Nothing can come between them

383 30 0
                                    

Pertanyaan Louis sepertinya menguak sesuatu di dalam diri para hantu itu untuk berhenti sejenak, Niall berhenti menggigit pizzanya, Zayn menaruh gelasnya yang berisi orange juice, dan Liam berhenti memfoto keadaan sekeliling rumah.
"aku.. saat itu .. astaga" Zayn mulai bercerita
"kau tahu, zaman itu.. suasanya sangat sangat sangat krodit. You know, my father was an alcoholic. Dia akan mengambil apapun yang ada di rumah ini, untuk dijual dan dia akan pergi ke pub yang sering ia kunjungi. Hari terakhirku hidup adalah saat ayahku berusaha mengambil semua uang yang aku sudah kumpulkan sangat lama. Man, uangku sudah cukup banyak untuku pergi dari rumah ini dan sekarang dia akan mengambilnya? Hell no. jadi saat aku memergoki dia mengambilnya, aku menyerangnya. Dan siapa sangka dia membawa satu botol kosong bir, yang kemudian dipecahkan. Pecahnya banyak, namun hal itulah yang membunuhku. Maaf ini terdengar menyeramkan.. tapi, dia menusuk leherku beberapa kali hingga aku mati. He was so drunk. Dan sepertinya dia sadar aku akan mati, jadi dalam rasa sakit yang hampir membuatku mati rasa, aku melihat dia pergi. Tanpa mengambil uangku sedikitpun" cerita Zayn dengan wajah yang sedikit agak sedih
"Ya tuhan, seorang ayah seharusnya tidak lakukan hal itu. Lalu apa dia tertangkap polisi?" Tanya Louis pada Zayn dengan wajah ketakutan
"I don't know, tapi aku harap dia mati saja daripada dia tertangkap polisi dan menderita di sel tahanan tanpa birnya" jawab Zayn
"oh mungkin dia sudah jadi tengkorak sekarang? Atau bahkan jadi tanah? Aku harap hal itu terjadi juga pada George" Kata Niall menimpali perbicaraan Zayn dan Louis
"George?" kata Harry bertanya pada Niall
"benar, George adalah orang yang membunuhku saat itu"kata Niall mulai bercerita
"aku sangat suka dengan olahraga. Apapun itu, aku pasti suka. Jadi Geroge adalah temanku, sangat dekat. Kami sering berenang bersama, saat itu rumah ini ada kolam renang kecil di belakang. Mungkin sekarang sudah tidak"
"dan percaya atau tidak, aku tahu tentang berita Zayn yang mati terbunuh di rumah ini. Orang orang berkata tidak apa, karena hal itu sudah bertahun tahun lalu, tapi aku tetap saja takut"
"aku sangat ingat, hari itu adalah hari selasa di bulan September. Seperti biasa, aku dan George akan berenang bersama. Memang saat itu belum semua rumah memiliki kolam renang. Dan asal kau tahu, George tidak terlalu bisa berenang. Dan aku, yah bisa dibilang aku sedikit lebih bisa darinya"
"ditengah tengah kolam itu, aku sedang pemanasan dengan cara menahan nafas selama yang aku bisa. Aku saat itu tidak terlalu memperhatikan George, tapi aku merasa ada seseorang yang ada disampingku. Dan aku tahu itu George, karena hanya aku dan dia yang ada di kolam. Tak lama kemudian, kaki kananku tertarik ke dalam dan hal itu membuatku panic. Sangat panic hingga aku menelan banyak sekali air kolam. Susah sekali bernafas rasanya. Tapi tak lama kemudian aku rasanya kaku. Mataku berat dan aku rasanya tertidur dalam tidur yang berat. Tapi nyatanya aku tidak pernah bangun lagi" Niall menceritakan ceritanya dengan ekspresif. Louis dan Harry seperti benar benar melihat kejadinya itu
"orang seperti itu tidak seharusnya ada di dunia" kata Harry berkata dengan dahinya yang berkerut
"benar, dan saat aku melihat mu dan Louis. Berpelukan dan berusaha saling menenangkan, membuatku berfikir kenapa aku tidak memiliki teman seperti kalian saat itu" Niall berkata
"well, kau memilikinya sekarang kan?" Liam bekata, disambut dengan senyum Niall
"seandainya aku memiliki 2 orang ini saat itu, sepertinya aku akan meninggal dengan cara yang berbeda"kata Liam sambil memulai ceritanya
"saat aku hidup dulu, semua tindakanmu akan dikritik keras jika salah sedikit saja. Nah, hal itulah yang aku lakukan saat itu. Hal yang aku anggap kecil, menjadi besar dimata mereka. Aku gay. Dan yah, hal kecil yang seharusnya bisa orang lain terima. Ternyata tidak. Aku kira hal yang aku alami dulu tidak akan terjadi di masa sekarang. Tapi rupanya berkembang lebih buruk"
"setiap pagi,aku pergi ke sekolah dengan perasaan tidak tenang. Takut akan orang orang yang menganggap aku monster akan menghabisiku. Padahal mereka sendiri yang adalah monster"
"setiap hari mendapat perlakuan yang tidak layak dan hampir membunuhku, aku berpikir, ini adalah tubuhku, badanku. Mereka tidak berhak melakukan hal itu padaku. Tapi saat itu aku setuju pada 1 hal. Aku tidak berguna. Aku adalah penyakit, dan aku adalah sebuah virus di dalam gereja pada hari minggu. Sangat sedih rasanya mendengar hal itu tapi itu benar. Tidak berguna, worthless, aku akhirnya membunuh diriku dengan senapan ayahku. Well, ayahku adalah seorang pemburu. Saat aku melepas pelatuk dari senapan itu rasanya sesuatu telah meremukan kepalaku. Dan aku mati rasa. Terjatuh, dan hitam. Aku akhirnya meninggal"
"aw Li" Louis berkata dan beranjak untuk memeluk Liam yang mengusap air matanya yang sedikit jatuh saat bercerita
"kau.. kau, kau berarti Liam. Kau ada artinya di dunia ini. I know its late, but youre worth it. Kau sangat berarti bagi banyak orang. Banyak orang yang membutuhkan mu saat itu. Aku percaya itu Li, kau juga harus percaya" Louis berkata sambil masih memeluk Liam
"thanks Lou" jawab Liam dan tersenyum
"Harry, Louis.. you guys have to promise me one thing okay? Apapun, apapun itu.. yang kalian hadapi, aku mohon.. kami bertiga mohon jangan lakukan hal bodoh seperti aku ini. Please talk. Talk to someone okay? It gets better" Liam berkata untuk Louis dan Harry
"kita berdua.. akan.. berusaha, ya.. kita akan berusaha lakukan apa yang kau katakana Li. Tentu saja kami akan lakukan hal itu sebisa kami" jawab Harry sambil menoleh ke Louis, yang tersenyum dan mengangguk
"kita tidak menyangka akan mendapat kunjungan yang sangat bermakna seperti ini" Zayn tiba tiba memecah keheningan
"aku sangat senang jika kalian, selesai test ini, berkunjung ke rumah ini lagi. Kami berjanji akan rapikan semuanya" lanjutnya
"aku dan teman teman lain akan sering berkunjung kesini, membawa makanan dan bermain dengan mu guys. aku tidak ingin membuatmu sedih, setelah melihat kalian pandanganku terhadap rumah ini berubah. Ternyata kalian baik" ucap Harry
Kemudian mereka semua setuju, kalau tidak ada yang bisa halangi pertemanan. Alam baka pun sepertinya tidak.


Aw:') pas nulis ini agak sedih gimana gitu haha tapi tenang, this is just my weird imaginations, no biggie :)x
Next chapter is a bit steamy so get ready haha

After 17 Challenge (A Larry Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang