5. KARENA ITU MASIH SHOCK BERAT DAN TIDAK PERCAYA

3 1 0
                                    

5. KARENA ITU MASIH SHOCK BERAT DAN TIDAK PERCAYA

Melihat raut wajah yang ditunjukkan oleh Larissa kala itu membuatku tidak bisa lagi menapik kalau ia hanya bercanda atau bergarau. Cewek itu sungguh-sungguh menyukai Algrio. Cewek itu sungguh-sungguh menaruh perasaan yang lebih dari sekedar teman sekelas pada Algrio. Dan aku masih shock berkepanjangan dan tidak percaya akan itu.

Maksud aku, bagaimana bisa dia menyukai Algrio yang sangat menyebalkan itu? Terlebih dia mendapatkan cap besar di dahi sebagai "biang masalah" dari sebagian besar guru-guru. Apakah hal tersebut yang malah memberikan nilai plus untuknya bagi kedua mata Larissa?

Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja menjadi alasan mengapa Larissa bisa sampai jatuh hati kepada Algrio itu membuatku lapar. Segera aku beranjak berdiri dari tempat tidurku yang terpenuhi, tidak beraturan, buku-buku, salah satunya buku besar dan buku tulis Bahasa Indonesia, karena sekarang ini aku tengah mengerjakan tugas yang tidak selesai pada minggu lalu yang disebabkan karena jam mata pelajarannya yang habis, sehingga tidak hanya aku saja tetapi seluruh murid yang ada di kelasku pun juga begitu.

Di dalam kulkas rumahku, aku menemukan makanan ringan, lantas aku mengambilnya tak lupa beserta air minum agar tidak serat saat aku memakan-makanan ringan ini seraya mengerjakan tugasku nanti.

Setibanya aku dikamarku kembali. Handphoneku berdenting satu kali tanda pesan masuk ntah dari sosial media yang mana. Ku taruh dahulu untuk pengganjal perutku ini di tempat yang aman agar tidak kesenggol dan berceceran kemana-mana, setelahnya barulah kuambil handphoneku itu untuk melihat siapa yang mengirimiku pesan dijam segini.

Pukul sembilan malam tepat.

Algrio

Pulpen lo masih sama gue.
Lupa gue kembaliin.

*****

"Larissa... beli ice cream yuk?" ajakku memanggil nama Larissa panjang seraya berjalan ketempat cewek itu berada, tempat duduknya, yang terposisi dengan rapi dibarisan tengah kedua dari depan bersama meja juga kursi yang lainnya.

Larissa yang kutangkap baru saja berdiri dari duduknya setelah memasukkan sesuatu ke kantung seragamnya, tepat sesampainya aku di samping mejanya dengan ekspresi wajah yang sangat mengharap-harapkan manis serta dinginnya ice cream bila menyentuh indera perasaku nantinya, dia menoleh dan menyahut sesudahnya.

"Ice cream yang dibelakang sekolah?"

"Iya. Ayo!"

Dan sepertinya Larissa juga tengah menginginkan ice cream yang ampuh untuk menaikkan mood itu. Diapun mengangguk menyetujui permintaanku.

"Ayo."

"Yeay!"

Membuncah perasaan senang. Aku dan Larissa kemudian berjalan beriringan menuju ke tempat tujuan. Melewati banyaknya manusia-manusia yang mengarah ke arah yang tak menentu dengan mulut yang bergerak membuka dan menutup.

Dipertengahan jalan kala aku dan Larissa akan keluar pagar utama SMA Rajawali ini aku menemukan Algrio lengkap dengan teman-temannya yang tak jauh-jauh dari; Deon, Althair, Ghiffari, Rajendra, Farzan, juga beberapa kakak kelas, kelas sebelas, yang tingkah lakunya tidak jauh berbeda dengan keenam cowok tersebut, yang aku sebutkan namanya tadi. Berdiri, bersender, ditembok bercat putih yang sudah tidak bersih lagi itu.

Pemandangan seperti ini bukanlah kali pertama untuk kalian lihat bila kalian bersekolah di SMA Rajawali. Mereka, memang sudah sering kali berkumpul di sana sekedar hanya untuk mengobrol sembari memerhatikan orang-orang yang lewat, seperti aku dan Larissa contohnya. Terlebih pada pagi hari waktunya murid-murid SMA Rajawali berdatangan secara bertahap. Mereka pasti akan berkumpul di sana terlebih dahulu bersama motor-motor juga tas mereka yang masih tersampir dibahu mereka, dan biasanya mereka akan bertahan hingga sampai waktu pembelajaran akan dimulai yang ditandai dengan suara bel berdering dengan sangat nyaring yang terdengar selama tiga kali berturut-turut dan panjang.

ALGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang