Seorang gadis berjalan seorang diri dikoridor sekolahnya yang ramai. Seluruh atensi para siswa rata-rata tertuju pada gadis itu.
Aluna Shaqueenza. Gadis yang dibilang tidak terlalu vamous, tidak juga terkenal karena kepintarannya, apalagi masalah parasnya, yang tergolong biasa biasa saja. Tak ada yang istimewa pada diri Aluna. Namun ia heran, kenapa sekarang ia jadi perhatian para siswa ketika dirinya sedang melewati koridor ini.
Oh. Mungkin karena penampilan Aluna yang tergolong.....cupu?. Aluna berdecak. Menurutnya, ia tak cupu cupu amat. Mungkin dia pendiam dan tertutup orangnya. Menjadikan semua orang berpikir dan memandang Aluna dengan tatapan remeh.
Aluna menghela nafas lelah. Ia tak punya teman disekolah. Jangankan teman. Yang mau berdekatan dengannya saja tidak ada!. Aluna berasa jadi kuman kalau seperti ini.
Ia terus berjalan, menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Saat hampir selangkah lagi Aluna masuk pintu, tiba tiba ada yang menarik pundaknya kasar. Akibat tidak siap, Aluna sampai berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tak terjatuh, dan berhasil. Lalu ia menengok kebelakang, ingin tahu siapa yang sudah menarik bahunya seperti ini.
"Haii anak cupuu". Sapa Carolline, si tukang bully. Menyadari raut Aluna yang sepertinya marah namun ditahan, Carolline terkekeh pelan saling memandang antek anteknya. Mereka tersenyum, seperti ada yang sedang direncanakan.
"Eh-eh maaf. Sakitnya, gue tarik tadi? Ututu, kasian banget deh, si cupu." Ucap Carolline dengan ekspresi yang dibuat buat.
"Mau maafin ngga lo?!" Tanyanya dengan nada tak mengenakkan. Aluna mengangguk terpaksa, ia menundukkan kepala, takut menatap Carolline dan teman temannya yang sedang tersenyum mengejek.
Carolline mendekatkan dirinya pada Aluna, hendak membisikan sesuatu padanya.
"Gue denger denger, lo suka sama Arkan ya?." Pertanyaan Carolline membuat Aluna membelalakan matanya, terkejut. Kenapa bisa rahasianya yang tidak ia ceritakan ke siapa siapa bisa terbongkar.
Melihat Aluna berekspresi seperti itu, membuat Carolline tersenyum miring. Lalu menatap para antek anteknya. "Bawa dia kegudang." Perintah Carolline. Sementara Aluna memberontak ketika teman teman Carolline hendak membawanya. Namun percuma, tenaganya tak sebanding dengan tiga orang ini.
"Aku m-mohon jangan bawa aku kegudang" Aluna memohon mohon sambil menahan tangisnya.
Lagi Lagi, Carolline tersenyum miring. "Lo ngga pantes suka Arkan! Sadar diri lo siapa! Lo cuma cewek cupu yang sama sekalipun ngga punya teman!" Bentak Carolline tepat didepan wajah Aluna.
Aluna menunduk diam, sedari tadi ia menahan tangisnya agar tak terlihat semakin lemah dihadapan orang yang sedang menginjak injaknya.
"Lagian, aku kan cuma suka" entah keberanian dari mana, Aluna menjawab perkataan Carolline tadi.
Carolline menatap sengit Aluna. "Ohh. Pinter banget ngelawan sekarang, hah?!" Tangan Carolline hendak menampar pipi Aluna. Aluna juga sudah memejamkan matanya, bersiap menerima tamparan Carolline.
Namun, tak ada rasa sakit pun dipipi Aluna sebab tamparan Carolline. Ia penasaran dan membuka matanya yang tadi ia pejamkan. Ternyata, tangan Carolline ditahan seseorang. Yang membuat Aluna terkejut ialah, seseorang yang menolongnya dari tamparan Carolline itu tak lain adalah Arkan. Ya, Arkan menolongnya.
Arkan menghempaskan kasar tangan Carolline. Kemudian beralih menatap Aluna yang ditahan oleh antek antek Carolline.
"Lepas!" Perintah Arkan, dan saat itu juga pegangan antek antek Carolline pada Aluna lepas begitu saja.
Arkan menatap tajam Carolline. "Kalau sampai lo macem macem lagi sama Aluna, gue bakal buat lo menderita. Ngga pandang bulu, lo cewek apa cowok" ancam Arkan. Carolline tidak bisa mengatakan apa apa. Dan dengan rasa dongkolnya ia meninggalkan mereka, tak lupa diikuti para antek anteknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
garis khatulistiwa
Random"Hidup itu perihal menyambut kehilangan dan merayakan kepergian". Ucap Arkan pada Aluna. "Jadi, kalaupun suatu saat gue pergi, jangan nangis ya?" Lanjutnya. Aluna menatap lekat bola mata Arkan, seperti tidak setuju dengan perkataan Arkan. "Arkan? Du...