O1. DIRIKU

341 49 0
                                    

Namaku Areka Dirgantara, biasa di panggil Reka. Kelas 2 SMA, sekelas dengan Aaron dan Bagas. Hobiku menonton drama yang dilakukan Aaron dan Bagas. Ya, awalnya jadi penonton. Lama-kelamaan, aku di seret paksa untuk masuk ke dalam drama mereka.

Dan disinilah aku sekarang. Terjebak di rumah si Bagas, karena di sogok Aaron untuk membantunya membangunkan Bagas. Harusnya, aku menolak sogokan yang diberikan. Tapi, sogokannya di traktir susu kotak sebulan. Ya, mana bisa nolak.

"Selamat pagi, Tante." ucapku menyapa ibu Bagas. Lalu, mencium tangan kanannya. Harus jaga image di depan orang tua.

Seolah tahu akan niatku, beliau mempersilahkanku masuk. "Masuk aja, Reka. Aaron sudah datang duluan buat ngebangunin Bagas, tapi kayaknya si Bagas susah bangun deh. Kamu susul si Aaron ke kamarnya Bagas, gih."

"Iya, Tante. Permisi." dengan sopan aku berjalan ke arah kamar Bagas. Sampai di depan pintu kamar Bagas, aku mengambil napas terlebih dahulu.

Mempersiapkan mental dan tekad, lalu membuka pintu itu. Mataku mendapati sosok Aaron yang menginjak pipi Bagas.

"Iya, baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya, baik. Hamba segera bangun." -Bagas

Aaron menotice kedatanganku, "Reka, untung udah datang. Bantuin sini."

"Nggak mau." aku menolak sembari bersandar dan bersedekap di ambang pintu.

"Mekdi sebulan pake black card Angga."

"Bagas, seragam maneh dimana?!" teriakku.

'Capek aku tuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Capek aku tuh.' -Aaron

Aku menggeledah lemari Bagas, mencoba mencari seragam sekolah si Babi. Bajunya berserakan, tidak tertata rapi. Menjijikkan.

Aaron sibuk menyata buku pelajaran Bagas sembari mengoceh. Berisik, telingaku sakit. "Mana buku belum di beresin lagi! Pasti PR belum dikerjain kan?!"

"Emang ada PR?" tanya Bagas dengan muka bantal dan air liur di sudut bibirnya. Ewh. "Maneh udah? Mau nyalin atuh." lanjutnya.

"Belum lah. Makanya buruan, biar kita nyalin ke anak kelas." -Aaron

Bagas melirik ke arahku, "Reka, maneh pasti udah kan?"

Aku mengangguk, "Apa? Maneh mau nyalin? Bayar dulu atuh."

"Sama sahabat sendiri masa harus bayar? Gratis dong, kan sama sahabat sendiri sedari kecebong." -Bagas

"Bacot, sekarang mana ada gratisan. Sama sahabat sendiri juga tetep bayar. Nurutin 'gratisan sesama sahabat' yang ada aing malah rugi." aku sibuk mempersiapkan seragam Bagas yang kusut. Padahal, baru sehari di pakai.

'Si babi ngapain aja, sih? Sampe kucel kayak gembel gini.'

"Duh, gawat dong, Ron, Ka." kata Bagas. Aaron yang kepo pun bertanya, "Gawat kenapa?"

Dengan bangganya, Bagas membalas :

"Gawat soalnya aku ganteng banget hari ini." Aaron menatap dengan jijik. "Babi."

Karena tugasku telah selesai, Aku berjalan ke arah pintu kamar Bagas. Menunggu Aaron dan Bagas sembari bersender di ambang pintu dengan kedua tangan di lipat di depan dada. Menonton pertengkaran Aaron dan Bagas untuk yang kesekian kalinya.

Gedubrak!

"Bisa cepet, nggak?! Aing nggak mau sampai di hukum sama Pak Botak!" -Aaron

Gedubrak!

AAAAAARGH!!

"Iya, iya, maap! Nggak bisa di ajak bercanda amat, sih!" -Bagas

Aku menghela napas, lelah dengan kelakuan dua makhluk Jahannam ini. "Eh, coy. Buruan atuh. Bisa telat kita nan–"

BUAAKK!
GEDUBRAK!

Belum selesai bicara, 2 makhluk itu tak sengaja mendorongku hingga terjatuh. Baru saja aku meringis kesakitan, tiba-tiba tubuh Bagas menimpaku. Aku kembali mengaduh kesakitan, kali ini lebih keras. Karena...

"Argh! WOI, BABI! BADAN LO-" -Reka

"Ampun, Ron! Ampun!" -Bagas

"Nggak ada ampun!" -Aaron

"WOI, BABI JANGAN BANYAK GERAK! Ugh-" -Reka

"Babi kampret! Bisa-bisanya, bercanda!" -Aaron

"RON, UDAH, RON! B-BAGAS JANGAN BANYAK- Ahh!" -Reka

"Argh, udah, Ron!" -Bagas

"B-bagas! Ugh- A-aaron udah woi- ahh-" -Reka

"B-BENTAR, RON! Rasanya, ada yang ganjel di pantat aing–" -Bagas

Lalu, datanglah ibu Bagas. Ah, sial. Aku senang karena Tante datang, tapi di sisi lain aku juga merasa malu. Posisi saat ini... sangat memalukan.

"Aaron ini teh nya di minum dulu, ini ada susu cokelat cap badak juga buat Reka."

Hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening. Tante melihat diriku, Bagas, dan Aaron. Posisinya sangat ambigu dengan diriku yang berada di bawah, terduduk bersandar di dinding dan Bagas yang berada di atasku, terlihat seperti sedang ku pangku, lalu Aaron yang menarik kaos Bagas hingga perut buncit nya terlihat.

"Kami bisa jelaskan."

JUST KIDDING :: just friendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang