2. KARENA KELAKUAN LARISSA YANG TAK TERDUGA

4 2 0
                                    

2. KARENA KELAKUAN LARISSA YANG TAK TERDUGA

Ya tapi gak gini juga Larissa! batinku gregetan akan kelakuannya yang tak terduga itu. Namun yang kuperlihatkan kepadanya hanyalah kondisi mukaku yang tidak bisa berkata apa-apa. Bungkam seribu bahasa untuk jawaban yang telah dia berikan kepadaku barusan.

"Karena aku yang urus. Jadi suka-suka aku dong. Dan sekarang aku mau, kamu temenin aku ke sana, ketemu Algrio," imbuh Larissa tambah menjadi-jadi, yang membuatku seperkian detiknya terbelalak kaget ntah untuk yang keberapa kali untuk hari ini dan berucap refleks. "What?!"

"Aku tau kamu gak budeg. Buru." Dan lagi-lagi tanpa menunggu persetujuanku Larissa langsung saja menarik pergelangan tanganku untuk ikut padanya, tetapi kali ini aku tentu tidak seperti sebelumnya yang hanya pasrah, sebisa mungkin aku menyuruhnya untuk melepaskan tangannya dari pergelangan tanganku dengan mengeluarkan kalimat-kalimat alasan.

"Larissa, aku gak punya waktu, bapak aku udah jemput pasti di depan."

"Tau dari mana?"

"Biasanya kan gitu."

"Kan biasanya, belum tentu hari ini juga bapak kamu tepat waktu jemput kamunya."

"Bener juga," gumamku pelan yang ternyata terdengar oleh Larissa karena setelah itu aku menangkap suara sahutannya.

"Nah, kan, lagian gak nyampe dua puluh menit kok, bentar aja."

Duh. Tapi sebenarnya masalahnya bukan itu. Masalahnya bukan karena bapakku yang akan mengomel bila aku lama keluar dari kawasan sekolah untuk pulang. Bapakku bukan type orang seperti itu. Maka mendekati saja tidak. Bapakku orangnya kelewat sabar. Selagi posisinya ia sedang tidak sibuk, maka ia mau menunggu sampai aku keluar kawasan sekolah untuk pulang, bahkan bila harus menunggu satu jam lamanya.

Sebenarnya masalah utamanya berada di aku. Ya. Aku. Aku yang masih malas bila harus berurusan dengan cowok itu. Jangankan berurusan. Untuk melihat wajahnya saja aku masih benar-benar malas melakukannya. Semalas itu. Apalagi setelah mengingat-ingat kejadian pagi tadi. Aish. Kurasa hari ini memang bukan hari beruntungku saja.

"Apa?"

Aku hanya bisa menghela napas pasrah saat aku dan Larissa telah sampai di hadapan Algrio beserta antek-anteknya itu. Kulihat Algrio melihat ke arahku sejenak yang kubalas dengan tatapan datarku kepadanya lalu ke Larissa seraya menjawab, yang langsung dibalas oleh Larissa sesudah melepaskan tangannya dari pergelangan tanganku.

"Sekarang, kamu, Althair, dan Rajendra sibuk nggak? Kalau nggak, aku mau bicarain soal kerja kelompok ke kalian."

"Lah, iya, gue baru ingat kalau kita satu kelompok sama mereka."

"Kelompok apaan? Prakarya? Ngikut aja gue mah."

Yang tanpa banyak basa-basi langsung dijawab oleh orang yang bersangkutan yaitu Rajendra dan Althair dengan kalimat yang tidak jauh-jauh dari kata "ngikut". Sementara aku yang berdiri tepat di samping Larissa secara naluri mengerutkan alis dalam. Bingung. Juga menoleh penuh tanda tanya atas tutur katanya barusan yang walau ku tau ditujukan bukan untukku melainkan untuk Algrio, Althair, dan Rajendra.

"Loh? Kata kamu tadi gak hari ini kerja kelompoknya. Tapi kok sekarang?"

Mendengar pertanyaanku itu Larissapun menoleh, membalas tatapan penuh tanyaku yang seakan-akan meminta penjelasan atas kalimat yang telah keluar dari mulutnya tadi yang bertolak belakang dengan kalimat yang telah dia berikan kepadaku beberapa menit yang lalu di sana.

"Emang bukan hari ini Alanna. Sekarang aku cuma mau diskusiin tentang kapan mereka bisa buat kerja kelompok yang sebenarnya."

Astagfirullah.

ALGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang