Hari ini hari minggu dimana Namjoon mendapatkan libur, beberapa hari kebelakang otaknya dipenuhi satu hal yaitu pernikahan. Entah kenapa dan darimana tiba-tiba keinginan itu datang, tapi ia serasa ingin cepat merealisasikannya.
Setelah bermain dengan sang anak seharian, sesuai rencana yang sudah ia buat jika disore hari ia akan mengajak Seokjin keluar rumah tanpa anaknya, hanya ia dan pria dewasa itu.
Seokjin pun tak menolak, karna ia tak memiliki alasan menolak, toh sudah lama ia tidak keluar hanya untuk jalan-jalan dengan sang dokter yang super duper sibuk itu, makannya ia mengiyakan. Setelah menitipkan Junkyun pada Hoseok yang memang berada di rumah, pukul 4 sore mereka berangkat mengendarai mobil Namjoon.
Didalam perjalanan selalu diisi perbincangan yang mengasyikan karna Namjoon memang nyambung jika mengobrol dengan Seokjin. Kebingungan sempat hinggap dibenak food vlogger itu kala mobil yang ia naiki memasuki sebuah perumahan elit dengan banyak rumah bagus disana.
"Mau main ke rumah temen lo mas?" Ia bertanya daripada kebingungan sendirian. Namjoon hanya tersenyum dan menggeleng singkat, tangannya pun yang sedari tadi mengelusi paha Seokjin masih bergerak teratur disana, dan si pemilik paha pun tidak risih atau protes.
Akhirnya mereka sampai didepan rumah berpagar tinggi warna hitam gelap, Seokjin hanya diam saat Namjoon keluar membuka pagar itu sendirian lalu kembali masuk untuk menggerakkan mobil sampai masuk pekarangan rumah yang bisa dibilang mewah?
"Ayo." Ajak Namjoon merangkul pinggang Seokjin, mereka memasuki rumah dengan dominansi warna putih yang menyejukkan mata.
Seokjin masih terdiam, ia ternganga melihat bentuk dan isi rumah yang jika dilihat dengan seksama ini seperti rumah impiannya, ia bisa melihat satu ruangan berisi banyak rak buku dengan kursi baca yang nyaman, ia pun menilik ruangan dengan banyak alat pervideoan disana, kamar utama yang simple nan luas persis seperti keinginannya yang bercat tembok warna merah muda, sangat kontras dengan ruangan-ruangan lain yang isinya hanya warna putih.
Otak Seokjin tiba-tiba berkerja dengan lambat, apa yang ada dalam otaknya sekarang itu tidak akan menjadi kenyataan bukan? Mereka berdua kini berdiri bersandar pada pegangan balkon saling diam sampai akhirnya Namjoon membuka suara.
"Mas mau lamar kamu boleh?" Deg! Jantung Seokjin langsung berdentum kencang setelah mendengar pertanyaan dari pria disampingnya, tubuhnya kaku seketika bahkan tak memiliki kuasa untuk menolehkan wajahnya memandang Namjoon.
"Kenapa--bukan maksudnya lo mau nikah?" Pertanyaan rancu itu membuat kernyitan akan rasa bingung muncul dikening Namjoon.
"Junkyun butuh keluarga utuh dan jelas, Seokjin." Ia mengangguk setuju jika anak dari pria itu memang membutuhkan keluar yang utuh.
"Iya, dia memang butuh keluarga yang utuh, dia juga butuh ibu mas, bukan hanya dua orang pria dewasa, akan sangat memusingkan untuk anakmu jika nanti memiliki orangtua dengan jenis kelamin yang sama." Entah kenapa walau ucapan Seokjin memang tidak seratus persen salah, tapi Namjoon merasa jika pria itu hanya mencari-cari alasan saja.
"Dia hanya butuh orang tua, Seokjin. Tak harus seorang ibu." Benar, memang benar, perkataan itu membuat Seokjin terdiam.
"Pernikahan ngga pernah ada ditujuan hidup gue mas, dan gue minta maaf dengan sangat amat, jika hubungan kita malah buat lo salah paham." Akhirnya kini ia berani memandang penuh wajah tampan Namjoon.
"Lalu selama ini maksudnya apa? Jika kamu tak pernah mau menikah selama ini maksudnya ap--"
"Cuma seks! Kita dua orang pria dewasa ngga punya pasangan kalo hanya berhubungan ranjang itu ya hanya urusan ranjang, tak pernah bukan ada kata lebih dari seks untuk hubungan kita? Sorry banget kalo omongan gue kasar, dan selama ini buat lo salah paham, kita cuma seks aja mas, dan dihubungan kaya gitu ngga pernah berujung pernikahan, sorry banget buat lo kecewa, tapi jangan lamar gue mas." Sorot mata Seokjin menatap lembut penuh permohonan meminta Namjoon untuk mengurungkan pria itu tentang lamaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grha (BTS X JOHNJAE) [TAMAT]
FanfictionGrha dalam bahasa sansekerta berarti rumah atau tempat tinggal, namun jika kalian mencarinya di KBBI mungkin tidak aman ada hasil. Dalam cerita ini bukan untuk membahas kenapa kata Grha menghilang atau apapun itu, tapi akan bercerita tentang sebuah...