalau akhir pekan depan saya mengajak Viana untuk jalan-jalan karena sudah janji sebelumnya." Ya, Aran selalu diajarkan sopan satun dan sikap yang berani. Bobby dan Shani begitu baik dalam mendidik Aran.
"Tentu dong, ini hanya Viana aja? Fiony?"
"Iya Om, sama Viana aja soalnya janjinya sama Viana," jawab Aran dengan kekehan kecil. Dia sadar betul, Papinya Fiony masih berharap dia dan Fiony tidak berakhir.
Fiony mendengar semua obrolan Aran dan Papinya, tentu dia masih berharap ini mimpi. Padahal ini semua berawal dari Fiony yang bermain dalam hubungan. Ve, Maminya Fiony melihat putri sulungnya menangis membuatnya sedih. Dia mendekat dan memeluk Fiony. "Sebenarnya apa yang terjadi sayang? Kenapa hubungan kamu dan Aran berakhir?" Ve paham ini bukan masalah kecil yang membuat hubungan keduanya berakhir.
"Fiony yang salah Mi," Fiony ingin memberitahukan semua ke Maminya.
"Coba jelaskan kenapa?"
"Fiony selingkuh sama temen Fiony." Ve cukup kaget mendengarnya. Bagaimana mungkin? Dia mencoba mendidik Fiony dengan baik selama ini.
"Kenapa kamu melakukan itu sayang?"
"Fiony bosan dengan Aran yang terlalu kaku tapi Fiony juga tidak mau hubungan ini berakhir." Perkataan Fiony lagi-lagi membuat Ve menahan sabarnya. "Kalau gitu harusnya kamu putusin hubungan kamu dengan satunya sayang, ga bisa dong kalau Aran harus mengalah."
"Tapi Fiony juga tidak mau hubungan itu berakhir."
"Ya sudah, wajar saja Aran mengambil keputusan untuk berpisah," Ve menjeda ucapannya, dia menatap mata putrinya, "Fiony dengerin Mami, kamu tidak bisa untuk memiliki keduanya. Artinya kamu sama saja menyakiti keduanya, biarkan Aran pergi, biarkan Aran menyembuhkan luka yang telah kamu buat. Jangan menjadi egois sayang, Aran disini sudah berkorban banyak, Mami harap kamu dapat intropeksi diri dan satu hal lagi, kalau kamu sayang dan yakin dengan hubungan kamu yang sekarang, jalanin saja. Mami harap pilihan kamu tepat ya."
Tanpa mereka sadari, Papinya Fiony mendengar obrolan keduanya. Dia berniat untuk memanggil Ve karena Aran akan pamit pulang. Keen tidak menyangka putrinya yang dia didik berani melakukan hal seperti itu.
"Ve," Fiony menundukan kepalanya mendengar suara papinya.
"Sudah sayang, sekarang kamu masuk ke kamar ya." Fiony hanya menurut perintah Maminya. Ve menghampiri Keen, "Ada apa, Pi?"
"Aran mau pamit pulang," Keen langsung saja keluar dimana Aran masih menunggunya dengan sabar. Dia tidak habis piker bagaimana Fiony menyia-nyiakan laki-laki seperti Aran.
Aran berdiri setelah melihat Keen dan Ve menghampirinya, "Hallo Tante, ketemu lagi kita." Ve tersenyum melihat tingkah Aran yang menurutnya lucu. "Aran pamit ya Tan, sudah malam takut dicariin Ayah sama Bunda."
"Iya, terima kasih ya sudah menjaga dan menyanyangi Fiony dengan baik, maafin kesalahan Fiony ya," Ve mengelus rambut Aran dengan sayang. Keen tidak mengucapkan apaun, dia hanya diam.
"Fiony tidak ada kesalahan kok Tan, iya sudah Aran pamit ya, permisi Om, Tan." Aran berpamitan dan meninggalkan perkarangan rumah Fiony.
"Lihat kita telah kehilangan sosok yang baik untuk putri kita," Keen menatap kepergian Aran. "Tuhan akan mengembalikan dia, semoga saja. Kamu jangan terlalu kasar ya dengan Fiony, biarkan ini menjadi urusan mereka berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
NISKALA
RomantikSebuah rasa yang entah kepada siapa akan berlabuh jika renjana kepada seseorang begitu kuat. Aran Alvarendra Jibran mencoba mencerna setiap proses yang hadir dan pergi di hidupnya.