O2. MEREKA

233 45 0
                                    

Bagaimana awal mula pertemanan Reka, Aaron, dan Bagas?

•••

Semua berawal dari permen Reka yang jatuh ke tanah akibat tenggoran dari seorang Bagas. Bagas yang tak sengaja menjatuhkan itu pun merasa bersalah.

Bagas panik, ia meminta maaf kepada Reka. Reka bagaimana? Doi mah santuy. Bisa beli lagi dia, uang sakunya masih ada. Kalau habis, ya tinggal minta ke Mama.

"M-maaf, Agas nggak sengaja tadi." ucap Bagas dengan nada suara yang bergetar.

Reka membalas dengan wajah datar khasnya, "Iya, nggak apa-apa. Santai aja, aku bisa beli lagi."

Wajah datar yang ditunjukkan Reka membuat Bagas makin merasa bersalah. Air mata mulai menggenang di pelupuk mata. Bagas menangis. Sekarang, Reka yang panik.

"Ugh... uh... M-maaf... Gara-gara Agas... Hiks... Hiks... HIKSROT!"

"Eh, eh, jangan nangis. Cup-cup, jangan nangis. Nggak apa-apa kok beneran. Udah, ssht."

Reka berusaha menenangkan Bagas yang menangis sesenggukan. Tapi, tangisan Bagas malah semakin kencang. Hingga menarik perhatian orang banyak.

"HUWEEEEEE... HIKSROT! HIKSROT!"

"Eh, ssht! Diam, udah. Ingusmu usap dulu itu heh! Udah, udah nggak apa-apa."

Tangisan Bagas makin menjadi. Au ah, Reka capek. Di sogok pakai apapun juga Bagas tetap tak berhenti menangis. Padahal, itu ingus udah netes-netes sedari tadi.

Reka bernapas lega saat seorang wanita yang merupakan ibu dari Bagas datang menghampiri mereka. Menenangkan Bagas yang menangis. Tapi, di sisi lain Reka juga takut. Takut di tuduh aneh-aneh.

"Bagas kenapa nangis?"

"A-agas nggak sengaja j-jatuhin permen dia, ma. Hiks... HIKSROT! A-agas punya hutang ke dia, HUWEEE!"

reka : y gusti. permen ku yang jatuh kok dia yang nangis.

"Reka!" suara lembut seorang wanita yang tak asing masuk ke indra pendengarannya. Reka menoleh dan mendapati ibunya yang berlari menghampirinya dengan peluh didahinya.

Reka merasa terharu. "Mama!"

"Reka..." Mei berhenti, meraup oksigen dengan rakus. Wanita itu menjulurkan tangannya. Hendak mengelus pucuk kepala putranya.

Tapi, boong.

Yang Reka dapatkan adalah jeweran telinga. "Kamu apain lagi anak orang, ha?! Makin hari makin nakal, mau jadi pembully kamu?!"

"A-aduh! Sakit, Ma! Reka nggak ngapa-ngapain. A-aduh!" Reka mengaduh kesakitan. Bergerak memberontak, berusaha melepaskan telinganya dari jeweran maut sangat ibunda.

"Loh, Mei?"

"Eh, Mbak Ira?"

Walah dalah, ternyata kedua ibu-ibu itu saling kenal. Tangisan Bagas sudah mereda, hanya tinggal suara sesenggukan dan ingusnya yang masih meluber kemana-mana. Reka sendiri masih mengelus telinganya yang terasa panas.

Singkat cerita, Bagas dan Reka menjelaskan kejadian sebenarnya pada ibu mereka. Sampai akhirnya, kedua ibu rumah tangga itu memutuskan untuk reunian sejenak. Makan-makan di salah satu cafe yang sedang viral pada masanya. Berbincang-bincang membahas masa lalu sampai kehidupan yang sekarang.

Anak-anak mereka hanya menyimak. Nggak, sih. Bagas doang yang nyimak. Rekanya sibuk makan.

Bagas merasa kagum dengan Reka. Katanya, Reka itu kelihatan cool. Padahal di lihat dari segi manapun, Reka ini nggak ada cool-cool nya. Cuma modal muka datar doang.

Sejak saat itu, Bagas dan Reka mulai berteman. Nggak, sih. Cuma Bagas doang yang nganggep kayak gitu. Reka baru menerima Bagas menjadi temannya pas doi udah di traktir makan di mekdi 10 kali.

Lantas, bagaimana dengan Aaron?

Reka sudah kenal dengan Aaron sejak TK. Dulu, Aaron itu pemalu. Tertutup banget sama orang-orang. Dia nggak punya teman dan selalu menghindar dari keramaian.

Reka sebenarnya tak peduli. Namun sebagai teman sebangku yang baik, Reka memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Aaron.

Maksudnya, hubungan pertemanan.

Reka kasihan lihatnya. Udah kayak gelandangan aja si Aaron. Menyendirinya nggak tanggung-tanggung sampai di dalam tong sampah.

"Ma, lihat deh anak itu. Kasihan ya, kayak gelandangan aja." auto kena cubitan maut penuh kasih sayang dari emak.

Iya, Reka dari dulu memang suka ceplas-ceplos kalau ngomong. Lulus sensor kpi dan sudah teridentifikasi.

"Reka bilang gitu lagi pulang ke rumah ngesot kamu." ancamnya. "Kamu ajak temenan, gih. Teman sebangkumu 'kan itu? Nanti kalau kamu berhasil temenan sama dia, uang saku kamu Mama tambahin."

Ya, begitulah awal mulai pertemanan Reka dengan Aaron. Jika tak di sogok Mama tercinta, Reka tak akan berteman dengan Aaron.

•••

"Kalau di ingat-ingat, awal pertemuan kita kenapa harus gitu, sih?" kata Bagas dengan wajah menyebalkan.

Aaron mengangguk-angguk dengan semangat. "Iya! Nggak adil banget! Kamu kelihatan cool, kok aku malah di deskripsiin kayak gelandangan!"

"Ha? Ya maneh salahin authornya aja lah, protes ke authornya." balas Reka yang masih sibuk push rank em el. Sesungguhnya, Reka adalah manusia dengan rank epic abadi.

JUST KIDDING :: just friendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang