"Kak Biyan dari The Greytroops kan? Kak boleh minta fotonya nggak?"pinta salah seorang remaja yang kini menghampiri Biyan.
Felisha menunduk sedikit. Dia tidak ingin lelaki itu melihatnya ketika berada disini. Felisha menatap mie ayam yang ia pesan, masih banyak, tapi tidak mungkin ia pergi meninggalkan makanannya begitu saja. Apalagi jika nanti Pak Sobar tau, dia pasti akan kecewa, lagian buang-buang makanan tentunya tidak baik juga kan?
Felisha kini merutuki dirinya sendiri. Kenapa juga dia ke tempat ini, kenapa juga dia berjalan hingga kesini, dan kenapa juga takdir mempertemukan dia dengan Biyan kembali saat keadaan yang tidak tepat.
Felisha hanya bisa berdoa di dalam hatinya. Agar lelaki itu tak melihatnya atau bahkan tak mengenalinya. Meski peluang hal itu terjadi hanya satu persen.
Dibalik rasa kekhawatiran nya, kini Felisha tau kenapa alasan lelaki itu jarang menghubunginya. Karena lelaki itu sudah tak mencintainya lagi, lelaki itu sudah berpaling darinya. Bahkan, rasa ngilu masih bisa dirasakan Felisha, ya cintanya kepada lelaki itu begitu kuat.
"Duduk disini yuk, Man."ucap Biyan yang kini berjalan kearah belakangnya.
Felisha menghela napas lega. Lelaki itu tidak melihatnya disana. Dengan buru-buru Felisha menghabiskan mie ayamnya itu, sebelum Biyan melihatnya.
"Dasar cowok buaya baru minta break udah dapet cewek aja."bisik Felisha kesal ketika melihat Biyan dengan wanita cantik itu. Jika dibandingkan dengannya, tentu lebih cantik wanita itu.
"Biyan, aku mau duduk disana aja enak liat jalanan. Di pojok sini panas, Bi."pinta wanita itu dengan suara manja.
Felisha yang mendengarnya hanya bisa mendengus karena jijik. Wanita itu terdengar seakan centil. Menghiraukan itu Felisha tetap terfokus pada makanannya. Dia tidak peduli dengan hatinya yang sedang tidak baik kali ini.
"Mbaknya bisa geseran dikit? Saya mau duduk disini nih."tanya Biyan yang sudah berada di belakangnya.
Felisha semakin menundukkan kepalanya. Jangan sampai dia ketahuan, bisa mati membeku nantinya. "Iya, mas."
"Manda, sini kita pindah."ucap Biyan yang semakin membuat hati Felisha bergetar.
Skakmat.
Mereka sukses membuat Felisha tak bisa berbuat apapun. Apalagi sedari tadi Felisha mendengar canda tawa yang dilontarkan oleh Biyan. Lelaki itu ternyata sudah kelewatan, namun Felisha juga tak mampu untuk marah. Duduk di dekat mereka lama kelamaan membuat hati Felisha merasa muak. Alhasil dengan mengabaikan rasa kesalnya, dia keluar dari kedai makanan itu. Bukankah selama ini benar? Kalau sikap Biyan sudah sepenuhnya berubah.
Menjadi Biyan yang sudah tak ia kenali lagi.
"Mbak, dompetnya ketinggalan."panggil Biyan yang membuat Felisha mengeratkan genggaman tangannya.
Felisha mengatur keberaniannya. Sial, kenapa juga dompetnya bisa ketinggalan disana. Dia perlahan membalikkan badannya dengan pelan. Semampunya Felisha tidak boleh memperlihatkan kesedihan. Dia yakin Biyan juga tak akan memihaknya jika ia menangis disana.
"Makasih, mas."ucap Felisha dengan singkat
Ketika menyadari orang itu adalah Felisha, Biyan sedikit terkejut. "Fel, lo juga ada disini?"
Felisha terkekeh singkat. "Ya, hanya jalan-jalan di sekitar sini. Kangen sama Jakarta."
"Fel, lo kenapa nggak bilang kalo dari tadi lo ada disini. Abis ini lo mau kemana?"tanya lelaki bodoh itu seakan tak melakukan kesalahan apapun.
Cukuplah. Hentikan omong kosong itu. Sedari tadi Felisha merutuki dirinya sendiri agar tetap menahan air matanya yang ingin terjatuh di pipi. "Pulang lagi ke Bandung,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love [ 🔜 ]
ЧиклитDulu, Felisha adalah segalanya untuk Biyan. Lelaki itu bisa menghabiskan waktu lama membicarakan hal apapun dengan Felisha. Dulu, Felisha adalah kekuatannya. Lelaki itu bahkan tidak mau berdiri di hadapan orang banyak jika tidak ada Felisha di samp...