Felisha menghela napas pendek. Mata bulat nya kini menyipit menyusuri lorong kampus. Dua menit yang lalu, kekasihnya mengirimkan pesan untuknya. Pesan itu tertuliskan kalau Biyan sudah berada disini untuk menjemput nya. Felisha sebenarnya sudah melarang lelaki itu. Karena jika orang tau, hidup Felisha akan jungkir balik. Lagipula siapa juga yang percaya jika gadis introvert di kampusnya punya pacar setampan dan sekeren Biyan---vokalis dari band papan atas.
Matanya menangkap seorang bertubuh tegap yang memakai masker dan hoodie hitam itu. Felisha berdecak kesal. Jika Biyan terus datang kemari, besar kemungkinan kalau ia akan ketahuan. Felisha tidak mau hal itu terjadi meski sebenarnya ia sedikit kecewa.
Felisha berlari mendekati Biyan yang berdiri disana. Senyum tipis mengembang di bibir wanita itu. Dia senang bercampur khawatir ketika menemui Biyan.
"Jangan sering kemari, aku takut kalau mereka kenalin kamu."bisik Felisha pelan.
Biyan membuka sedikit masker yang menutupi sebagian wajahnya itu. Lelaki itu kemudian mendekati telinga kekasihnya. "Bawel."
"Biyan!"ucap Felisha yang sedikit kesal dengan kekasihnya itu.
"Aku cuman ada waktu break tiga jam. Abis itu aku bakalan balik ke dorm untuk latihan. Jadi, hari ini kamu mau kemana?"
Felisha berpikir sejenak. Sebenarnya ia tidak mau membuat Biyan lelah karena mengantarkannya ke tempat yang ia kunjungi. Namun jika dia menyuruh lelaki itu pulang, justru Biyan akan lebih marah terhadapnya.
"Nanti kamu akan latihan sampai malam?"tanya Felisha ragu.
Biyan mengangguk pelan. "Ya, soalnya seminggu lagi aku akan keluarin album baru. Sekalian ada konser juga, jadi harus serius."
"Kamu sebaiknya balik untuk latihan deh. Aku nggak pa-pa, seriusan, aku bisa pulang naik angkutan, kamu itu harus istirahat yang banyak, kamu jangan keluar-masuk dorm hanya untuk menemui aku. Kamu harus pergunain waktu istirahat kamu pada tempat yang seharusnya. Bukan malah disini menemui aku."jelas Felisha panjang yang kini hanya ditanggapi senyum kecil oleh lelaki itu.
Biyan mengangguk singkat. "Aku tau. Tapi, kalau aku kebanyakan disana, kebanyakan latihan, kebanyakan nggak nemuin kamu, kamu yang akan hilang."
Felisha mengerucutkan bibirnya kesal. Pasalnya selalu saja ada alasan lelaki itu menemuinya. Felisha tau kekasihnya mencintainya, tapi ia tidak ingin menjadi penghambat kesuksesan yang sudah diraih oleh Biyan.
"Hei, kok malah jadi kayak ngambek gitu? Sha, yuk kita ke kafe es krim."
Felisha menggeleng. Dia kali ini harus berani menolak permintaan lelaki itu. "Aku ada tugas kampus,"
"Yaudah aku temenin kamu."
"Biyan, kamu nggak seharus-nya ada disini."
"Aku mau disini, kok."
"Biyan... Kamu harus istirahat disana."
Biyan terkekeh pelan. "Sha, sekarang aku emang bisa menjamin kalau aku akan selalu menemui kamu. Tapi nantinya, aku nggak bisa menjamin itu. Makanya sekarang aku selalu utamakan bertemu kamu."
Felisha menghela napas pendek. Dia tau Biyan ingin perhatian dengannya, namun hal itu tidak bisa ia lakukan.
"Biyan, kali ini biarkan kamu utamakan karir. Selagi masih ada whatsapp, kita bisa tetap berhubungan kan? Jadi, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan selalu ngertiin kamu kok,"
Biyan kali ini mengalah. Dibiarkan begitu saja Felisha berlalu usai mengucapkan kalimat itu. Dia membiarkan Felisha dengan segala keiginannya. Biyan mengamati langkah kekasihnya yang berjalan semakin jauh darinya. Felisha benar, seharusnya ia beristirahat kali ini. Lalu, apakah salah jika ia hanya menemui Felisha? Berbagi perhatian seperti orang-orang terhadap pacarnya sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love [ 🔜 ]
ChickLitDulu, Felisha adalah segalanya untuk Biyan. Lelaki itu bisa menghabiskan waktu lama membicarakan hal apapun dengan Felisha. Dulu, Felisha adalah kekuatannya. Lelaki itu bahkan tidak mau berdiri di hadapan orang banyak jika tidak ada Felisha di samp...