Sejujurnya Adaline rasanya masih belum mengerti apa yang sedang dilakukannya, hingga sampai saat ini. Semuanya terjadi begitu saja.
Mungkinkah, jalan takdir tengah mempermainkan hidupnya? Ataukah, roda kehidupan sengaja bergerak untuk mengadu nasib sehingga jalan hidup yang dilaluinya begitu rumit untuk dilewati?
Wanita itu merasa langkahnya perlahan menjauh. Masuk ke dunia tempat Vincent berada rasanya seolah masuk ke dalam kandang predator yang dapat menerkamnya kapan saja. Dia merasa terjerat tetapi masih bisa bernapas.
Entahlah, semenjak hidupnya dipenuhi cobaan yang datang silih berganti, pikirannya jadi seringkali merayap ke mana-mana dan tak memiliki ujung. Adaline juga merasa hidupnya memang tengah dipermainkan atau di adu oleh nasib. Dan menyerah jelas bertolak belakang dengan prinsip hidupnya.
Mungkin satu tahun terakhir ini beragam macam masalah tak lelah menghampirinya, oleh sebab itu pikirannya ikut berubah, memadat menjadi gumpalan yang menyumbat akal sehatnya, sehingga membuatnya dapat mengambil pekerjaan apa saja asal hidupnya damai.
Terbaiknya; tentu untuk sang ibu yang selalu menjadi prioritas.
Hari ini Adaline menemani Vincent ke Paris. Katanya, pria itu mendapat undangan sebagai tamu penting pada acara Paris Fashion Week tahun ini. Tidak ada hal spesifik lain yang diberitahukan. Namun, dari informasi yang didapatkan dari Logan, di sana akan ada keluarga Lamberg lain yang turut hadir.
Adaline harus tetap tenang dan menjaga sikap. Terlebih, ia pun juga tahu, bagaimana keluarga Lamberg. Hanya dari marganya saja sudah menjelaskan rupa mereka. Mereka tidak menolak untuk menjadi sesuatu yang nyata. Mereka nyaris sempurna. Jika ada kesempurnaan di dunia ini, maka Lamberg adalah salah satunya.
Lamberg berpengaruh, bahkan hingga ke penjuru dunia. Mereka memiliki segalanya. Dan, oleh sebab itu menjadi profesional tentu termasuk prinsip Adaline dalam menjalani pekerjaannya.
Pesawat jet yang membawa Vincent serta Adaline kini telah mendarat sempurna. Logan tak bisa ikut serta kali ini dalam kepergian Vincent, ada beberapa urusan yang harus dilakukan olehnya terkait bisnis Vincent di tempat lain.
Karena perjalanan yang cukup panjang, Adaline tertidur hampir pulas. Sebab itu kini ia mewanti-wanti jika sudah melakukan kesalahan. Adaline sampai menyortir segala bentuk pekerjaan yang dapat dilakukannya walaupun berupa hal-hal sederhana.
Seperti, Adaline akan sigap memberi tisu ketika Vincent bersin. Membuka botol air minum ketika Vincent ingin meneguknya. Hingga sekarang, ia berniat untuk mengambil alih tugas membawa mobil ke tempat mereka tuju, namun, tangannya dicekal paksa Vincent yang pria itu sedikit kesal dengan tingkahnya.
"Kenapa?" Adaline bertanya.
"Apa yang ingin kau lakukan?" Vincent ikut balik bertanya.
"Mengendarai.. mobil?" Wanita itu tertawa getir sembari melepas cekalan Vincent dipergelangan tangannya, hingga belum menyampai dua langkah mundur, tubuhnya kembali ditarik dan merapat sehingga bertabrakan dengan tubuh Vincent.
Vincent menatapnya dingin. "Kau itu pengawalku, bukan pembantu. Biarkan supir yang membawa mobil!" Ujarnya tegas.
Adaline mengangguk lesu. Terpaksa mengurungkan niat. Adaline lalu sadar oleh posisi mereka yang kelewat intim, ia segera melepas diri perlahan. "Baiklah. Kalau begitu, aku akan duduk di samping supir saja."
Kembali tubuhnya ditarik, dan kini bukan sekedar merapat, namun, Vincent membawanya sembari bersuara tepat ditelinganya, membuat Adaline sedikit meremang, "Duduk bersamaku di belakang. Kepalaku sakit. Pijit hingga sampai di hotel nanti."
Adaline sontak tergelak. Tapi tak bisa menolak. Hanya berseru dalam hati, "Bukan pembantu katanya?" Dan ia sadar, pria ini memang suka membolak-balikan kata.
![](https://img.wattpad.com/cover/303582550-288-k571199.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be With You [M]
Mystère / ThrillerDominic Vincent itu tampan, kaya, seksi dan juga berbahaya. Pandangannya terlalu luas, seperti taktiknya dalam menguasai sebagian pasar bisnis benua Eropa---putra satu-satunya Lamberg Group yang telah dikenal dunia. Baginya menaklukan lawan sama se...