"Sebuah kata yang terkadang sangat sulit untuk diucapkan karena ego. Sering kali menjadi tidak berarti saat kata itu ditujukan untuk dia, yang sudah tak lagi ada di sisi."-Maaf
_______________________
Langit yang begitu mendung mengawali weekend Leizander hari ini. Tanpa berniat pergi ke manapun, Lei hanya mampu termenung—memandangi gedung-gedung tinggi pencakar langit dari balik kaca jendela apartemennya. Keheningan pagi yang biasa menemaninya, kini terasa begitu berbeda. Perasan gusar yang sejak semalam menghantuinya, membuat Lei tidak dapat berpikir dengan jernih.
Panggilan telepon dari Amanda yang sejak semalam menghubunginya bahkan ia hiraukan begitu saja. Lei sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.
Dia hanya ingin menyendiri—memikirkan Anastasia.
Surat perpisahan yang baru sempat ia baca semalam, nyatanya telah berhasil membuat hati Lei merasa tidak tenang. Kenangan manis bersama gadis penggemar musim semi itu tiba-tiba saja berputar di kepalanya tanpa tahu malu—menyisakan setitik rasa penyesalan yang teramat sangat.
Bayang-bayang akan manik abu kebiruan Anastasia yang masih sempat melempar senyum ke arahnya setelah dipermalukan malam itu, seakan menyadarkanya jika Anastasia benar-benar tulus mencintainya.
Tiga tahun.
Tiga tahun ia berusaha menghilangkan bayang-bayang Anastasia dari kepalanya. Ia menyibukkan diri dengan segala urusan kantor untuk bisa melenyapkan Anastasia dari pikirannya. Saking tidak inginnya mengingat gadis itu, Lei bahkan tidak pernah lagi melewati jalan tempat gadis itu bekerja. Ia menutup rapat-rapat semua hal yang berhubungan dengan Anastasia dan mencoba untuk fokus kepada Amanda-kekasihnya.
Namun sekeras apapun Lei mencoba, sekuat apapaun ia berusaha, ia tetap tidak bisa melupakan wajah cantik seorang Anastasia. Setiap kali ia termenung atau memejamkan mata, wajah gadis itu pasti akan terlintas di dalam benaknya.
Tiga tahun Lei mengalami hal itu hingga rasanya ia ingin mengganti memori otaknya untuk melupakan gadis itu. Namun, semua itu berubah saat ia mengetahui kenyataan bahwa Anastasia telah lama meninggalkan New York tanpa meninggalkan setitik rasa kebencian kepadanya.
Di mana gadis itu?
Bagaimana kabarnya sekarang?
Apa dia sudah memiliki anak dengan pria pilihan orang tuaya?
Apa dia sudah melupakannya?
Rentetan pertanyaan itu selalu muncul di benak Lei sejak semalam, terlebih saat mengingat perkataan uncle George yang mengatakan bahwa Anastasia akan menikah dengan pria pilihan orang tuanya.
Lei masih tidak menyangka bahwa malam itu adalah malam terakhirnya melihat Anastasia.Mengingat hal itu, Lei pun kembali memejamkan mata-mencoba menghalau rasa sesak yang telah memenuhi rongga dadanya sejak semalam.
Di saat Lei sedang mencoba untuk menenangkan diri, getaran ponsel yang ada di dalam saku celananya, langsung membuat Lei mengalihkan perhatian. Ia mengambil benda pipih itu dan melihat siapa yang menelponnya.
Keixander....
Saat mengetahui siapa yang meneleponnya, Lei hanya bisa mengerutkan kening dengan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEIZANDER (Pain of Regret)
RomantikKekalahannya atas Keixander saat melakukan taruhan di Russia, membuat Lei rela menerima sebuah tantangan yang diberikan oleh sang adik kembar. Menjalani kehidupan sebagai seorang pria miskin selama satu bulan adalah tantangan yang diberikan Kei kepa...