Bab 02 - Menuju Royaley

3 0 0
                                    

Pagi-pagi sekali Edmund sudah bangun dari tidur dan segera membersihkan diri. Mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit binatang dan melapisinya dengan half-plate armor di bagian tubuhnya. Dia tidak berencana untuk menunjukkan kemewahan dengan mengenakan pakaian pelindung penuh dalam misi penyamaran ini.

Selesai dengan barang bawaannya, dia berjalan ke pintu keluar, mengambil Gladius yang terpajang apik di atas meja kecil, lalu menempatkannya di punggung. Sebelum tidur kemarin Edmund sudah menyuruh Baldric untuk menyiapkan sedikit uang perjalanan. Karena mereka nantinya juga akan melakukan misi lain sebagai mana mestinya petualang, Edmund melarang penasehatnya membawakannya terlalu banyak uang agar tidak kerepotan dan mengundang mata para pencuri. Begitu yakin bahwa Gladius sudah terikat dengan sempurna, dia keluar kamar dan menuju ruang takhta.

Panglima Tavon Helton dan Penasehat Baldric, juga beberapa menteri yang mengikuti rapat kemarin malam sudah berkumpul di sana. Meski beberapa menteri lainnya sedang bertugas, Tavon sudah memenuhi tugasnya dengan membawakan dua rekan perjalanan untuk Edmund. Mereka bertiga masih membungkuk hormat dan menunggu perintah dari Edmund.

"Bangunlah."

Segera mereka bangkit dan memperlihatkan wajah pada Edmund.

"Sesuai permintaan Anda, Pangeran. Orang yang bisa diandalkan dan tidak terlalu mencolok, juga tidak lebih dari dua orang. Namun, meskipun hanya dua orang, saya hampir menghabiskan waktu semalaman untuk memilah nama-nama prajurit terbaik saya." Tavon menjelaskan sambil membungkuk hormat.

Edmund menghampiri Panglima, memegang pundaknya dengan tangan kiri dan berkata, "Tidak apa-apa. Kau sudah bekerja keras, terima kasih."

Meski ucapan pangeran barusan berhasil membesarkan hati Tavon, dia merasa kalau tindakan itu sedikit berlebihan. Sudah sewajarnya jika bawahan bekerja keras untuk pimpinannya apa pun yang terjadi, tapi memuji dan berterima kasih sekaligus, membuatnya sedikit berpikir kalau Edmund lebih banyak mewarisi sifat ibunya daripada ayahnya.

Selanjutnya Edmund beralih pada dua orang di sebelah Tavon yang masih dalam posisi hormat. Satu orang adalah pria dengan wajah bersih dan rambut pirangnya bergaya berdiri. Meski tidak malihat mata pria itu secara langsung, Edmund tahu kalau dia menatap tajam ke arah lantai.

Di sebelahnya adalah seorang wanita berambut biru panjang dan lebat. Penampilannya sedikit membuat Edmund ragu kalau Tavon melakukan tugasnya dengan baik, tapi dia tidak mungkin menghina Tavon setelah baru saja memujinya. Jika diperhatikan lebih teliti, wanita di depannya memiliki bulu mata lentik dan paras yang sangat jauh dari kata "tidak mencolok". Jika saja wanita itu bukan prajurit, dia akan menjadi sasaran empuk saat membaur di tengah masyarakat yang penuh dengan orang-orang busuk. Namun, Edmund mengesampingkan hal itu untuk sementara waktu karena mungkin saja dia akan membutuhkan kecantikan wanita itu untuk misi penyamaran.

"Saya tidak terlalu mengerti seberapa jumlah uang yang Pangeran butuhkan, jadi saya hanya mengira-ngira sebisa saya." Baldric mendekati Edmund dan memberikan kantong merah berisi uang koin. "Kantong itu berisi lima puluh koin emas. Saya tidak pernah menjadi petualang sebelumnya, tapi saya mendengar dari orang-orang di luar istana dan juga para prajurit yang memiliki kenalan petualang, jumlah uang itu sangatlah banyak untuk dibawa petualang pada umumnya, tapi meski begitu, saya sangat yakin kalau jumlah itu tidak akan terlihat mencolok."

Edmund hanya melihat sekilas kantong merah terikat yang diberikan Baldric padanya, lalu memasukannya pada kantong barang bawaannya yang lebih besar yang dia letakkan di punggung. Dia sangat percaya pada Baldric sehingga tidak perlu menghitung lagi uang di dalam kantong.

"Sekarang kalian berdua, silakan memperkenalkan diri."

Edmun mengalihkan pandangan pada pria dan wanita di depannya, prajurit pilihan Tavon.

"Ya, Pangeran!" Si pria yang pertama berbicara, dia mengangkat wajah dan beralih ke posisi tegap. "Saya Raymond Dalton, prajurit yang berspesialisasi dalam menggunakan tombak."

Edmund memegang dagu setelah mendengar penjelasan singkat pria bernama Raymond, mempertimbangkan suatu hal.

"Hm, menarik, tapi aku harap kau juga bisa menggunakan senjata lain selain tombak. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa tombak memiliki banyak keunggulan dalam pertarungan jarak dekat di mana memiliki keseimbangan antara serangan dan pertahanan. Namun, akan ada suatu kondisi yang memaksamu menggunakan senjata lain."

Raymond tersenyum kecil, lalu memberi hormat dengan menaruh tangan kanan terkepal di dada kirinya. "Anda tidak perlu khawatir, Pangeran. Panglima Tavon melatih saya dengan baik. Selain menggunakan tombak saya juga bisa menggunakan senjata lainnya, sesuai perkataan Anda barusan."

Raymond mengangkat kepalanya dan tersenyum bangga akan kehebatan yang baru saja dijelaskannya. Edmund membalasnya dengan senyuman juga, lalu beralih pada si wanita.

"Selanjutnya."

Wanita berambut biru memberi hormat dengan cara yang lebih anggun, seolah benar-benar memperhatikan seluruh pergerakan tubuhnya.

"Saya Adelaide Brower, berspesialisasi dalam menggunakan dagger dan racun."

Adelaide masih memejamkan matanya di akhir penjelasan, tapi Edmund mengangkat kedua alis karena menyadari suatu hal yang menarik.

"Oh, petarung dalam bayangan ternyata. Sepertinya aku akan sangat senang memilikimu dalam timku. Jika boleh kutebak, gaya bertarungmu adalah berusaha sebaik mungkin mendekati musuh dan melancarkan serangan mendadak dengan racunmu. Apa aku benar?"

Adelaide membuka mata dan menatap Edmund dengan tatapan yang menurutnya tatapan menggoda dengan sedikit senyuman, tapi Edmund berusaha berpikir positif kalau tatapan itu selalu digunakannya di kehidupan sehari-hari.

"Saya mengagumi kejelian Anda, Pangeran, tapi saya juga menguasai gaya bertarung lain yang tidak bisa saya jelaskan dengan kata-kata."

Merasa puas dengan penjelasan itu, Edmund memejamkan mata dan mengembuskan napas panjang. Setelah sekali lagi memuji Tavon atas kerja bagusnya, dia mengumumkan keberangkatannya dan memberikan kekuasaan atas Demetrios pada Baldric, seperti yang sudah dibahas tadi malam.
Raymond, Adelaide, dan Edmund mengendarai kuda masing-masing yang sudah disiapkan di depan istana. Saat sesi perkenalan di ruang takhta, mereka berdua tidak membawa senjata, tapi sekarang Pangeran bisa melihat jelas dua bilah dagger di pinggang Adelaide yang mengenakan scale-mail dan tombak yang didominasi warna perak bertengger di punggung Raymond dengan bilah tajamnya menghadap bawah. Raymond mengenakan full-plate armor. Meski terlihat terlalu mencolok, rasanya masih masuk akal jika memiliki setidaknya satu orang yang mengenakan armor penuh dalam satu tim. Jadi, Edmund tidak mempermasalahkannya.

Tavon dan Baldric juga beberapa menteri lain, hanya mengiring kepergian Pangeran sampai depan pintu istana Demetrios. Karena hanya bepergian dengan kelompok kecil, tidak banyak orang yang memperhatikan mereka yang berhasil membaur dengan masyarakat sekitar. Hanya beberapa orang saja yang pernah melihat Pangeran Edmund yang meneriakkan namanya, tapi saat teman dari segelintir orang itu menoleh ke arah yang ditunjuknya, rombongan Pangeran Edmund sudah menyatu dengan kerumunan manusia.

Edmund juga sudah membawa perkamen salinan peta Benua Cambrean di dalam kantong barang bawaannya. Meski perjalan ini menuju kerajaan terdekat dengan Demetrios, Edmund belum pernah menginjakkan kaki di sana sebelumnya. Jadi, sebisa mungkin dia berusaha untuk tidak tersesat atau memperkecil kemungkinan bertanya pada orang yang salah karena kebanyakan orang di luaran sana hanya menginginkan uang tanpa mempedulikan keaslian informasi yang mereka berikan. Selain itu, tujuannya di Royaley adalah untuk melihat situasi kerajaan itu, lalu mencari celah di mana dia bisa memberikan bantuan dan memperkuat pengaruhnya di sana. Sehingga perlahan, kerajaan itu akan memihak padanya.

New RulerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang