Tiba-tiba, langkah Felisha terhenti. Matanya tertuju ke arah seseorang lelaki yang ada di belakangnya. Seorang lelaki bertubuh tinggi dengan mata hiu, sorot mata yang kini menatapnya dengan pandangan kecewa, dan juga masker yang menutupi sebagian wajahnya. Lelaki itu adalah Biyan.
Biyan mengenakan pakaian kasual dengan hoodie yang sengaja ia pakai untuk menutupi kepala nya. Biyan memandang nanar perempuan yang ada di depannya itu. Bibirnya terkatup seakan tidak mau berbicara. Lelaki itu hanya perlu menunggu penjelasan dari wanita yang ada dihadapannya ini dengan sejujur-jujurnya. Meskipun Biyan tau kalau wanita ini sudah terluka karena nya.
Felisha bergetar. Bahkan air mata yang sudah tak bisa tertahan lagi ia tumpahkan di hadapan lelaki brengsek itu. Felisha tau kalau lelaki ini sudah membuatnya terluka bertubi-tubi. Dia tau kalau sekeras apapun ia bertahan, nantinya akan hancur dan terluka untuk sekian kalinya. Namun ketika matanya bertemu dengan mata hiu lelaki itu. Hatinya tidak bisa berbohong. Dia tidak berbohong kalau lelaki itu sangat berarti untuknya.
"Berhenti seperti menjadi korban. Disini aku yang terluka,"tegas Felisha dengan dingin.
Biyan menghela napas singkat. Ditatapnya ekpresi wajah wanita itu lekat. "Aku juga terluka, Sha."
"Lalu jika kita sama-sama terluka, mengapa kita yang bodoh ini justru memilih bertahan?"
Biyan menunduk. Dia enggan berbicara sepatah katapun. Dia takut kalau ucapannya akan kembali melukai hati wanita itu. Biyan masih cinta dengan wanita itu. Dia tidak ingin wanita itu jauh dari hidupnya.
"Kamu boleh marah, kamu boleh kesal, kamu boleh benci, dan kamu boleh meluapkan segala rasa sakit kamu kepadaku sekarang. Tapi aku minta satu hal, kembali kepadaku, Sha. Aku tidak ingin kamu pergi."pinta lelaki itu singkat.
Felisha tersenyum singkat. Kemudian kepalanya menggeleng. "Untuk apa kita melanjutkan ini lagi?"
"Aku masih sayang sama kamu,"
"Apa rasa sayang kamu bisa menjamin kesembuhan sayap yang patah? Kamu bisa menjaminnya sekarang, Biyan?"tanya wanita itu dingin.
Biyan menggeleng. Lelaki itu hanya bisa diam membeku. Dia sudah salah. Dan semua ini adalah kesalahannya.
"Udahlah,"
Sedetik kemudian lelaki itu memeluk erat tubuh wanita yang ada di depannya. Lelaki itu menangis di atas pundak wanita itu. Biyan meluapkan segala yang ia rasakan disana. Dia tidak mau kehilangan Felisha untuk kesekian kalinya.
"Jangan pergi dari hidup aku, Sha. Aku belum siap."
Dan bodohnya Felisha malah kembali menuruti permintaan bodoh itu. Wanita itu kembali memberikan kesempatan pada lelaki yang membuatnya terluka...
Untuk kesekian kalinya.
Tbc
Hallo. Saya merubah kembali isi cerita. Entah menjadi sad story atau happy story wkwkwkwSemoga kalian suka dengan bagian ini ya hehe. Jangan lupa vote and comment hehe
Makasihhhh
Lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love [ 🔜 ]
ChickLitDulu, Felisha adalah segalanya untuk Biyan. Lelaki itu bisa menghabiskan waktu lama membicarakan hal apapun dengan Felisha. Dulu, Felisha adalah kekuatannya. Lelaki itu bahkan tidak mau berdiri di hadapan orang banyak jika tidak ada Felisha di samp...