I (don't) Want You

29 5 0
                                    

Adaline tidak mengerti dengan apa yang dialaminya beberapa hari belakangan.

Pertama, dia kehilangan sebagian tabungan akibat hutang yang dilakukan oleh kekasihnya.

Kedua, kantornya memiliki masalah bersama salah pejabat kota, yang berakibatkan beberapa polisi yang bekerja di tempatnya harus menanggung hukuman—mendapat potongan gaji.

Dan ketiga, dia mendapat teguran dari atasannya akibat salah mengambil tindakan terhadap seseorang bernama Dominic Vincentlaw Lamberg.

Adaline sungguh tahu, siapa itu Lamberg. Hanya saja, ia tak bisa membiarkan dirinya tetap diam ketika melihat sebuah kesalahan berada tepat di depan kedua matanya.

Jelas-jelas Vincent melakukan sebuah kesalahan. Melewati jalanan dengan kecepatan tinggi tanpa aturan, tentu saja itu tak bisa dibiarkan.

Terlebih, Adaline selalu memegang prinsip ayahnya, bahwa teguh pada pendirian serta tegas dalam menjalankan tugas. Mengabdi kepada negara adalah sumpah serta kewajiban seorang penindak keamanan.

Adaline selalu menyematkan prinsip milik ayahnya, namun kesialan juga tak berhenti menyapanya setelah berpindah tugas di daerah kota ini. Daerah yang memang terbilang ramai dan padat, namun masyarakat setempat jarang menaati aturan, itulah alasan mengapa ia dipindah-tugaskan. Mereka kekurangan tenaga polisi di sana.

Adaline menghela napas panjang, setelah tubuhnya dapat bertemu dengan ranjangnya. Perempuan berparas cantik itu menatap langit-langit kamar yang memiliki sticker bintang. Rautnya lelah namun ia tak pernah mengeluh dengan yang tengah dijalani.

Baginya, hidup memang seperti ini. Ada rintangan, ada juga rumah bagi mereka yang percaya akan sebuah kemenangan.

Sulit jika dibayangkan tentang bagaimana caranya menjalani hidup ini, sebab pada kenyataannya kita hidup di era yang penuh dengan rintangan.

Kau tidak akan pernah kuat bila tak pernah mengenal bagaimana rasanya tertatih. Kau tidak akan pernah tahu arti perjuangan, apabila tak pernah merasakan jatuh seorang diri. Namun, kelak kau akan menyadari bahwa semua itu merupakan proses dari memperkuat diri.

Sebab sebuah perjuangan dari kesulitan, suatu saat akan terbayarkan. Adaline mempercayai itu. Sebuah kutipan dari salah satu buku favoritnya mengenai apa itu perjuangan. Buku yang pernah ditinggalkan mendiang sang ayah.

Sesungguhnya, Adaline bukanlah pribadi yang mudah menyerah. Ia sampai ditahap ini pun karena dukungan kedua orang tuanya. Meski sang ibu telah pergi semenjak ia berumur empat belas tahun, sementara sang ayah telah tiada ketika ia meraih kelulusan sekolah polisi, Adaline tetap memiliki alasan untuk tetap menjalani hidupnya.

"Jangan pernah bandingkan dirimu dengan orang lain. Mencapai tahap ini saja kau sudah hebat. Percayalah, kau istimewa. Rasa bangga dapat dinikmati bila kau bisa menerima dirimu apa adanya."

Kutipan terakhir yang menjadi kesukaan Adaline.

Tenggelam dalam benaknya, Adaline teringat sesuatu, bahwa ia harus mengunjungi rumah sakit Terpadu hari ini. Rumah sakit tempat ibunya; lebih tepatnya ibu sambungnya di rawat.

"Aku bersih-bersih dulu," ujarnya pelan. Beranjak dari posisi berbaring. Melepas satu persatu kain yang melekat ditubuhnya, memakai bath robes-nya setelah ponselnya berdering.

Raut Adaline yang suntuk, berubah sedikit lebih cerah. Ada sebuah pesan dari sang kekasih di sana. Tanpa menunggu lama, Adaline segera membalasnya. Ia semakin bersemangat ketika tahu Reihart ingin bertemu dengannya.

••

Tempat ini tidak pernah berubah. Pertama kali Adaline kemari, saat Reihart menyatakan perasaannya, dan semenjak saat itu mereka menjalin hubungan.

Let Me Be With You [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang