Aryan's First Diary

38 2 0
                                    

Hai, aku Aryan Khan.

Aku tidak yakin jika kalian akan menyukai ceritaku, tapi biarkan aku mengisahkan sedikit perjalanan hidupku sampai bertemu istri tercinta :p

Biarkan kisah ini dimulai dengan perkenalan diriku. Aku anak sulung dari pasangan fenomenal di Negeri Hindustan. Ayahku adalah aktor terkenal yang telah berkarir di industri Bollywood selama tiga puluh tahun lebih, mungkin kalian sudah membacanya di diary Nathania Chalondra. Ibu? Wanita hebatku, Madhavi Khan, merupakan seorang desainer, arsitektur, pengusaha interior dan furnitur, sekaligus produser film. Mereka berdua memulai kariernya bersama-sama dari bawah, tapi aku tidak akan menceritakannya di sini, nanti saja :)

Aku mempunyai dua orang adik, laki-laki dan perempuan. Sanaya, adik perempuanku ini lebih muda empat tahun dariku. Yang terakhir Abhimanyu, adikku yang satu ini agak jauh lebih muda, kami berbeda enam belas tahun.

Sejak kecil hidupku sudah tersorot kamera, berniat mengikuti jejak kedua orang, aku melanjutkan kuliah ke salah satu universitas di California dan mengambil jurusan perfilman. Pendidikanku selesai tepat waktu, juga lulus dengan predikat pujian. Setelah menyelesaikan kuliah, aku langsung balik ke India untuk merintis karier. Walaupun memulai sebagai pengisi suara, aku senang dengan apa yang aku jalani.

Hidupku berjalan dengan sangat baik, tapi tidak dengan kisah asmaraku. Mempunyai orang tua yang menjadi publik figur membuat aku dan kedua adikku hidup tidak sebebas anak-anak pada umumnya. Kami harus menjaga sikap dan perilaku agar nama baik kedua orang tua tetap terjaga, ditambah kehadiran paparazi yang siap meluncurkan berbagai macam artikel jika kami salah bertindak.

Di umurku yang beranjak dewasa, setiap kedekatanku dengan lawan jenis akan menjadi perbincangan menarik di kalangan paparazi. Aku berteman dengan beberapa anak dari lawan main ayahku dalam filmnya, itu adalah hal yang wajar bagi kami sebagai anak seorang atau pasangan publik figur. Sayangnya hal itu dimanfaatkan paparazi untuk memunculkan artikel-artikel tidak mendasar, padahal hubungan kami murni sebuah persahabatan.

Ingin rasanya aku mengeluarkan semua keluh kesahku tentang paparazi, tapi itu bukanlah inti cerita ini. Oke, kita lanjutkan ceritaku.

Aslinya aku belum pernah menjalin asmara dengan siapapun. Walaupun banyak teman ayahku yang mempunyai anak gadis, juga teman-temanku di universitas, tapi jujur saja semua hubungan itu hanya sebatas pertemanan dan kami semua tahu itu. Sedekat apapun hubungan yang tercipta, kami tetap menjaga batasan-batasan tertentu dalam berinteraksi.

Sekalipun belum pernah terpikirkan olehku untuk mencari pasangan, karena dari kecil aku hanya sibuk jaga sikap dan mengejar pendidikan. Orang tuaku sangat keras jika sudah menyangkut pendidikan, mereka mau anak-anaknya mendapatkan pendidikan tinggi dan berkualitas. Dan yahhh ... beginilah aku sekarang.

•••

Setiap tahunnya kami sekeluarga akan berkunjung ke tempat-tempat wisata agama di India. Sayangnya kali ini Alishah tidak ikut karena dia masih berada di New York, tempatnya menempuh pendidikan tinggi. Juga Abhimanyu yang sedang berada di rumah nenek. Akhirnya hanya aku, ibu, dan ayah yang berwisata.

Kami berkunjung ke Kuil Shri Siddhi Vinayak Ganapati. Aku rasa ini sudah ketiga kalinya aku datang ke tempat ini, sampai-sampai aku hafal semua letak ruangan di kuil. Kami datang untuk melakukan Sahastravartan Pooja yang bertujuan untuk mendoakan keharmonisan keluarga, kesehatan, dan panjang umur. Puja berlangsung selama kurang lebih dua puluh menit.

Seperti biasa, selesai puja ayah tidak langsung pulang. Dia sering berbincang ringan dengan para pendeta. “Pandita, biarkan anak saya yang membawa nampan,” kata ayah pada dua pendeta yang berbincang dengannya, “Aryan! Bawa nampan ini ke lantai dua.”

Rab Ne Bana Di Jodi : A Diary of Our JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang