Felisha berlari secepat mungkin untuk sampai di dalam kelasnya. Pasalnya, alarm kamarnya tidak sengaja mati. Seingat dia semalam dia sudah mengatur waktu alarm itu untuk berbunyi. Namun ketika ia terbangun di pagi hari, dia malah kesiangan. Selain itu tidak ada Nima yang biasa membangunkannya. Nima sedang pulang ke rumah keluarganya, katanya ibunya sakit jadi dia meminta izin untuk absen datang ke kampus.
Sayangnya ketika sudah sampai di depan pintu kelas, dosen yang mengajar di depan sudah memberikannya instruksi untuk berada di luar kelas. Dia telat lagi, dan kali ini ia berharap agar dosen itu tidak memberinya nilai C hanya karena ketelatannya.
Felisha meminum sebotol air mineral yang ia bawa di dalam tasnya. Peluh memenuhi keningnya, tetesan kecil jatuh sebagai tanda dia sudah bekerja keras melawan waktu. Dan ujung-ujungnya dia gagal.
Nima
Buruan ke jurusan gue, izinin gue ke Ka Rama.Felisha menghela napas malas. Pasalnya dia tidak suka dan risih ketika harus berpergian ke jurusan lain. Dia malu dan tak percaya diri.
Felisha
Gue males ke jurusan lo. Jauh, capek, dan mager.Nima
Siapa suruh nggak masuk grup angkatan?Felisha mendengus kesal sembari mengetik pesan itu.
Felisha
Nanti gue kesana, inget, pulang bawain oleh-oleh yak. Okedeh.
Karena tidak memiliki kegiatan lain, Felisha melangkahkan kakinya ke jurusan kedokteran. Dia mengizinkan Nima yang tidak bisa hadir. Lagipula Nima juga tidak terlalu dekat dengan teman sejurusannya. Sama seperti dirinya. Nima juga kesulitan dalam beradaptasi, namun gadis itu masih memiliki inisiatif untuk berubah. Jika di dalam kampus Nima dikenal sebagai sosok pendiam, di luar kampus dia malah bertingkah gelagapan---yaitu kegilaan dengan seorang bernama Biyan si vokalis itu.Felisha langsung menghampiri Rama yang kebetulan berada disana tengah memainkan teleponnya. Untung saja lelaki itu tidak sulit untuk dicari, jadi dia tidak perlu masuk ke dalam kelas dan bertemu dengan orang-orang yang tak ia kenali itu.
"Kak Rama!"sapa Felisha yang kini berlari kearah lelaki itu dengan tersenyum ramah.
Rama menoleh seakan menandakan ada keperluan apa.
Felisha mengatur napasnya sejenak. "Nima izin kak. Katanya dia ada tugas kelompok ya sama Kakak? Nah, dia nggak bisa dateng karena ibunya sakit, jadi dia harus pulang."
Rama mengangguk singkat. "Oh, kalo gitu bilangin sama dia diundur aja."
"Yaudah, kak kalo gitu saya permisi dulu ya. Soalnya ada masih ada jam dosen, saya dihukum jadi nggak boleh masuk, makanya kesini."Ujar Felisha dengan terkekeh pelan.
Rama tersenyum singkat. "Yaudah makasih ya,"
Felisha berjalan menjauhi Rama yang mungkin sedang memiliki kesibukkan lain. Ya, Felisha sudah tidak asing lagi dengan lelaki itu. Pasalnya lelaki itu adalah incaran sahabatnya di dunia nyata, sedangkan kekasihnya adalah incaran sahabatnya di dunia mimpi. Sebenarnya Felisha sendiri tidak mengerti kenapa Nima bisa suka dengan kekasihnya. Padahal jika dipikirkan, Biyan itu terkenal dengan juteknya, dinginnya, dan keras kepala nya.
Felisha yang tiba-tiba saja teringat dengan Biyan langsung menggelengkan kepalanya cepat seakan menghapuskan segala kenangannya itu. Dia tidak boleh terus-menerus memikirkan lelaki yang bahkan tak pernah sedikitpun berniat memerhatikannya.
Bagi Biyan mungkin dia sudah tak ternilai. Felisha sudah tak berarti diapapun di mata lelaki itu, namun nyata nya Felisha tetap mencintainya.
"Kali ini kalau kamu benar-benar serius ingin kita berpisah, aku belum sepenuhnya siap, Yan."lirihnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love [ 🔜 ]
ChickLitDulu, Felisha adalah segalanya untuk Biyan. Lelaki itu bisa menghabiskan waktu lama membicarakan hal apapun dengan Felisha. Dulu, Felisha adalah kekuatannya. Lelaki itu bahkan tidak mau berdiri di hadapan orang banyak jika tidak ada Felisha di samp...