BAB 16 -- Janji Hati

11.1K 620 14
                                    

masukin ke perpustakaan kalian, ya. Setelah ini ada adegan anu menganu, jadi yang bawah umur skip saja. 

Yuk di follow juga. 
Hari ini Dara ditugaskan di kantornya Robi oleh Arga. Membantu kakak sepupunya untuk menghadiri rapat yang sudah selesai baru saja. Kala dia sedang di kantor pria itu. Robi mengatakan. "Kamu tunggu bentar, aku ambil minuman dulu," kata Robi yang keluar dari ruangan.

Dara bersandar di sofa karena lelah. Tidak dihubungi Arvin, itu yang menyebalkan. Pria itu berkunjung ke Kalimantan untuk cek keadaan di lapangan. Memang kesibukannya sangat banyak sekali. Arvin menghubunginya setiap hari, tapi tidak untuk hari ini apalagi ketika Arvin tiba-tiba bilang kalau dirinya ada di Kalimantan tanpa sepatah kata pun waktu bertemu dengan Dara.

Ponselnya Robi berbunyi.

Diliriknya siap yang mengirim chat. "Aku takut hamil, Robi. Kalau terjadi apa-apa kita nikah, ya."

Mata Dara melotot sempurna melihat isi chat yang malah dari kekasih kakak sepupunya. Sejauh itu?

Entah Gio, maupun orang terdekatnya merupakan predator seksual yang membuat Dara melongo melihat kalau ternyata kakak sepupunya juga mengerikan. Waktu itu Dara langsung bersikap biasa mendengar suara pintu dibuka. "Kamu dihubungi sama, Arvin?"

"Boro-boro dihubungi, Kak. Dia nggak ngabarin lagi. Kalau sudah sibuk ya begini."

"Kesepakatan kamu sama dia kan memang seperti itu. Tapi, ya. Kalau aku lihat dia sepertinya juga serius sama kamu. Berawal dari perjodohan, kencan buta sialan yang juga buat kamu canggung. Sekarang malah kamu sepertinya gila sama dia."

"Dia baik."

"Semua pria itu sama."

"Ya, kakak juga," tembak Dara kepada Robi yang seketika dibalas dengan tawa yang begitu keras dari Robi.

Dara meminum jus yang diambilkan oleh Robi. "Nggak gitu juga. Tapi kalau Arvin ya kamu tahu sendiri perusahaan Papanya di mana-mana. Wajar kalau dia sibuk. Harusnya kamu bersyukur ya kalau Arvin berbeda sekali. Dia nggak andalkan semua yang dia dapatkan dari orangtuanya. Dia selalu bilang semua hanya titipan. Kalau kulihat dia nggak pernah sombong."

Ya, kalau soal itu Dara akui. Itu yang buat Dara tidak canggung terhadap Arvin. Meskipun bisa dilihat dari outfit yang dia kenakan itu sangat mahal. Akan tetapi Arvin tidak pernah memperlihatkan apa pun yang menonjol dengan harga yang mahal.

Arvin lebih suka yang sederhana. Apalagi kalau mereka sedang berkencan, Arvin mengajaknya ke restoran mahal, tapi penampilan selalu biasa saja. Siapa yang bisa menduga kalau uangnya berlimpah dan usaha di mana-mana. Mamanya yang membeli mobil milyaran tanpa berpikir. Itu yang Dara tahu.

Tapi lihat semua anggota keluarga Arvin tidak ada yang menonjol. Sekalipun mamanya juga memakai barang-barang mahal tapi tetap terlihat sederhana.

Untuk kali ini mungkin akan jauh lebih membuat nyaman. Arvin juga tidak pernah bahas yang berkaitan dengan gaji Dara. Tidak pernah membuat hatinya Dara tersinggung—kecuali diawal pertemuan yang sangat buruk. Tapi Arvin meminta maaf untuk menghilangkan canggung itu.

Waktu Dara sedang santai bersama Robi. Dia mendapatkan sebuah pesan. Buru-buru dilihatnya kalau itu ternyata dari Arvin. Pria itu mengatakan kalau nanti malam akan menjemput Dara di apartemen. Pria itu juga mengatakan kalau Arvin telat datang Dara bisa datang ke apartemennya Arvin juga memberikan kode pintu untuk masuk.

Dara menatap ke arah Robi. "Dia?"

"Ya, dia bilang ngajak aku keluar malam ini."

Robi mengaduk minumannya dengan santai dan berkata. "Dia beda, Dara. Kamu jangan buru-buru. Pelan-pelan tapi kamu sama dia sudah ada niat untuk serius."

Kencan Buta (Tersedia Di Google Playbook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang