Hari ini, tepatnya hari senin, para anggota inti Black Swan sedang berkumpul di warung belakang sekolah seusai menjalankan upacara rutinan hari senin.
Terkecuali Arkan. Cowok itu belum menampakkan batang hidung nya sejak tadi, bahkan sejak upacara berlangsung pun mereka tak menjumpai wajah Arkan.
"Ck. Arkan mana si?!" Tanya Galang pada para sahabatnya dengan nada agak sewotnya.
"Lagi ngapel kali" sahut Rey. Cowok itu sedang menyalakan batang rokoknya dan menghisapnya.
"Emang Arkan kaya lo, ngapel mulu?" Arga ikut menimpali obrolan mereka.
"Lah iya ya. Rey mah ngapelnya beda njir. Kalo orang lain mah cukup satu. Lah kalo Rey mah, satu doang ngga cukup" ucap Galang.
Tak lama, terdengar langkah kaki mendekati mereka. Arkan datang sambil memasukan sebelah tangannya ke dalam saku celana. Sedangkan tangan yang lainnya ia gunakan untuk menyisir rambutnya kebelakang. Emang anak satu ini jamet berkedok wajah tampan.
"Eh buset dah, nih orang dateng dateng sok ganteng amat" anggap saja bentuk ucapan dari Galang untuk Arkan.
"Iri? Bilang bos! Hahay, palpale palpale, palpale, palpale palee" balas Arkan sambil berjoget ala jamet aplikasi pelangi.
"Dasar jamet pasar induk!" Sahut Rey kesal. Ya, siapa yang tidak kesal menghadapi sifat jamet yang entah sejak kapan dimiliki Arkan.
"Iye lo! Depan ciwi ciwi aja sok dingin bet" Arga ikut menyahuti.
"Yaelah! Lo kaya ngga tau aja sih. Jaga image dong! Ntar ngga ada yang suka gue gimana?" Balas Arkan. Lalu ia melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Rey tadi, merokok.
"Ya udah sana jadian aja tuh sama si Dora" Galang sengaja memplesetkan namanya. Biasalah bahan candaan emang ada ada aja. Eitss, tapi jangan sampe perasaan yang dibuat candaan ya, abang Galang😉.
"Dyora njir namanye" sahut Arga, tak lupa tangannya dengan rasa tak bersalah menoyor kepala Galang.
"Sahabat doang" balas Arkan apa adanya. Kaya perasaan author sama bang Arkan aja deh, apa adanya☺️.
Rey terkekeh mendengar jawaban Arkan. "Ngga ada sih sejarahnya cowo sama cewe bisa sahabatan lama. Biasanya, salah satu dari mereka tuh pasti ada yang nyimpen perasaan."
"Yaelah, suer dah. Sampe upin ipin udah tumbuh rambut juga gue ngga bakal naruh perasaan lebih ke si Dyora" Arkan dengan segala jawaban random nya.
"--ngga ada sejarahnya juga seorang buaya bisa tobat" sambung Arkan, membalikkan kata kata Rey tadi.
Mereka bertiga tertawa terbahak bahak. Padahal candaannya saja garing. Dasar merekanya saja yang recehnya tak tertolong.
"Ngomong ngomong, kapan nih kita berhenti bolos? Dah kelas 11 juga. Malu kali ngga jadi contoh buat adek kelas" Arga mengalihkan pembicaraan.
"Kita? Lo aja kali!" Jawab Arkan tak masuk akal. Dan anehnya, ia tertawa terbahak-bahak dengan jawabannya sendiri, sedangkan teman temannya memandangnya aneh. Dasar bocah prik!.
"Ck! Serius bisa ngga sih?!" Arga mulai agak kesal dengan Arkan. Oke, kalau sampai Arkan bercanda lagi, dia berjanji akan menampol kepala Arkan dengan botol air mineral yang tadi dibelinya.
"Aww! Jangan serius serius lah bang Argaa. Emang mau diseriusin sama dedek Arkan?" Sekali lagi, Arkan dengan segala kejametannya. Baiklah tekad Arga sudah bulat sekarang. Botol air mineralnya mendarat sangat cantik tepat dikepala seorang Arkan Danuartha, titisan jamet pasar malam.
"Aw! Sakit, bego!" Arkan mengusap usap kepalanya yang sempat jadi landasan terbang botol air mineral yang dilemparkan Arga.
"Makanya serius, tolol!"
KAMU SEDANG MEMBACA
garis khatulistiwa
Random"Hidup itu perihal menyambut kehilangan dan merayakan kepergian". Ucap Arkan pada Aluna. "Jadi, kalaupun suatu saat gue pergi, jangan nangis ya?" Lanjutnya. Aluna menatap lekat bola mata Arkan, seperti tidak setuju dengan perkataan Arkan. "Arkan? Du...