6

2 0 0
                                    

Seperti yang Gilang katakan, pertandingan basket antar sekolah diadakan minggu ini. Setelah satu minggu lamanya, tim basket SMA Edelweis berlatih. Kini saatnya mereka membuktikan siapa pemenang diantara SMA Edelweis, dengan rivalnya, SMA Bimasakti.

Pertandingan bertempat di SMA Edelweis, sebagai tuan rumahnya. Menjadikan para siswa siswi sangat antusias menonton pertandingan dari samping lapangan. Hitung hitung cuci mata lahh..

Nampak juga, Rangga yang sedang melakukan beberapa pemanasan kecil bersama temannya. Seperti yang Arkan bilang, adeknya itu ikut andil dalam pertandingan basket.

Sorakan demi sorakan terdengar riuh dari kursi penonton. Meneriaki nama sekolah masing masing. SMA Edelweis juga tak kalah keren dari rivalnya. Terlebih Raka, yang notabene nya ketua basket yang terkenal punya paras diatas rata rata.

Anggota inti Black Swan, yang antara lain Arkan dan kawan kawannya, tengah melakukan hal yang sama dengan kebanyakan para murid lainnya. Meskipun bisa dibilang, ia malas menonton rivalnya selama bersekolah itu tanding. Tiga temannya sibuk menyoraki, hanya Arkan seorang yang nampak lesu tak berminat untuk menonton.

"Lemes amat lo, Ar. Belum disuruh makan ayang ya?" Ucap Gilang sambil menyenggol bahu Arkan.

Arkan hanya menoleh sekilas dan berdecak kesal. "Ngapain sih, nonton ginian"

Arga yang tadinya hanya mendengar kini merotasikan matanya. "Ini sekolah lo, bego."

Arkan tak menanggapi. Sudah sangat jelas ia paham dan ingat bahwa ini sekolahnya. Dia hanya bingung, harus mendukung siapa kali ini. Apakah mendukung adeknya sendiri? Atau malah mendukung rivalnya yang mewakili nama sekolahnya? Plis deh! Arkan sangat malas jika harus mendukung Raka. Tapi, apa boleh buat. Daripada dirinya di depak keluar dari sekolah, kan bahaya.

"Lo ogah banget kalo udah urusannya sama Raka" timpal Rey.

"Ngga perlu dijelasin, kalian juga udah tau kan?" Arkan sangat ingin pergi dari area penonton ini. Tapi ia masih mau menghargai usaha SMA nya.

Teman temannya lebih memilih untuk diam. Ia tak mau membuat Arkan semakin marah. Arkan memang begitu, dikit dikit jadi jamet, dikit dikit jadi singa yang siap menerkam, dikit dikit juga sensian kaya perawan.

Pertandingan berlangsung semakin sengit. Diiringi teriakan para penonton yang semakin memanas. Begitu sempurna jika dipadukan dengan suasana hari ini.

Dan... pertandingan berakhir dengan SMA Edelweis yang meraih point lebih unggul dari SMA Bimasakti. Sorak sorai penonton menyambut kemenangan mereka. Para pemain pun kelihatan sudah mengeluarkan banyak peluh dari tubuh mereka.

"Good job, buat pertandingan kali ini" ucap Raka mengembalikan semangat tim nya. Lalu mereka melakukan tos ala tim basket mereka.

Seusai menonton, Arkan lebih memilih cepat cepat meninggalkan area penonton, dan meninggalkan tiga temannya yang lain.

Arkan seperti melihat siluet bayangan yang ia kenal. Merasa benar perkiraannya, Arkan segera menghampiri siluet tadi.

Dan ternyata, itu Aluna. Arkan berdiri disamping gadis itu dan terkekeh pelan. Gadis itu sama sekali tidak menyadari keberadaannya sekarang.

Aluna menoleh kesampingnya, setelah dirasa ada yang mengelus kepalanya. Dia membelalakan matanya saat tahu orang yang disamping nya kini.

"Habis nonton ya?" Tanya Arkan membuka percakapan.

"Iya. Tadi ada adek kamu tanding ya?"

Arkan mengangguk sambil tersenyum untuk mengiyakan.

"Bagus juga ya skill nya Rangga"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

garis khatulistiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang