O4. JENGUK AARON

163 46 0
                                    

Di siang hari yang cerah, terdapat Bagas dan seorang cewek bernama Angel berdiri di depan gerbang sekolah. Mereka baru pulsek dan mau pergi jalan-jalan. Nggak, sih. Bagas cuma di suruh nemenin belanja baju doang.

Sebagai pacar yang baik, Bagas pun menuruti keinginan pacar barunya.

Suara notifikasi pesan masuk terdengar, HP nya bergetar sejenak. Bagas memilih untuk mengecek pesan tersebut, kalau-kalau pesan itu penting. Ternyata, dari Aaron.

Membaca pesan tersebut dan membalasnya, hingga memakan waktu 1 jam lamanya. Maklumin, si Aaron slow respon bosque.

"Maaf ya, Kak Angel. Kayaknya, kita tunda dulu jalan hari ini." kata Bagas yang membuat Angel terkejut.

"Eh, kenapa? Kamu 'kan mau nemenin aku beli baju." ucapnya dengan wajah sok sedih.

"Aaron lagi di rawat, aku mau tengok dia." entah mengapa, jawaban itu membuat Angel kesal. Mengapa Bagas selalu mengutamakan sahabat-sahabatnya ketimbang dirinya?

Angel kesal. Sejujurnya, rencana jalan berdua mereka sering kali gagal karena Bagas yang mendadak menunda acara. Alasannya pun beragam. Iya, beragam. Tapi, orang yang di pake buat alasan tetap itu-itu aja. Kalau nggak Aaron ya Reka atau sebaliknya.

"Dia 'kan bukan anak kecil. Ngapain di tengok segala?" Angel mulai melontarkan beberapa kalimat yang menyinggung Aaron.

"Sebenarnya, dari awal tuh aku nggak suka lihat Aaron sama Reka yang nempel di kamu mulu." perhatian Bagas sepenuhnya tertuju pada Angel. Ya, kalau nggak sama Aaron sama Reka, terus Bagas mau sahabatan sama siapa? Yang lain mah mulut ember susah di percaya.

"Bisa nggak kamu jauhin mereka?"

Bagas : lo didiemin malah ngelunjak

•••

"Putus?"

"Lagi?"

Aaron dan Gilang sama sekali tak terkejut mendengar penuturan dari Bagas. Keduanya sudah paham betul tentang Bagas yang suka putus sama pacarnya.

"Kamu teh jangan main putus gitu aja, bi." tutur Aaron. Pemuda itu merasa kasihan dengan semua mantan pacar Bagas. Pacaran belum lama udah putus aja.

"Ya, abisnya dia posesif banget. Aing capek tahu." kata Bagas sembari menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Mereka pesan mekdi.

Aaron menghela napas. Capek sebenarnya sama Bagas. "Kan bisa di bicarain baik-baik, mau dia apa."

Kali ini, Bagas yang menghela napas. "Haaahh... Coba aja kamu atau Reka cewek, jadi aing nggak usah capek cari pacar. Reka kalau jadi cewek juga pasti cantik banget."

"Maksud lo?"

Suara khas dari Reka tiba-tiba terdengar membuat ketiganya berjengit karena terkejut. Aaron hampir jatuh dari kasur pasien. Bagas hampir menarik infus Aaron. Dan Gilang yang sudah siap menyeret kedua temannya.

"Kalian kenapa kaget begitu, sih?"

Ketiganya menatap datar makhluk dengan tingkat ketidak pekaan yang sangat tinggi.

"Euy, bukain jendelanya dong. Aing mau masuk juga atuh." Bagas membuka jendela. Reka pun masuk ke dalam dan menutup jendela rumah sakit.

"Maneh kok bisa muncul di jendela gitu ngapain? Bikin orang jantungan aja." ucap Gilang sembari mengelus dadanya yang rata. Gilang masih parno.

"Oh, itu tadi-"

"Jangan bilang parkour lagi, terus nggak sengaja kepleset."

Reka nyengir. Mukanya menunjukkan kepolosan, watados. Aslinya mah, udah nggak polos. Lalu, Reka menyerahkan buah-buahan kepada Aaron. Hasil nyolong kebun buah Pak Lurah. Hitung-hitung bawa buah tangan buat menjenguk orang sakit.

"Jadi, Bagas maksud maneh berharap aing jadi cewek apa ha?" Reka yang ramah pada Aaron dan Gilang menjadi berbeda ketika menatap ke arah Bagas.

"Iya, memangnya meskipun jadi cewe, aku dan Reka bakalan mau sama kamu gitu?" Aaron memihak pada Reka.

Rasa kepercayaan diri Bagas meningkat pesat. Ketampanannya menjadi meningkat di tambah dengan efek bunga-bunga disekelilingnya. "Coba tunjuk, manusia di belahan bumi mana yang nggak mau sama Bagas Adnan?"

Seketika, Aaron, Gilang, dan Reka mengangkat tangan.

"PAS BAGIAN NGEBULLY URANG AJA KALIAN LANGSUNG KOMPAK!"

Bagas mulai ngedrama. Mengeluarkan air mata buaya.

"Tapi, serius deh, Gas. Maneh kok segitunya banget mutusin cewek secantik Kak Angel demi si Aaron upil? Heran."

"Bukan gitu, muka beruk." Bagas memjamkan mata. Berusaha mendalami peran tokoh utama seperti di film-film yang ia tonton bersama Reka. Bukan film aneh-aneh!

"Aku akan sangat menyesal, jika sampai kehilangan sahabat yang sudah bertahun-tahun bersamaku deni menuruti kemauan pacar yang baru sebulan mengenaliku." kata Bagas dengan bijak. Reka sampai heran. Ketempelan dedemit daerah mana dia?

Aaron dan Gilang merasa terharu. Ketiganya bergandengan tangan dan memutar seperti anak kecil. Reka sendiri menatap mereka dengan ekspresi yang sulit diartikan. Intinya sih, mukanya kelihatan nyebelin.

"Reka, ayo gabung!" ajak Gilang.

Akhirnya, Reka di seret paksa masuk ke dalam lingkaran setan. Reka terduduk menekuk lutut sembari menenggelamkan wajahnya, dia capek. Lalu, ketiga temannya memutarinya dengan gembira. Ritual jadi kaya dengan Reka sebagai tumbal.

Angga di ambang pintu hanya bisa menatap sendu.

"Dokter, sekalian yang dua itu diperiksa juga. Yang lagi letoy di tengah itu nggak usah." -Angga si penetralisir kebodohan

JUST KIDDING :: just friendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang