8. PANGGILAN UNTUK ALGRIO DAN TEMAN-TEMANNYA

2 1 0
                                    

8. PANGGILAN UNTUK ALGRIO DAN TEMAN-TEMANNYA

"ALGRIO! KERUANGAN SAYA SEKARANG!"

"TERMASUK KALIAN BERLIMA!"

Kelasku yang baru saja terisi penuh lantaran bel pertanda masukan telah berbunyi beberapa menit yang lalu, dibuat terlonjak kaget dan panas-dingin hingga tanpa sadar bulu kuduk berdiri tatkala suara Bu Tatik menggelegar—merasuki indera pendengaran kita semua, karena bila didengar-dengar dari bentakannya saja semua orang yang ada di sini tau jelas kalau Algrio dan kelima orang teman-temannya itu tidak akan baik-baik saja setelah ini.

Sifat yang tidak biasanya ditunjukkan setiap hari, membuktikan kalau Bu Tatik sudah berteriak diikuti membentak seperti sekarang, kemurkaannya tengah diujung tanduk. Dan bila Bu Tatik lagi seperti ini maka siap-siap surat peringatan atau SP akan melayang di depan muka.

Apalagi untuk Algrio, Rajendra, Ghiffari, Farzan, Althair, dan Deon ini bukanlah kali pertama bagi mereka. Bisakah kalian membayangkan bagaimana nasib mereka sekarang ditangan Bu Tatik?

Harap-harap cemaspun kini terpampang nyata diwajah Larissa saat aku menoleh ke arah cewek itu yang fokus menatap Algrio yang langsung berdiri dari duduknya diikuti teman-temannya yang lain di sana. Menghela nafas ikut khawatir dan cemas karenanya. Aku agak kasian melihat Larissa yang seperti itu. Padahal Algrio belum jadi apa-apa dihidupnya. Belum menjadi status seorang pacar baginya. Namun pancarannya matanya mengatakan kalau Algrio lebih dari itu untuknya setelah perasaan lebih dari seorang teman muncul dihatinya.

Ya sepengaruh itu.

"Gak kaget," gumam Ghiffari.

Disambung Althair yang berjalan di sisi kanannya seraya mengangkat tungkainya pasrah menghampiri Bu Tatik. "Gue ngomong gimana lagi ya buat nyokap bokap? Cuma niat ngebantu temen ngelerai? Ah, tapi pasti nyokap bokap gue gak percaya gitu aja. Gak pulang lah gue hari ini."

Diceletuk Deon yang berjalan dibelakang Althair kepo. "Mau tidur dimana emang lo kalo gak pulang?"

"Dimana aja asal gak kena tonjok bokap. Di Warung Mbah juga sabi."

"Mana mau Mbah nampung lo."

"Eits. Belum dicoba. Belum tau. Mbah kan baik hati dan tidak sombong. Pasti maulah."

Memperbaiki seragamnya yang keluar dari celananya agar Omelan tidak bertambah dua kali lipat untuknya. Rajendrapun menyeletuk kesal. "Bacot lo pada. Buruan. Mending lo siapin mental dulu buat sekarang. Baru mikirin yang ntaran."

"Weish. Tumben pinter."

*****

"Menurut kamu, mereka kali ini bakal diapain?"

"Diomelin. Terus habis itu dipukul pake papan scanner. Gak lupa dibentak-bentak sampe trauma. Tapi kayaknya juga bakal ditampar sih sama Bu Tatik, bolak-balik. Ih serem lah pokoknya," jawabku heboh juga menakut-nakuti dan tak lupa ala-ala memeluk diri sendiri dan mengelus-ngelusnya sehingga seperti kalau aku takut sampai merinding membayangkannya saja.

Sukses membuat Larissa tambah mengkhawatirkan keadaan Algrio diposisinya. Sampai-sampai batagor yang ada dihadapannya pun hanya diaduk-aduknya saja. Tidak dimakan walau sedikit. "Separah itu ya?"

Menyeruput minumanku yang tinggal setengah aku masih melanjutkan aktingku. Mengangguk. "Iya. Atau bahkan lebih parah dari pada yang aku bilang."

"Kasian banget."

Tak kuasa menahan tawa melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Larissa. Akhirnya aku menyudahi jahilanku yang tentu membuat Larissa menatapku lamat-lamat. Bingung. "Kamu percaya?"

ALGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang