Bab 14 - Wanita Berjubah Hitam

1 0 0
                                    

Keluar dari penjara bawah tanah, Edmund bertanya pada Baldric tentang kondisi prajurit pengganti yang menjadi sasaran penyusup dan si penasehat menjelaskan kalau prajurit itu sedang dirawat di salah satu kamar tamu istana Demetrios karena asrama tidak memungkinkan untuk melakukan perawatan. Ketika mendengar tentang kamar tamu, Edmund tiba-tiba teringat dengan Glenda, yang atas perintahnya, Adelaide membawa Glenda untuk disekap di kamar tamu. Namun, dia akan mengesampingkan Putri Royaley dan fokus pada prajurit pengganti.

"Antarkan aku ke kamar yang maksud itu," perintah Edmund.

Baldric yang berada di sampingnya mengiyakan dan dengan cekatan berjalan menuju lokasi yang dimaksud.

Kali ini prajurit yang berjaga di lorong-lorong bagian dalam istana membawa pedang yang tersarung di pinggang kiri mereka dan perisai digenggam di tangan kiri, sama dengan prajurit yang berjaga di pintu masuk istana.

Beberapa menteri memang tinggal di dalam istana, tapi hanya sebagian kecil menteri yang memilihnya. Kebanyakan lebih suka untuk pulang ke rumah dinas mereka yang berada tidak jauh dari bangunan istana. Di awal malam istana itu ramai dengan para menteri dan maid yang masih bertugas, tapi begitu malam semakin larut, istana itu menjadi sepi dan Edmund merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan istana yang selalu dia tempati sedari kecil itu setelah kedua orang tuanya meninggal. Saat dia tidak bisa tidur di malam hari dan memilih untuk jalan-jalan di lorong-lorong istananya, dia justru merasa kalau dirinya sedang berdiri di dalam istana kerajaan lain.

Pintu terbuka dan wajah seorang pria yang kedua matanya tertutup menyapa Edmund. Perutnya terbungkus rapat dengan kain yang tentunya sudah dibersihkan lebih dulu oleh para Tabib. Di perut sebelah kiri, pria itu  memiliki noda merah kecil yang berhasil menembus kain pembungkus yang dilapis dua.

Edmund sudah setengah jalan menuju ranjang tempat pria itu terbaring, tapi tiba-tiba dia terbangun dan secepat mungkin berusaha untuk menyapa tuannya.

"Anda sudah kembali, Raja Edmund?" Prajurit pengganti bersusah payah memposisikan dirinya duduk dan menyandarkan tubuh pada bantal yang disusun meninggi. Wajahnya meringis menahan rasa sakit.

"Tolong jangan memaksakan diri. Aku ke sini hanya untuk melihat kondisimu, untuk memastikan kalau kau tidak memiliki luka serius. Dan atas jasamu yang rela berkorban demi kebaikan Demetrios, aku akan menghadiahimu sebidang tanah di sebelah barat tembok kota yang nantinya bisa kau kelola sendiri jika sudah pensiun sebagai prajurit."

Tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, prajurit pengganti mendongak menatap lurus wajah rajanya yang penuh ketenangan. Kedua matanya mendelik dan jantungnya berdetak kencang.

"H–hadiah itu terlalu besar untuk saya, Rajaku." Prajurit pengganti menunduk secepat mungkin dan entah kenapa ada dorongan kuat yang membuatnya takut untuk kembali melihat wajah rajanya. "Tidak sebanding dengan pengorbanan kecil yang saya lakukan ini. Jadi, saya mohon agar Anda bisa memikirkan lagi keputusan itu."

"Tidak." Edmund masih pada sikap tenangnya. "Keputusanku sudah bulat dan aku tidak akan menarik lagi kata-kata yang telah aku keluarkan barusan. Ngomong-ngomong, aku belum tahu namamu."

"N–nama saya Horn, Rajaku." Horn berusaha menuruni ranjang untuk mencium kaki rajanya karena hadiah besar yang diperolehnya, tapi luka yang belum kering berhasil menyadarkan tentang posisinya saat ini. Membuatnya kembali meringis menahan rasa sakit. "Terima kasih banyak atas kemurahan hati Anda!"

Edmund hanya tersenyum tanpa memberi kalimat balasan, tapi Baldric yang berada di seberang ranjang, menyimpan tanda tanya di hatinya karena hadiah yang tuannya berikan pada si prajurit tidak biasa dan bahkan terlalu besar jika dibandingkan dengan pengorbanan yang telah dilakukan prajurit pengganti. Beberapa keping emas saja sudah cukup untuk menggantikan pengorbanan si prajurit.

New RulerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang