PROLOG

633 69 1
                                    

"Oi, ka, ka." suara seorang pemuda masuk ke pendengarannya.

"Ha?" balasnya tanpa menoleh, matanya terfokus pada layar HP yang sedang menampilkan sebuah game yang sedang ia mainkan.

"Lagi lihat apa sih, sahabat?" pemuda dengan rambut kecoklatan itu memencet pipi sahabat-nya berkali-kali dengan mulut sedikit dimonyongkan.

Urat kemarahan muncul di wajah si sahabat, ia merasa terganggu dengan kehadiran pemuda rambut coklat itu.

"Bisa diam nggak?" katanya dengan ketus sembari menjauhkan mukanya dari tangan jahil Bagas.

Mulut si rambut coklat semakin dimonyongkan, sok imut. "Iih, Reka jahat sama Agas."

Pemuda rambut coklat itu adalah Bagas Adnan, salah satu sahabat si tokoh utama. Bagas kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda sesaat. Mencolek pipi Reka berulang kali. Reka merasa risih, ia berulang kali menepis tangan Bagas. Namun, Bagas tak jengah juga.

"Argh! Si babi, diam bentar!" bentuknya kepada Bagas. Bagas hanya menunjukkan cengiran lebar.

Akhirnya, Bagas berhenti mengganggu Reka. Beberapa detik kemudian, Bagas kembali mencolek pipi Reka. Kali ini dengan lebih cepat, sehingga Reka menggertakkan giginya. Pipinya terasa sakit.

"KAMFRUIT! AING LAGI PUSH RANK, JANGAN KAU GANGGU, BABI!" Reka kembali membentak Bagas tanpa mengalihkan pandangan dari benda persegi panjang yang di pegangnya.

Lalu, datanglah satu sahabat lagi. Aaron Abifandya namanya. Aaron memandang kedua sahabatnya yang bertingkah seperti hewan. Aaron tersenyum lesu. Capek.

"Kalian kenapa, sih? Aing tinggal bentar, udah ribut aja."

"Bagas mulai duluan." Bagas tersentak ketika Reka mengadu kepada Aaron. "Si Reka fokus main, sih." Bagas kembali memonyongkan mulutnya, berusaha tampil imut di hadapan dua sahabatnya.

"Jijik." ucap Aaron dan Reka bersamaan. "Kalian duduk lagi sana, nih pesanan minumnya dah dateng semua." titah Aaron, kedua sahabatnya pun menurut. Kembali duduk di tempat masing-masing dengan posisi Reka di tengah, di sebelah kanan ada Bagas dan di sebelah kiri ada Aaron.

Reka santai-santai saja, karena aktivitas nge-game nya tak di ganggu lagi. Namun, lama-kelamaan ia merasa risih dengan dua sahabatnya yang berada di sampingnya.

"Kalian kalau nonton aku main game, bisa agak jauhan nggak, sih?"

Reka merasa risih.

Wajah Aaron dan Bagas begitu dekat dengan wajahnya, hampir bersentuhan.

"Kenapa?" dengan polosnya mereka berdua bertanya. Reka hanya menunjukkan tampang jijik.

"KENAPA MUKA MANEH KAYAK GITU?!" teriak Bagas.

"MANEH NGGAK SUKA YA KALAU KAMI NGELIHAT MANEH MAIN GAME?! TERUS PERSAHABATAN KITA DARI JAMAN ZIGOT GIMANA?!"

Tiba-tiba, Aaron menarik kerah seragam Bagas dan Reka membekap mulut Bagas. Wajah mereka sangat dekat sekarang. Ya, jadi posisinya si Reka ini kejepit di tengah-tengah Aaron dan Bagas. Trisam mas? 🌚

"Nggak usah teriak goblok. Kita jadi pusat perhatian. Jauhin dikit muka jelekmu dariku." jelas Reka.

"Dan sekarang, kita jadi bahan gosipan lagi." lanjut Aaron. Bagas langsung menoleh ke sekitar. Dan benar, para pelanggan cafe sedang berbisik tentang mereka.

Reka memasang muka datar dan lesu.

'Bgst.' –Reka

•••

[ 𝐀𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐃𝐢𝐫𝐠𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 𝐀𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐃𝐢𝐫𝐠𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 ]

JUST KIDDING :: just friendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang