5. 🕊️Bukan Pacar Arka🕊️

43 7 0
                                    

بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

🕊🕊🕊️

Cinta sepihak memang sakit, tapi rasa sakit itu tidak sebanding jika aku harus kehilangan kamu. Berada di dekatmu sudah cukup menjadi penawar perih di hatiku

🕊️🕊️🕊️

"Arka, apa kamu masih mau jadi sahabat aku? Kamu liat kita nggak bisa kayak dulu lagi, aku sekarang cacat, Ar." kata Alea lirih. Pandangan matanya kosong. Semangat hidup seakan sudah hilang.

Arka memejamkan matanya sejenak. Dia pun juga tersiksa melihat kondisi Alea yang sekarang. Kalau pun Arka bisa membalikkan keadaan, dia rela bertukar posisi dengan Alea saat ini juga.

"Aku siap menjadi kedua kaki kamu, Alea. Kemana pun kamu mau, aku bakal temani kamu, kita akan melangkah bersama." kata Arka tak main-main. Alea bisa melihat ketulusan yang terpancar dari kedua mata Arka.

"Aku nggak akan bikin kamu susah kan, Ar."

Arkan menggelengkan kepalanya.

"Nggak Al, kamu sama sekali nggak nyusahin aku. Bukannya kita udah janji akan selalu ada di saat susah da senang. Sekarang aku pengen buktiin itu sama kamu, aku bakal selalu ada di dekat kamu sampai kapan pun."

Alea tersenyum tipis, terharu dengan Arka yang begitu baik padanya. Meski pun saat ini dia tidak tahu bagaimana menjalani hidup ke depannya. Namun jika ada Arka di sampingnya, Alea mulai yakin bahwa dia pasti bisa melewati ini semua ke depannya.

"Aku capek di sini. Kamu mau kan ajak aku keluar?"

"Aku saranin jangan keluar dulu dari kamar kamu, cuacanya panas banget kayanya." kata Arka dengan suara pelan. Dia kemudian mengusap kepala Alea dengan lembut. Selain terik matahari buang panas, Arka juga tidak ingin Alea bertemu dengan Avta. Sebab dia yakin Alea pasti akan terpukul jika harus bertemu dengan laki-laki yang sudah membuatnya lumpuh seperti sekarang ini.

"Arka, Please. Aku mohon, kamu nggak kasian sama aku? Mentang-mentang aku sekarang nggak bisa jalan, aku jadi nggak bisa kemana-mana gitu?" Alea mendesah resah, dia menyandarkan kembali punggungnya pada bantal.

"Aku kasian sama kamu, panas banget loh ini. Kalau udah sore, aku janji ajak kamu jalan-jalan di taman Rumah sakit."

"Janji?" Alea mengacungkan kelingkingnya pada Arka. Tidak sabar untuk segera menghirup udara segar

Sebisa mungkin, Alea harus percaya bahwa dia akan segera sembuh. Di taman nanti, dia akan mencoba untuk berjalan sekuat tenaga, yakin bahwa kakinya itu pasti bisa kembali melangkah

"Aku janji!" Arka menautkan jari kelingkingnya pada kelingking Alea.

Alea tersenyum. Selain kedua orang tuanya, Alea Marasa hanya Arka lah orang yang paling tulus padanya.

"Aku bahagia banget, Arka. Aku bahagia karena aku punya sahabat kayak kamu. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku nggak sanggup buat jalani hari-hari aku."

'Ya, bagi kamu sangat bahagia dengan persahabatan kita,Al. Tapi bagi aku rasanya ini tidak adil, kamu sedikit pun tidak mengizinkan aku untuk menyentuh hati dan perasaan kamu. Aku kecewa saat itu dan sekarang aku sadar kalau kamu hanya memiliki perasaan layaknya sebatas sahabat tidak lebih dari itu.'

Arka masih menatap Alea dengan wajah datar. Penolakan Alea masih saja mengusik otaknya. Padahal dia sudah berusaha untuk membuang jauh-jauh perasaan ini agar Alea tidak kecewa. Tapi ternyata semua itu tidak semudah yang dia bayangkan.

METAMORFOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang