8.

520 76 54
                                    

Seokjin baru bangun dari tidurnya sekitar setengah tujuh pagi, kepalanya pening luar biasa karna tadi malam ia mabuk bersama teman-temannya, namun matanya makin mendelik segar saat otaknya mengingat kalimat kasar yang tadi malam ia sampaikan untuk Namjoon.

Dengan gelagapan ia langsung beranjak dari tempat tidur menuju kamar sang dokter, ia tak ingin ada salah paham diantara mereka, menggedor pintu kamar itu dengan kencang berharap cepat dibukakan oleh sang pemilik kamar.

"Mas??? Junkyun ngga papa??!! Aduh maafin gue karna tadi malem udah ngomong kasar sama lo, sekarang Junkyun gimana?? Sini gue jagain lo mau berangkat kerja, kan??" Seokjin langsung mencerocos mengucapkan permintaan maafnya sambil berusaha mengambil Junkyun dari gendongan Namjoon yang langsung ditolak oleh pria itu karna memundurkan badannya.

"Ngga usah, toh bukan keharusan kamu buat ngurus anak saya, mas juga minta maad karna udah ngerepotin kamu--"

"Apaan sih, mas?? Tadi malem gue mabok, makannya omongannya ngelantur--"

"Dan biasanya orang yang mabuk itu orang paling jujur, Seok." Ujar Namjoon sambil berjalan meninggalkan Seokjin yang terdiam merasa begitu bersalah sampai suaranya mendengar tangisan dari anak yang sudah sangat dekat darinya.

Tanpa berpikir lama, ia langsung berlari untuk menghampiri tangisan tersebut yang asalnya dari garasi rumah dimana Namjoon begitu susah payah tengah mencoba untuk menenangkan sang anak yang malah makin menangis kencang.

"Sayang??? Sssttt, Seokjin disini, udah yah?" Dengan telaten Seokjin mengambil Junkyun dari gendongan Namjoon untuk menenangkan anak itu yang tangisnya sudah meluruh.

Tangan Namjoon terulur untuk merebut anaknya dari gendongan Seokjin, namun pria itu lebih gesit untuk berkelit.

"Jangan egois, biar Junkyun sama gue, nanti malem kita ngobrol lagi." Tegas Seokjin yang tak ingin Namjoon memisahkannya dari Junkyun yang jelas-jelas sudah berhenti menangis karna berada digendongannya.

"Semangat kerjanya, Daddy." Menirukan suara seperti anak kecil, Seokjin mengelus puncak kepala Namjoon sambil berjinjit seolah-olah elusan itu dari Junkyun yang ingin menyemangati sang daddy.

Jam setengah sepuluh pagi Yoongi berjalan keluar dari kamarnya melewati kamar sang kekasih namun langkahnya terhenti saat melihat Jimin menangis sesegukan dipelukan kedua sahabatnya Yoongi terpaku kaku, dadanya sedikit mencelos.

Ia berjalan kembali masuk ke kamarnya, dengan terkaku. Pikirannya dibuat bingung dengan posisinya yang sebenarnya siapa sih dimata Jimin? Kenapa ia tidak pernah menjadi sandaran pria itu? Apa yang salah darinya.

Mendengar suara Taehyung dan Jaehyun melewati kamarnya, ia langsung beranjak menuju kamar sang kekasih, ingin meminta kejelasan tentang posisinya sebenarnya itu apa? Kenapa ia malah merasa menjadi orang asing dihidup Jimin?

"Kamu kenapa, sih?? Kenapa ngga pernah cerita sama aku kalau ada masalah? Kenapa malah cerita dan nangis dipelukan sahabatmu?? Kenapa, Jim??" Ia langsung mencerocos meminta penjelasan setelah membuka dan menutup pintu kamar itu dengan kasar.

Sedangkan Jimin hanya terduduk ditepi tempat tidur menghela nafas beratnya, menundukan kepala makin dalam karna pening yang luar biasa menerpa.

"Aku pasanganmu loh, Jim?? Mereka cuma sahabatmu, aku tahu mereka lebih banyak tahu tentangmu dibanding aku, tapi nanti ujungnya mereka juga punya kehidupan masing-masing, dan kamu bakal berakhir sama aku, tapi kenapa kamu ngga pernah cerita satu masalahmu sama aku?? Aku seakan ngga berguna dihidup kamu, tahu?!!" Mata Yoongi mendelik nyalang, jujur hatinya sudah lelah dengan terus saja ada konflik antara dirinya dan kekasih.

Jimin hanya diam, ia masih menunduk dalam tanpa mau menatap atau melirik sedikitpun pada pria didepannya membuat Yoongi makin kesal dengan emosi terus meluap karna tak kunjung mendapat jawaban.

Grha (BTS X JOHNJAE) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang