Mary

28.5K 133 7
                                    

∆ Cerita ini semata-mata hanya karya fiksi yang saya buat berdasarkan imajinasi dan tidak bermaksud untuk merendahkan kelompok-kelompok tertentu. DM for takedown.
Bilamana ada kesalahan, bisa dikoreksi lewat kolom komen.

°°°

Mary berpikir dengan mengambil Mantilla* dan menyandang nama sebagai suster Mary itu artinya dia tidak perlu lagi menikah atau memiliki anak. Dia berpikir dengan cara ini, ia dapat melarikan diri dari perjodohan yang telah diatur oleh sang ayah. Bahkan dengan kekuasaan ayahnya sekalipun, ayahnya tidak bisa leluasa untuk memaksanya karena ia telah resmi menjadi seorang biarawati*.

Berbeda dengan Mary, Edward merasa tidak puas dengan keputusan calon istrinya itu. Walaupun perjodohan itu dibatalkan, ia akan memastikan Mary untuk tetap melakukan tugasnya sebagai seorang wanita dengan memberinya anak. Terlebih lagi, ayah Edward, Mr. Earl sangat menginginkan kehadiran seorang cucu.

Katedral* dan biara* di mana Mary melarikan diri hanya berjarak dua hari perjalanan dari kediaman Edward. Edward membuat alasan bahwa dia datang untuk berdoa dan menebus dosa-dosanya.

Tidak ada yang tahu bahwa ia berencana untuk melakukan sesuatu disana. Dia kabur saat pendoaan, ia menyalakan lilin kemudian menyelinap masuk ke dalam biara. Edward terus berjalan, sampai ia menemukan seseorang wanita yang tengah menyendiri di ruangan kecil tanpa pakaian.

Tidak sulit bagi Edward untuk memanjat jendela dan mengejutkan wanita itu. Nampaknya, ia tengah berdoa dengan posisi berlutut di samping tempat tidur, punggungnya membelakangi Edward. Ia pun  tersenyum dalam gelap. Sempurna. Wanita ini bahkan tidak mendengar langkah kakinya.

"Jadi kau mulai bersikap alim sekarang huh?" Ujar Edward.

Wanita itu terkejut, belum sempat ia berbalik tiba-tiba sebuah tangan besar mendekap mulutnya.

"Kau bisa berteriak, tapi apa kau yakin mereka percaya bahwa kau tidak mengundangku kemari? Bukankah itu jelas melanggar sumpah mu? Lagipula dinding ini terbuat dari batu, getaran suara tidak bisa menembusnya dengan baik." Ujarnya dengan penuh penekanan.

Edward membanting Mary ke atas tempat tidur. Perilakunya itu membuat Mary merasa nyeri pada bagian punggungnya. Ia kemudian meremas pantat wanita itu. Ia beranjak ke atas tempat tidur lalu menindih Mary.

Kepalanya sedikit berdenyut, memikirkan bahwa akhirnya datang juga hari dimana ia akan mendapatkan keperawanan Mary.

Mary berpikir bahkan jika ia terus-menerus mencoba lagi dan lagi, nyatanya ia tidak akan pernah suci lagi. Kini dia telah kotor, kotor untuk selamanya.

Edward melucuti pakaiannya, hingga hanya menyisakan sebuah kain yang menutupi kemaluannya. Mary berkali-kali mencoba untuk melarikan diri tapi Edward justru menariknya kembali dan membantingnya ke tempat tidur. Dengan segera, Edward menurunkan celananya, memperlihatkan sebuah penis besar dan berurat yang nampak siap untuk menggagahi gadis dibawahnya ini. Seketika, mata Mary melebar, jelas dia sangat ketakutan saat ini. Melihat reaksi ketakutan gadis tersebut, Edward pun tertawa kecil.

"Kau tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya, kan?" Tanya Edward sambil mendekat ke arah Mary.

"Biasanya ukurannya sedikit lebih kecil dari ini, tapi kurasa aku baru saja diberkati."

"Jangan lakukan ini, Edward, kumohon. Kau bisa memiliki orang lain, Kau tidak benar-benar menginginkanku!" Ucap Mary memohon.

Edward tidak menjawab, ia lalu mendorongnya untuk melihat tubuh yang sempurna dan belum termanja itu. Perut rata, payudara kecil yang kencang dengan puting berwarna merah muda. Dia memegang lututnya seperti itu mungkin menyelamatkannya.

every secondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang