00

1.8K 162 17
                                    

Hi Mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hi Mama.

Gimana rasanya hidup di atas sana?
Naren harap, Mama gak perlu khawatir, Naren disini baik - baik aja.

Besok, hari pertama Naren sekolah, Mama.
Naren takut. Gimana kalau orang - orang di Sekolah gak nerima Naren?

Kaya Papa.

Anak laki - laki itu menghela nafasnya berat, menekan tuts piano nya asal, menatap foto ayah dan ibunya yang terlihat bahagia menatap kamera, ada Naren kecil berdiri diantara mereka. Naren pikir kalau ia tidak lahir, mungkin semuanya bakal lebih baik.
Disamping kiri ada foto Mamanya sendirian, memakai jas dokter. Foto itu identik dengan foto yang Naren punya, di diary Mamanya yang ia temukan ketika rumahnya di renovasi. Sejak menemukan diary Mamanya, Naren melanjutkan halaman-halaman kosong diary itu untuk curhat pada Mamanya.

Naren kembali terlarut dalam lamunannya, kemudian merasakan punggungnya dielus dengan lembut, "Naren? Makan dulu yuk, Bapak pulang awal, katanya mau makan siang sama Naren, sekalian mau bicara soal sekolah" Naren menghela nafasnya malas. Melirik jam dinding yang menunjukan pukul 3.

Makan siang jam 3? Hanya Papa yang bisa berbuat suka-suka seperti itu.

Naren tidak menjawab, ia berjalan menjauh dari ruang musik untuk menghampiri Ayahnya.

*

Jeffrian memijat keningnya pelan, mencatat beberapa hal penting dari ipadnya ke buku agenda hitamnya sebelum mendengar suara pintu terbuka. Melihat anaknya yang ternyata sudah semakin tinggi memasuki ruangan dengan cepat. Kemudian duduk tepat di hadapan dirinya.

Anak itu berdehem. Kemudian memilih menatap makanan didepannya dibandingkan menatap Jeff. Jeff menyadari sesekali anak itu melirik ke arahnya tapi pura-pura sibuk sendiri. Persis ibunya ketika marah.

Jeff menikmati tingkah laku Naren yang menurutnya lucu. Beberapa kali anak itu menghela nafas keras, seperti sengaja agar Jeff mendengarnya.

"P-papa"

Jeff melirik ke arah Naren, menunggu anak itu bicara.

"K-katanya.. m-mau bicara s-sama Naren"

Jeff diam, sejak kecelakaan waktu kecil bersama istrinya, Naren memang mengalami trauma dan cedera otak yang cukup parah, membuat syaraf nya terganggu dan memiliki masalah dengan speech dan keseimbangannya.

Jeff mengernyit. Di video perkenalan dan tes untuk masuk sekolah Jeff mendengar speech Naren baik-baik saja. Sampai ia tonton berkali-kali. Tapi kenapa anak itu hanya tergagap di depannya?

Jeff mengangguk.

Sebenarnya, Jeff ingin memeluk anak itu. Mengucapkan selamat karena sudah lolos tes masuk sekolah formal pertamanya setelah menghabiskan sekolah dasar dengan homeschooling. Tapi lidahnya terasa kelu, dan ia merasa gengsi.

Letter That I Sent YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang